5. Kesan Pertemuan

22 2 0
                                    

Cahaya begitu menyilaukan mata gadis itu, hingga membuat dirinya menutupi kedua mata dengan penggung telapak tangan kiri. 3 detik, perlahan cahaya terang benderang pun mulai pudar. Sontak ia turunkan pelindung mata nya. Ia langsung mendapati pintu biru dengan ukiran kuno berukuran setengah badan di depan matanya.

Pintu? Tanya batinnya. Lantas, ekor mata nya berkeliling mencari petunjuk selain pintu itu. Yang dilihatnya hanya cahaya putih tanpa ujung. Seolah ia berada di langit tanpa batas.

Tidak ada siapapun, mungkinkah pintu ini jalan masuknya. Ungkap batin nya. Tanpa ragu tangannya melayang dan mendarat di gagang engsel, perlahan ia menggait engsel pintu.

Cring

"Selamat datang di istana Negri Biru, dimohon segera menuju resepsionis untuk mengambil kunci kamar dan barang barang anda" suara seseorang dengan perawakan anak kecil, yang sudah berdiri di balik pintu.

"Hah? Kunci?"

"Silakan segera menuju resepsionis" ucap anak kecil itu, tangannya memberi arahan dimana resepsionis berada. Sontak mayura menoleh ke arah yang ditunjuk. Terlihat belasan orang sedang berdiri mengantri.

"Eh permisi dek, ini tempat apa yah?" tanya mayura sambil jongkok, menyetarakan tinggi anak kecil itu.

"Ini lantai dasar istana, dan lagi aku ini bukan anak kecil tau! Sudah cepat sana, jangan menghambat yang lainnya!" ucap anak itu kesal, namun marahnya terlihat imut menggemaskan.

"Eh oke oke" kata mayura seraya berjalan menuju antrian.

Ku kira orang disini ramah ramah, ternyata masih ada yang mudah marah. Tapi, mungkin saja dia lelah bekerja. Ucap batin nya. Tiba-tiba langkah nya terhenti.

Eh tunggu dulu, apa mungkin dia selalu berdiri menyambut pendatang baru di setiap detik? Tanya batin nya. Sontak ia menoleh, ingin melihat anak tadi.

Bukan melihat anak tadi, justru matanya salah sasaran. Objek di depan anak itu begitu menarik bagai ada magnet diantara mayura dengan pria manis itu. Mata mereka bertemu cukup lama.

"Hey" tangan seseorang menepuk pundak mayura. Lantas ia bergidik terkejut, kemudian ia memutar tubuh nya.

"Kamu newborn juga yah, kenalin aku hulya, kalo kamu siapa?"

"Aku Yura, salam kenal"

"Yes, akhirnya aku bertemu dengan orang yang mengerti ucapanku" ucap hulya penuh semangat.

"Iya haha kebetulan sekali" kata yura tersenyum.
Benar juga, akhirnya ada yang mengerti ucapanku. Ucap batinnya senang.

"Yura, sekamar denganku yah"

"Boleh boleh. Tapi, apa kita boleh meminta yang seperti itu?"

"Tenang saja, ini kan dunia para virtues. Mereka pasti mengizinkan permintaan dua gadis yang lemah"

"Ah iya benar. Tunggu dulu, maksud mu kita lemah?"

"Iya, wanita itu kan pada dasarnya memang lemah. Lemah lembut, mereka pasti luluh"

"Oh begitu yah" kata mayura menunduk.
Mengapa kesannya malah jadi seperti merayu rayu. Ucap batin nya.

Antrian sedikit longgar, ia maju satu langkah mengisi kekosongan di depan. Beberapa menit telah berlalu. Antrian semakin lama semakin berkurang, hingga giliran hulya yang berada di baris terdepan.

"ini kunci kamarmu, dan ini beberapa kartu sebagai penanda bahwa kamu adalah anggota Negri Biru. Tolong gunakan dengan benar" ucap resepsionis wanita dengan perawakan seperti bidadari bidadari cantik.

"Terimakasih, mba boleh saya minta satu kamar dengannya?" ucap hulya sambil menunjuk mayura.

"Maaf, absensi sudah tertata rapih. Karena itu, tidak ada permintaan. Silakan kembali ke kamarmu. Istirahatlah" kata resepsionis itu menyodorkan kunci dan beberapa kartu.

"Tapi mba, bagaimana jika anggota sekamarku berbeda!" hulya membela diri. Resepsionis itu hanya terdiam, wajahnya datar namun tetap cantik. Ia tidak menjawab dan masih menyodorkan kunci dan kartu kartu itu.

"Maksudku mereka yang tidak mengerti ucapanku" lanjut hulya.

"Maaf itu bukan kehendakku. Aku hanya bekerja, tidak lebih. Silakan kembali ke kamarmu. Selanjutnya silakan maju" ucap resepsionis itu.

Hulya mengambil kunci dan semua kartu miliknya, kemudian ia berjalan dan berdiri agak jauh dari antrian. Terlihat hulya masih menunduk, kecewa.

"Siapa namamu?" tanya resepsionis

"Mayura Ivanka"

"..." ocehan mba resepsionis yang diabaikan mayura karena ia terus melihat hulya.

Sampai segitunya dia bersedih, entah kenapa aku tidak terlalu sedih. Seolah, aku memang terbiasa sendiri. Kata batin Yura.

Mata yura kembali ke arah resepsionis. Tau tau wanita di depan nya sudah menyodorkan kunci dan beberapa kartu "Terimakasih" ucap mayura tersenyum.

Kemudian ia menghampiri hulya yang masih menunduk.

"Hulya, Tidak apa apa. Jangan khawatir, aku pasti akan mengunjungi kamarmu. Kita akan sering bertemu" kata yura mengiba.

Hulya menegakkan kepala."Benarkah? Terimakasih Yura, kalau gitu aku juga akan mengunjungi kamarmu. Iya, walaupun kita tidak satu kamar yang penting kita masih komunikasi" ucapnya bersemangat.

"Nah, sekarang kita jalan yuk" ajak mayura, dilanjut anggukan mantap dari hulya. Mereka berdua berjalan berdampingan.

"Oh iya, kamarmu nomor berapa?" tanya hulya

"6996, kamarmu?"

"Wah nomor cantik, aku 6994. Ternyata kamar kita dekatan, syukurlah" ucap hulya tersenyum.

Hulya itu anak yang ceria, entah kenapa aku jadi iri dengan nya. Batin yura.
Tanpa sengaja ia melihat nomor kamar pada kunci yang di genggamnya. Terlintas di pikiran nya sebuah kejanggalan.
Benar juga, kenapa nomor kamarku ujungnya 96 ? Loncat satu kamar dengan hulya. Padahal tadi aku antri tepat di belakang nya. Harus nya nomor kamar ku berurutan kan? 6995.

"Eh ra, liat deh, kartu kartu apa yah? Bentuknya seperti sehelai daun berwarna" ucap hulya membolak balik kartu kartu miliknya.

Seketika itu juga, buyar pikiran mayura "Eh, aku juga tidak tahu"

***

Catatan Janggal,,,

Akankah nantinya mereka bertemu dengan seseorang yang berbahasa sama dengan mereka?

Siapa pria manis itu?

Wah, mencium bau bau janggal dari nomor kamar nih.

Kartu kartu itu untuk apa yah?

Temukan jawabannya dengan terus mengikuti cerita ini sampai selesai. Oh iya, maaf aku telat post T_T
Jangan lupa vote, komen, follow dan list cerita ini di perpustakaan mu yah
😉

Salam kenal,

Si Pemimpi

THE DEATH WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang