°°°
"Bagi sebagian orang, egois adalah pertahan diri yang bisa menyelamatkan dirinya."°°°
Suasana kantin yang ramai ketika jam istirahat adalah hal yang sangat biasa. Aksi desak-desakan ketika akan masuk ke area kantin seperti hal yang wajib terjadi. Dan tak jarang, ada yang ke kantin untuk berbuat curang, membeli tanpa membayar atau malah meminta uang kembalian padahal uang saku masih bersemanyam nyaman di dalam kantong.
"Gue tunggu di sini aja."
Zee-zee melepas tuatan tangan Shasha ketika akan mencapai pintu kantin. Melihat dari sini saja membuatnya malas jika harus berdempet-dempet.
"Emang kenapa kalau masuk?" tanya Shasha. Cewek itu ikut menepi ketika tangannya ditarik minggir oleh Zee-zee karena posisi mereka berhenti di tengah-tengah jalan.
"Rame banget. Males gue."
"Lo nggak laper?"
"Nggak."
"Sialan! Nyesel gue ngajak lo."
"Lo yang maksa gue, ya."
Akhirnya setelah sedikit berdebat dan hasilnya tetap sama, zee-zee tidak mau ikut masuk ke kantin, ia terpaksa masuk ke sana sendirian. Kalau tahu berakhir masuk kantin sendirian, dirinya tidak ngajak teman sebangkunya itu. Niatnya awalnya kan mau makan di sana, seperti yang biasa ia lakukan.
Shasha sudah berlalu masuk sedangkan Zee-zee berdiri di dekat pilar pintu masuk dengan sendirian. Dirinya selalu mendapat tatapan bingung dari siswa ataupun siswi yang berjalan masuk atau keluar dari kantin. Tidak hanya Shasha yang menyesal, ia juga menyesal mau menemani cewek itu ke kantin padahal sudah tahu kemungkinan hal ini terjadi.
"Lho, Zee?" Laki-laki yang sedang berjalan dengan temannya mendadak berhenti. Ia baru keluar dari kantin dan tidak mengaja melihat keberadaan cewek itu.
Zee-zee berhenti marah-marah pada temannya yang ia lakukan dalam hati. Ia menatap laki-laki yang barusan menyebut namanya. "Hm?"
"Ngapain di sini?"
"Ngitungin daun," jawabnya asal.
"Ck! Gue nanya bener-bener, ya." Laki-laki itu menahan untuk tidak menjitak kepala Zee-zee. Sebelum kembali berbicara, ia meminta temannya kembali ke kelas lebih dulu.
"Lo ngapain di sini?" Laki-laki itu mengulang pertanyaannya. Ia menunjukkan kepalan tangan guna mengancam cewek di depannya jika menjawab lagi dengan jawaban yang asal.
"Nganterin temen dan gue nggak mau masuk," jawab Zee-zee sedikit malas. Bukan malas dengan lawan bicara, tapi malas karena ditatap banyak orang yang ada di sekitarnya.
"Udah tahu nggak suka suasana kantin yang ramai, kenapa mau nganterin coba?" tanya laki-laki itu seraya bergerak lebih menepi agar arus masuk-keluar kantin tidak terhambat oleh dirinya. Ia tahu, sangat tahu kalau cewek di depannya ini tidak menyukai keramaian.
"Karena dipaksa."
"Lo ada bawa bekal?"
"Nggak."
"Kalau gitu lo mau makan apa?"
"Itu urusan gampang."
"Kebiasaan, ya, lo!"
Zee-zee mendorong bahu laki-laki itu, menyuruhnya segera pergi. "Udah sana, temen gue udah balik!" ujarnya sambil menunjuk orang yang dimaksud. Namun, sebelum laki-laki itu berbalik, ia tarik tangannya. "Nanti gue ada urusan, jadi nggak perlu nungguin gue!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kopi Sianida
Teen Fiction"Woi, kopi kesayangan gue mana?" Seruan itu membuat teman si pengucap langsung berlagak mencari apa yang dimaksud. "Kopi, mana, kopi?" Seru lainnya dengan muka menahan tawa. "Kopinya kan lagi jalan. Noh, orangnya!" Cewek yang asyik dengan minumann...