THOBY-06

19 8 5
                                    

Selamat Membaca!

-
Memang seprti ini. Selayaknya menjadi pengunjung, harus menerima makhluk asal.
-

06- Ampun mbak kunti

Sebuah pagi yang cerah, matahari telah bersinar terik di perpaduan. Menyisakan cahaya malam di arah barat, rembulan sudah tampak samar ingin menghilang. Kicauan burung terdengar disetiap penjuru, menggantikan jangkrik yang mulai tersedak. Hembusan angin yang pelan, juga menambah kesan sejuk dan segar.

Kini, keenam remaja yang baru saja lulus SMA itu tampak berpencar, melakukan kegiatannya masing-masing. Rio tengah asik dengan acara televisi Doraemon kesukaannya. Sedangkan Ja'far dan Ardyan duduk manis dikursi tempat makan, kedua pria itu tampak tidak sabar menunggu hidangan dari si kalem Diva.

Diujung sana, tepatnya disofa tunggal berwarna coklat lusuh, Elyna bersama Ayla bercengkrama mengenai sesuatu. Dengan Elyna yang masih berekspresi masam, dan Ayla yang tampak sabar menenangkannya. Semalaman penuh Ayla tidak tidur, gadis itu menemani Elyna yang usai menerima kejadian ganjal yang sangat amat membuat ia trauma.

"Kemarin, gue juga diteror sama seperti lo Elyna..." lirih Ayla, seraya tangannya masih memegangi bahu Elyna.

Elyna menoleh, ia melupakan kejadiannya sejenak, mencoba mendengar setiap kata yang akan keluar dari  mulut Ayla. "Terus?" tanya Elyna, meminta kelanjutan.

"Pintu yang terbuka dengan sendirinya. Gue keluar karena penasaran, dan disamping itu, Diva ada bersama gue. Tapi, waktu dibawah sana gue diganggu sama hantu itu, Diva menghilang dan tiba-tiba sudah berada dikamar," terang Ayla dengan tatapan nanar nya. Mengingat kejadian itu, sama saja dengan menimbulkan kembali rasa takutnya.

Elyna jadi merinding, kisahnya dan Ayla memang sangat menyeramkan dan tidak terduga, ditambah lagi hanya mereka berdua yang diteror, atau masih belum? Entahlah, yang pasti kedua gadis itu tidak akan terkecoh oleh decitan pintu dan pintu terbuka sendiri, mulai sekarang.

Dilain ruang, tepatnya dilantai bawah, ketiga remaja lainnya masih sibuk didapur. Oh ralat, hanya Diva saja yang sibuk, sedangkan Ardyan dan Ja'far hanya duduk manis dan memerhatikan. Kedua cowok berparas tampan itu sedari tadi memerhatikan gerak-gerik Diva. Gadis yang akan memasak telur ceplok itu sedari tadi masih belum selesai juga. Entah karena memang kurang handal, atau nyanyian di mulutnya yang membuat ia lama.

"Duh, lama banget sih lo Div?" gerutu Ardyan seraya meletakkan kepalanya diatas meja, malas.

Sedangkan Ja'far, cowok itu hanya asik dengan game online di Hand Phone nya. Sama sekali tidak peduli. Padahal Diva ingin memamerkan keahlian memasaknya, percuma sudah dia membuat gaya memasak ala Chef  Renata sedari tadi.

Tak lama kemudian, gerombolan lainnya datang. Dengan Rio yang berada didepan, cowok itu terlihat sedang memegangi perut gagahnya. Dibelakang sana ada Elyna dan Ayla, wajah kedua cewek itu juga masih terlihat malas. Sama sekali tidak bersemangat, karena lapar mungkin. Setelah kelima remaja itu menempati tempatnya masing-masing, Diva segera menghidangkan karyanya.

"Yuhuuuuu..." Seru Diva seraya meletakkan satu persatu hidangan diatas meja.

Langsung saja, semuanya melongo tidak percaya. Rahang Ja'far dan Ardyan sudah menganga lebar hampir menyentuh lantai, apa-apaan ini? Wadah nasi penuh, oke! Tapi kenapa hanya ada 6 buah telur ceplok sebagai lauk? Apa yang Diva lakukan selama tiga jam dengan telur itu?

THOBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang