7. Pasang mata

9 1 0
                                    

Seharusnya marah, namun arthur berlaku sebaliknya. Ia memuji perbuatan cukup kasar dari Firda. Aku tidak mengerti jalan fikirnya. Tapi aku tahu satu hal yang pasti. Batin Mayura.

"Firda, ayo kita pergi. Kurasa semuanya sudah jelas" Ucap Mayura, tangannya menarik pergelangan tangan Firda.

"Tunggu dulu May, dia harus menjelaskan apa maksudnya seperti tadi" tolak Firda menahan langkah Mayura.

"Tidak perlu Fir, ingat tujuan kita apa datang kesini? Belanja bukan?" Jawab Mayura dengan wajah meyakinkan. "Ayo tunggu apalagi" lanjutnya.

"May, kamu tidak merasa terzolimi? Kamu terima saja? Dengan apa yang telah dia perbuat?" Tanya Firda berhasil membungkam mulut Mayura.

"Bisa kita bicarakan ini di suatu tempat yang nyaman?" tanya Mayura menatap Arthur dan Firda bolak balik.

"Tidak bisa" Cegah Arthur.

"Oh, jadi kamu mau kabur yah!" Ucap firda antusias.

"Bukan, Tidak ada akses untuk masuk. Satu satunya tempat ... Hanya di sini. Atau di sana" tunjuk arthur pada sebuah kios tertutup tirai besi di ujung sudut.

"Kios itu kan tertutup?" Tanya Mayura sambil menatap mencari celah untuk masuk ke dalam.

"iya, aneh bukan?" jawab arthur.

"Apanya yang aneh, itu hanya sebuah kios kosong." jawab firda menatap heran arthur dan mayura.

"Oh aku tahu, jangan jangan kamu mau mesum yah di tempat itu! Karena Anda sudah merencanakan semua nya!" Asumsi firda dengan nada tinggi.

"Udah deh May, di sini aja" lanjut firda.

"Fir, Arthur itu hanya sedang mengumpulkan poin dosa. Jadi aku maklum. Lagipula karena perbuatan menahan amarah, poin kebajikan ku bertambah. Justru aku khawatir dengan poin mu. Sepertinya sudah berkurang, karena kamu berasumsi buruk terhadap orang lain" jelas mayura.

Sontak, Firda mengecek alat ukur poin kebajikan di pergelangan tangan kiri nya. Alat ukur tersebut mirip dengan jam tangan dunia fana, bedanya ada fitur tambahan selain detik jarum jam.

"Yaampun, poin ku berkurang. Kalau begitu ... " ucapannya terhenti. Mimik wajahnya seakan sedang memikirkan sesuatu.

Apa aku harus meminta maaf? Tidak mungkin kan, aku ini membela Yura, harusnya poin ku bertambah. Tapi kenapa berkurang?. Batin firda merasa kebingungan.

"Fir ... Firda!" Teriak Mayura seraya menepuk bahu firda.

"Ah iya May" Firda tersadar dari lamunan nya. Ia menatap tajam sinner ganteng di depannya.

"Tuan Arthur, Apa benar yang dikatakan Mayura?" Tanya firda.

"Iya dan tidak." jawabnya singkat. Mayura dan firda mengerutkan kening. Menatap arthur penuh tanya.

"Mau berpetualang?" tanya arthur tersenyum misterius, menatap mayura.

Petualang? Mungkinkah arthur tahu sesuatu pasal kios kosong itu? Batin Mayura.

"Petualang? Maksudmu apa arthur? Kamu aneh sekali" tanya firda semakin heran dengan sinner di depannya. Seolah ia punya teka teki.

"Tidak ... " Ucap Mayura dengan wajah datar.

"Baiklah, aku permisi. Ada begitu banyak yang harus ku lakukan. Sampai jumpa" ucapnya berbalik badan.

"Tidak ada yang melarangku berpetualang" lanjut mayura tersenyum setuju. Sontak arthur kembali menatap mayura dengan senyuman cool nya.

***

Memasuki kios kosong bertiga, tempatnya penuh dengan sarang laba-laba. Hanya ruangan kosong tanpa perlengkapan yang bisa dilihat.

"Tempat ini gelap sekali. May pulang yuk, sepertinya tidak ada hal mencurigakan" ucap firda yang tidak tahan dengan sawang sawang yang menggantung.

"Oke, kamu keluar duluan saja. Aku masih ingin melihat lihat sebentar." ucap Mayura tanpa menatap mata firda. Ia terus mencari sesuatu yang tidak ada.

"Oke, jangan lama yah"

Firda keluar kios, sementara arthur dan mayura masih di dalam.

"Apa yang kamu tahu tentang kios kosong ini?" tanya Mayura menatap arthur yang sedari tadi membersihkan sawang sawang menggantung.

"Tidak ada, tapi kekosongannya mungkin menyimpan rahasia. Aku yakin" ucap arthur masih membersihkan sawang.

"Arthur, aku tidak nyaman dengan cicak cicak di dinding. Rasanya seperti, mereka sedang menyaksikan apa saja yang aku perbuat."

"pfftt ... Haha" Arthur tertawa mendengar ucapan mayura. menurutnya cicak cicak itu hal normal. Dan sudah biasa.

Arthur, ini kali pertama kulihat kamu tertawa. Kamu Manis sekali. Aku suka tawamu. Batin mayura.

"Loh benar bukan? Cicak cicak itu serius menatap kita" jawab Mayura senyum menatap arthur.

"May! Lama banget deh!" teriak Firda dari luar.

"Iya iya aku datang!" teriak mayura menjawab panggilan firda.

"Nah arthur, aku pergi dulu" mayura membalikan badannya.

"Tunggu ... " panggil arthur menghentikan langkah mayura.

"Iya?"

"Besok sehabis pulang sekolah, temui aku di sini. Aku sudah menemukan sesuatu" jawab arthur di balas anggukan mantap dari mayura.

"Aku pergi dulu. Dah Arthur"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE DEATH WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang