Ketika aku memberanikan diri membuka mata, sosok itu berdiri disana. Bertolak pinggang. Aku masih dalam keadaan jatuh terduduk. Shock. Sosok itu mengeluarkan suara yang aneh nya terdengar normal.
"Apa-apaan weyy! "
Aku langsung menguasai diri. Sosok ini ternyata manusia biasa. Pendaki! Aku masih bengong tak percaya melihat manusia normal berdiri di hadapanku. Sosok itu bicara lagi, kali ini tangannya menunjuk ke kolong gubuk."Apa-apaan. Mie gue jadi gabisa jadi gabisa di makan wey! "
Aku terpana. Mataku bolak balik balik melihat sosok itu dan mie yang baru direbus diatas kompor portable kotak. Benar mie itu sudah bercampur tanah merah yang tadi kulempar.
Ketika makin tenang, baru aku menyadari sosok itu memang manusia biasa yang memakai kemeja lapangan warna hitam, celana pdl dan sepatu runningnya menampak ke tanah. Dia benar manusia.Dia menggamit tanganku dan menolongku berdiri. Aku ditatap dari atas kebawah keatas lagi.
"Apa-apaan barusan?"katanya lagi.
"Eh,anu, maaf bang. Saya beneran ngga tau ada orang disini. "Aku meminta maaf.
"Naik berapa orang?" tanya lagi.
"Sendiri." Jawabku.
Sekarang aku bisa melihat dengan jelas orang ini. Tingginya sama denganku. Usianya mungkin menjelang 50 tahun tapi sosoknya nampak lebih muda. Cahaya memantul dari kacamatanya bulatnya. Matanya penuh selidik memandangku.
"Ngga dianjurkan jalan malam sendiri di Ciremai. "Katanya, "emang dapet ijin naik tadi bawah."
"Iya bang. Dapet. "Jawabku sengaja tidak terus terang alasanku naik.
"Yaudah, istirahat dulu aja. Mau mie? Gw masak dulu ya. Yang tadi harus di buang gara-gara lu."
Barulah sekarang aku melihat dengan jelas. Dibelakang gubuk ini dia menggelar matras. Carrier besar berdiri menyadar di tiang kayu.
"Siapa nama lu? Dari mana?"katanya sambil menyalakan api kompor.
"Saya Adi bang. Dari Jakarta. kalo abang? "Jawabku.
Sambil tetap membelakangiku, sibuk dengan kompornya dia menjawab
"Gue Moka."Aku sama sekali tak peduli dia dari mana. Aku sangat bersyukur bukan hanya aku sendiri di gunung ini. Rasa aman dan tenang menguasai dadaku.
Setelah mie matang. Dia mengeluarkan mangkok plastik dari carriernya. Menuang sebagian mie tadi langsung dari misting.
Sambil makan dia terus-terusan memperhatikanku, setelahnya dia mengeluarkan rokok kretek dari kantong bajunya, lalu menghisapnya dalam.
"Jadi lu orangnya..." katanya, seakan berbicara pada diri sendiri.
"Gimana bang maksudnya? "Tanyaku, tak yakin arah pertanyaanya.
Dia memandangku dengan tatapan kesal"Kalian tuh semua pendaki sama aja. Bisanya cuma ngotorin Gunung. Ngga punya rasa hormat. "
Aku terperangah "abang udah tau ya"
"Man Ncep nitipin lu ke gue. Dia yang cerita semua. Mulai dari sini sampe atas lu bareng gue."katanya lagi."Mak Ncep? Mak Ncep siapa bang?"Tanyaku bingung.
"Bocah emang gada hormat-hormatnya sama orang tua. Mak Ncep yang dari kemaren nolongin lu sama temen lu. Kalo engga ada Mak Ncep, temen cewe lu pasti udah lewat dibawa kedalam lain."jawabnya ketus.
Rupanya ibu tua yang terus-terusan menjaga Ayu di Cibunar itu namanya Mak Ncep. Aku memang sama sekali tidak bertanya nama ibu tua itu, juga bapak yang menjagaku. Ada rasa menyesal menyadari betapa kurangnya sopan santunku pada orang yang sudah beberapa hari ini menolongku dan Ayu.
"Mak Ncep juga yang ngejagain lu ngelewatin hutan pinus. Makanya lu bisa aman sampe sini. Kalo ngga lu bisa makan setan penganten tadi."
"Tapi saya jalan sendiri tadi bang. Mak Ncep? Setan penganten?"Aku bertanya bingung.
Tapi dia tidak menjawab. Dia cuma tersenyum sinis sambil membereskan carriernya.
Ak bergidik mengingat rasa dingin yang menjalari tengkukku tadi. Mungkin setan penganten itu tadi benar-benar ada dibelakangku.
Selesai packing carrier, dia berjongkok dan berkata serius.
"Mulai dari sini perjalanan kita ngga akan gampang. Lu cukup ngikutin gw. Baca doa-doa yan lu tau. Pikiran jangan kosong."
"I...Iya bang. "Jawabku.
'Kita bakal disambut semua penghuni Ciremai. Dari yang bentuknya abstrak sampe solid. Dari yang nyaru jadi manusia sampe yang mukanya berantakan. Siapin mental lu. Kalo lu ngga selamet disini, temen lu dibawah juga ngga bakal selamat.
"Iya bang"jawab ku lagi
"Lu inget dua ini: Kalo tiba-tiba muncul suara gending gamelan. Apapun yang terjadi kita harus diam. Jangan bergerak. Paham lu?"
"I... Iya bang. Yang keduanya apa bang?"
"Lu bakal ngeliat banyak penampakan nanti. Tapi ada satu penampakan yang paling berbahaya. Penampakan kalong wewe.!"
"I.. Itu yang gimana bang? Terus saya harus gimana kalo ada gituan?" Pikiranku langsung kalut.
"Kalong wewe itu bentuknya perempuan telanjang. Rambutnya awut-awutan. Lehernya miring kayak patah,lidah nya ngejulur keluar. Tetenya panjang sampe ngegantung ke paha.
Kenapa bisa di namain kalong wewe? Apa mungkin perempuan itu dulunya suka ngewe atau wanita malam gitu? Kenapa juga itu tetenya ampe gede bet? Mungkin dulunya suka di mainin kali atau di kenyot dengan beberapa orang. Alhasil gede buatan mantan. Bukan kah begitu??
Aku menelan ludah membayangkan sosok itu.
"Kalo dia muncul. Lu harus pura-pura ngga liat. Kalo ngga... "
"Kalo ngga gimana bang? "
"Kalo dia sampe lu tau bisa liat dia. Lu bakal ditarik keatas pohon, artinya lu di tarik ke alamnya. Dan lu ngga bakal bisa balik lagi."
"I... Iya bang. "Badanku mulai gemetar.
"Yah doa aja makhluk itu ngga muncul. Susah nolong orang yang udah di culik kalong wewe. Lu harus waspada kalo lu nyium bau khas nya. Kalo bau itu muncul, kemunculannya di jami pasti. "
"Bau apa bang?"tanyaku.
"Bau pandan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror Gunung Ciremai
TerrorBuat kita atau siapa aja yg suka mendaki gunung tolong jaga etika kita harus hormat sama makhluk halus juga harus tau sopan santun, jangan sampai kejadian ini terjadi sama kita,jangan lupa untuk baca doa mengingat kepada allah dan meminta perlindung...