6. Konspirasi alam Si-Vi

16 1 0
                                    

POV Mayura Ivanka
.
.
.

Mayura Ivanka, hanya itu yang ku tahu. Riwayat hidup dan mati masih rahasia. Tidak, lebih tepatnya belum ku ingat.

Satu bulan sudah berlalu, masa perkenalan berjalan lancar seperti halnya murid baru di sekolah. Semuanya begitu terstruktur dan terarah. Mulai dari jadwal tidur, makan, mandi. Bahkan jadwal sekolah.

Oh iya, di sini ternyata ada sekolah. Luar biasa besar dan ramai. Bayangkan saja jutaan nyawa ada di sini, bersekolah demi mencapai puncak ketenangan.

Bahkan kartu kartu pemberian bidadari di resepsionis pun layaknya ATM, KTP, dan lain lain. Aku jadi merasa seperti hidup kembali.

Kadang aku berpikir, dunia setelah kematian saja sudah terasa damai dengan adanya fasilitas. Lalu ada apa di dalam puncak ketenangan? Mungkinkah aku tidak perlu bergerak untuk mendapatkan walau hanya minuman?

"May, belanja bulanan yuk" ajak Firda yang sejak tadi duduk di sebelah ku. Ucapannya membubarkan lamunanku.

Firda Khatulistiwa, nama yang cukup unik di dengar. Ia adalah teman sekamarku. Hobinya belanja barang yang tidak perlu. Maksud ku tidak perlu menurutku.

"Hah? Yaampun Fir, baru juga tiga harian. Belum sebulan lagi" ucap ku memutar bola mata malas.

Dalam satu bulan terakhir, kami berhasil membangun benteng pertemanan yang kokoh. Karena itu, mudah bagiku mengutarakan ekspresi wajah dan isi hati.

"Ih May, Nih aku kasih trik yah. Kalo mau belanja murah ya harus di awal. Ngga antri juga. Kalo mepet mepet hari terakhir, yang ada ramenya naudzubillah" ucap nya sambil menggerakan tangan.

Kalau urusan belanja, firda sulit di arahkan. Dia sangat tergiur dengan diskon dan promo. Kadang aku berpikir, bagaimana bisa pemboros masuk ke area Virtues?

"Fir, emang akhir bulan nya mereka itu sama dengan akhir bulan menurut versi kamu apa? Kan masuk nya juga di hari berbeda" tanyaku mengernyitkan dahi.

Kami para virtues pasti masuk ke dalam istana putih di hari yang berbeda. Karena itu, akhir bulan mereka dengan firda dan aku, juga pasti tidak sama.

"Aduh May, udah deh anter yuk. Sekalian kamu juga belanja. Kemarin aku udah nengok ke sana, rameee banget. Kalo di nanti nanti kapan belanjanya?. Makanya ayo anter yuk" paksa firda seraya menarik tangan kanan ku.

"Eeeeh tunggu tunggu, jangan tarik tarik fir" Kataku mencoba melepaskan genggamannya.

Susah sekali. Aku melirik wajah nya yang cemberut. Tangannya masih menggenggam ku erat.

"Okey, yuk belanja yuk" balasku tak tega dengan wajah cemberut nya itu.

"Yess. Emang terbaik deh Mayura Ivanka" katanya girang.

***

Di sebuah aula besar berbentuk segilima. Setiap sisi aula terdapat para penjual (NPC/Non Player Character) yang menjual barang dagangan maupun jasa. Dan disanalah para arwah bercampur, baik Sinner maupun Virtues.

Ini lah yang disebut Si-Vi. Tempat dimana para newborn berbelanja bahkan menyewa jasa kecantikan atau yang lainnya.

Sangat lengkap, ada beragam macam benda dan jasa. Semuanya ada untuk kepentingan sekolah dan asrama. Mulai dari tabloid, buku buku, bahkan hal hal sensitif pun ada. Oops, pembaca harap bijak dalam berimajinasi.

"Agh!" teriak ku seraya memegangi kepala. Ketika ku buka mata, ternyata sudah berada pada posisi tertidur di tanah aula. Aku menoleh ke kanan. Kudapati seorang pria dengan rambut coklat.

Apa aku bermimpi? Yang benar saja?

"May kamu tidak apa apa?" tanya Firda khawatir, ia menyodorkan tangan kanan nya padaku. Aku tersenyum menggeleng, seraya menarik tangan firda hingga aku berdiri.

"Pegang tangan ku, apa kamu baik baik saja, Arthur? " tanyaku pada pria berambut coklat itu.Ia terkejut mendengarku memanggil namanya. Ia masih menatapku heran. Tak lama kemudian ia menarik tangan ku dan bangkit.

"Thanks and Sorry" katanya singkat. Belum sempat ku jawab ia langsung mendorongku ke tembok. Dan mencium bibirku tanpa izin.

"Woi, bocah! ayo kejar! Pergi kemana dia?" suara rombongan orang orang. Seperti sedang mengejar sesuatu.

Setelah rombongan itu menjauh. Arthur melepas kan ku. Aku masih mebelalak. Berdiri dengan keadaan terkulai lemas. Seakan energiku habis tersedot. Jantungku berdebar. Aku menatapnya heran. Ingin ku tampar wajah tampan nya itu.

"Aku bisa jelaskan, Maaf aku sudah sembarangan bersikap" katanya dengan wajah tanpa dosa.

Aku melirik firda yang sejak tadi berdiam diri sambil membelalak dan menutup mulutnya. Tiba tiba Ia menarik tangan Arthur dan menamparnya.

Plaak
Wajah firda memerah menahan amarah.
Arthur memegang pipinya masih dengan raut wajah datar.

Aku terkesiap melihat aksi nya. Namun aku berterima kasih pada firda yang telah melakukan apa yang harus kulakukan.

"Bagus, kamu teman yang baik" ucap arthur tersenyum manis.

Tingkah arthur semakin membuat ku dan firda keheranan.

"Maksud kamu apa? Dasar Mesum!" tanya firda.

Catatan Janggal,,,
Setelah masuk asrama, bahasa mereka bisa terakses. Jadi mereka saling mengerti.

Astaga, Arthur mesum Ih.
Wajah Arthur bisanya datar aja yah?
Yah namanya juga dia Introvert.
Ingat!
Pendiam tidak semuanya Pemalu. Namun Pemalu sudah pasti Pendiam.

Salam Imajinasi,

Si Pemimpi

THE DEATH WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang