THOBY-15

12 7 2
                                    

Selamat Membaca!

-
"Semuanya masih dalam proses. Jika tidak sesuai harapan, maka rubah tujuannya!"
-

15- Diva kerasukan

Hari telah berganti. Sang Surya tampak naik perlahan dari arah timur. Cahaya hangat dari mentari mengusik mata Ayla dan Elyna. Kelopak mata keduanya terbuka, perlahan dan bersamaan. Memerlihatkan iris masing-masing, keduanya tak kunjung bangun. Seakan masih menikmati empuknya alas tidur.

Ayla tampak meregangkan tubuhnya saat ia sudah duduk. Masih diatas ranjang empuknya, Ayla memerhatikan sekeliling. Diseberang, Diva masih berbaring, tak sadarkan diri. Luka di dahi dan kakinya sudah diperban, semalam. Namun gadis itu tak kunjung membuka mata. Membuat yang lain khawatir, terlebih Ja'far.

Melihat Elyna yang sudah membuka mata namun tetap berbaring, Ayla pun memanggilnya. "Lyn,"

"Hm?" Elyna menoleh, menatap Ayla dengan rambut berantakan khas bangun tidur.

"Bangun gih, lo masak. Gue bangunin Diva dulu," ujar Ayla seraya beranjak turun dari kasurnya.

Kaki Ayla melangkah perlahan mendekat kearah ranjang Diva. Dilihatnya prihatin sahabat kocaknya masih terbaring dengan perban didahinya. Ayla menghela nafas kasar, lalu duduk dipinggiran ranjang tempat Diva berbaring. Digoyang perlahan bahu kecil gadis itu, dengan sesekali menyebut namanya.

"Diva belum sadar kali La," ucap Elyna yang tidak kunjung mendengar suara Diva. Gadis itu ikut mendekat, berdiri disebelah kanan ranjang.

Lagi, Ayla menghela nafas. "Terus kita harus bagaimana?" tanya Ayla pasrah.

"Apa kita pulang aja ke kota," usul Elyna dengan nada ragu.

"Mana bisa, Diva aja gak sadar,"

"Iya juga,"

Cklek.

Pintu kayu kamar para gadis itu terbuka. Menampilkan sosok Ja'far yang tampak baru selesai mandi. Cowok itu seperti biasa selalu memakai pakaian santainya. Kali ini tampak kontraks dengan raut wajahnya. Pakaian santai, namun wajahnya tampak penuh kekhawatiran serta kepanikan. Sebenarnya cowok itu merasa bersalah karena tidak mendengar teriakan Diva dan Ardyan semalam.

Ja'far dan Rio juga tidak habis fikir. Mereka berdua bahkan baru saja tertidur, tapi teriakan kedua temannya yang sekencang itu sama sekali tidak masuk pendengaran keduanya. Sedangkan suara gaduh yang diciptakan Ayla dan Elyna setelahnya, berhasil membangunkan mereka. Dengan penasaran, keduanya pun segera ke lantai satu, dan menemukan keempat temannya sedang berada disana. Dengan keadaan Diva yang kacau dan memprihatinkan.

Iris gelap milik Ja'far masih memerhatikan sosok Diva yang terbaring lemas diatas ranjangnya. Rasa bersalah masih menyelimuti lubuk hati cowok itu. Seakan tersayat, hati Ja'far terasa perih melihat ini semua. Hantu itu, sebenarnya siapa? Kenapa mengganggu mereka seperti ini? Hingga membuat Diva terluka parah.

Sebenarnya Ja'far tidak percaya pada pernyataan Ardyan tentang pelaku ini semua. Tapi, setelah melihat luka cakaran dipergelangan kaki Diva, Ja'far sedikit percaya. Hantu itu, seakan menyimpan kemarahan yang besar. Seakan mereka bersalah, ia mencoba untuk melukai satu-persatu.

THOBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang