THOBY-13

16 7 1
                                    

Selamat Membaca!

"Masih berharap engkau ingat. Namun, seakan telah sirna, semuanya usai,"

13- Mimpi.

Kaki kecil dengan sepatu putih hadiah dari sang Ayah, ia bawa berlarian disepanjang ubin. Boneka Tady Bear berwarna coklat, dengan ukuran sedang itu. Masih menggantung dikedua tangan mungilnya. Rambut hitam tipis, sengaja digerai. Sesekali, ia berhenti, lalu memutar tubuh kecilnya. Seakan ribuan kupu-kupu mengejar, gadis itu kembali berlari dengan teriakan melengking nya.

Ayla Anantha. Gadis kecil dengan dress berwarna merah muda selutut itu, sibuk bermain-main dirumah besarnya. Ayah dan Ibunya tengah keluar, pergi kekota untuk suatu bisnis. Ayla tetap dirumah, bersama dengan Bi Sumi, asisten rumah tangga yang sudah tua. Bersama dengan nya, Ayla selalu merasa nyaman. Bi Sumi selalu membiarkan Ayla bermain dengan temannya. Tidak seperti Mama.

Kaki kecilnya kini sudah berada didepan pintu kamarnya. Tepat terletak dilantai dua, sebelah ruang kerja sang Ayah. Hanya ada kamar Ayla di lantai dua, sedangkan kamar kedua orang tuanya berada dilantai tiga. Ini atas saran dia, teman Ayla. Ia ingin Ayla menempati kamar ini, sebagai kawan yang baik, Ayla pun menurut.

Pintu kayu coklat dengan hiasan gantung bertuliskan nama dirinya ia buka dengan cepat. Tubuh kecil Ayla segera masuk, lalu segera menutup pintu kembali. Mengambil kunci dimeja nakas, lalu dengan cepat mengunci pintu kamarnya. Kekehan kecil terdengar dari mulut Ayla, menandakan bahwa gadis itu tengah diterpa rasa bahagia.

"Rasain, kamu gak bisa masuk, wle!" ujar Ayla entah kepada siapa, karena didalam sana memang hanya ada dirinya seorang.

Gadis dengan harum khas anak kecil itu menghampiri ranjang mini miliknya. Duduk dipinggiran ranjang, serta memangku boneka Tady nya. Pandangan Ayla mengedar, memerhatikan setiap penjuru kamar kecilnya. Dengan tembok berwarna biru tua, serta perpaduan dari hiasan-hiasan dinding berisi fotonya.

Disamping ranjang, ada sebuah meja nakas dengan lampu. Terdapat juga jam weker serta figura kecil berisi foto keluar Ayla. Tepat diujung sana, ada sebuah almari berukuran sedang, dengan warna hijau muda. Ayla tersenyum memandanginya, kamar yang kecil namun penuh dengan kebahagiaan.

Suara gemuruh terdengar, Ayla segera menoleh kebelakang. Tampak, sebuah bayangan hitam mengepul, muncul dari bawah. Senyum Ayla luntur, digantikan oleh lekukan bibir kebawah. Menandakan gadis itu tengah malas, atau tidak suka. Boneka Tady Bear ia letakkan diatas bantal, lalu ia berdiri dan menatap asap itu malas. Kedua tangannya bersedekap dada, seakan lelah menunggu bayangan itu berubah menjadi sesuatu.

Selang beberapa saat, muncullah sosok anak kecil seusia Ayla, dia cowok. Dengan pakaian serba hitam mirip jubah, dan celana panjang hitam pula. Seperti biasa, poninya selalu menutupi mata. Dengan seringai khas, pria kecil itu mendekati Ayla, dengan aura gelap yang masih menemaninya.

"Kamu curang!" gerutu Ayla kepada anak pria dihadapannya.

"Hehe..." hanya dibalas kekehan. Membuat Ayla semakin ngambek.

"Sorry Ay..." merasa bersalah, sosok cowok itu meminta maaf dengan suara lirihnya. Seringai di mulut telah berubah menjadi senyuman manis.

Seperti biasa, Ayla akan selalu memaafkannya. Hanya karena ucapan pertama, gadis itu seakan tersihir. Ayla jelas tidak bisa bermusuhan dengannya, ia adalah teman satu-satunya disini. Ya, sebenarnya ada lagi, hanya saja Ayla tidak suka dengan temannya yang satu itu. Sifatnya terlalu dingin dan acuh.

THOBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang