THOBY-08

20 9 3
                                    

Selamat Membaca!

-
"Sejatinya, pengganggu itu datang, karena terusik, atau ada hal lain,"
-

08- Teror pertama.

Setelah sarapan usai, keenam remaja berparas indah itu melakukan kegiatannya masing-masing. Rumah besar dengan benda-benda kuno ini membuat mereka merasa sedang berada disebuah kediaman jawa kuno. Guci gelap dengan motif batik, tertata rapi disetiap penjuru rumah. Sudut-sudut tembok tampak tidak kosong, meja kecil dengan vas bunga, tampak indah berada disana.

Seperti biasa, Rio yang memang merupakan lelaki pemalas, sedari tadi cowok itu hanya asik menonton acara televisi. Dengan segelas kopi panas, Rio tampak sesekali menyesapnya dengan mata yang masih tertuju pada benda persegi panjang dihadapannya.

Disisi lain, Ja'far Fahrizal, seorang cowok berparas tampan ini sedang melakukan hal yang membuat ia tenteram. Sebuah alat musik bernama gitar, sudah bertengger sempurna diatas lututnya. Sedangkan, kedua tangannya, tampak sibuk menciptakan alunan yang indah. Ia berada di ruang tamu, bersama Ayla yang sedang sibuk mengelap kaca besar disana.

"Far," panggil Ayla masih fokus dengan pekerjaannya.

"Hm," gumam Ja'far sebagai sahutan.

"Kita disini akan sampai kapan?" tanya Ayla mencoba membuat topik, berada dengan seseorang disuatu ruangan, membuat ia merasa tidak enak jika tanpa kebisingan.

"Gak tau, lagian baru empat hari. Bukannya rencana kita ingin sampai satu minggu," jawab Ja'far tidak lupa berhenti mengalunkan musiknya.

Ayla hanya mengangguk, benar juga, ia harus bisa melewati liburan ini dengan nyaman dan nikmat. Pandangan Ayla kembali fokus pada kaca besar dihadapannya. Lap putih ditangannya sudah sedikit mengering. Ayla menunduk 90 derajat untuk membasahi lap itu dengan air pewangi dibawah sana.

Setelah dirasa cukup, gadis berkaos merah hati itu kembali pada posisi awalnya. Dipandanginya kembali cermin itu dengan tangannya yang masih mengelapnya pelan. Dengan ukuran sebesar ini, Ayla memang tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat. Setelah cukup dengan bagian tengah, Ayla berjinjit. Tangannya terangkat sedikit untuk membersihkan bagian atas.

Sesuatu yang aneh terjadi, cermin itu retak tepat dibagian Ayla membersihkannya. Suara khas retakan kaca terdengar lirih ditelinga Ayla, mengalun bersama suara gitar milik Ja'far. Kaki Ayla ia turunkan, melangkah mundur dua langah. Pandangannya masih tertuju pada gerakan retak yang terus turun ingin memenuhi kaca.

Iris mata Ayla kini tertuju pada sosok misterius berbaju hitam, celana hitam, dan rambut hitam. Pantulan dirinya dicermin, tampak ditemani oleh sosok pria kecil berusia 9 tahun. Wajah pucat nya menatap Ayla nanar, sedangkan bibirnya tersenyum lebar menyiratkan kebahagiaan. Menyadari bahwa ini sangat ganjal, Ayla menoleh cepat, dengan nafasnya yang sedikit memburu, pandangan Ayla mengedar, memerhatikan setiap penjuru ruang tamu luas ini. Tidak ada siapapun.

Masih dengan nafas yang tidak beraturan, Ayla menoleh perlahan, cermin besar dibelakangnya, kembali menciptakan suara retak kan yang amat mengganggu. Perlahan tapi pasti, pandangan Ayla sudah tertuju pada cermin itu, selang beberapa detik. Sosok anak kecil berambut hitam legam, mulut pucat pasi tersenyum lebar, mata mendelik memerlihatkan pupil hitam besarnya. Dan, entah itu retakan dari cermin atau bagaimana, yang pasti Ayla juga melihat sebuah retakan hitam dipipi sosok itu.

THOBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang