Bagian [ 05 ]

19 5 3
                                    

"oke," gue tersenyum,

"tapi ada satu syarat juga dari aku," kata Lia

"Syarat apa?"

"Kalau nanti... hanya ada satu diantara kita yang suka, Perjodohan itu masih berlaku."

"maksudnya?" tanya gue bingung

"Misalnya, pada akhirnya hanya aku yang suka sama kamu, tapi kamu belum... perjodohan ini masih berlaku, dan gak bisa dibatalkan. Begitupun dengan kamu nanti." kata Lia

"Aku.... bener-bener gak siap kalau harus kehilangan orang yang aku sayangi lagi nantinya..." sambung Lia, yang langsung gue gelengi dengan gak setuju

"Kalau begitu, sama aja kita nikah dengan terpaksa nantinya." kata gue, lagi-lagi Lia tersenyum tipis

"hal itu berlaku buat kita berdua, kalau kamu berhasil suka sama aku, tapi aku nggak... aku juga gak bisa batalin ini." kata Lia dengan cepat, gue menghela nafas karna mendengar ucapan Lia tadi

"Lia, dengar... kita lagi bicara tentang Perjodohan yang nantinya akan berujung ke Pernikahan. Lo tau kan apa maksud gue? Gua cuma mau menikah satu kali dalam hidup. Dan itu pun dengan orang yang gue cintai dan mencintai gue juga. Kalau syarat lo begitu... gue jelas gak setuju." tolak gue dengan tegas

"Kalau gitu, kamu gak usah nawarin kesepakatan untuk ngelakuin pendekatan selama 3 tahun, San." ucap Lia yang sepertinya agak marah

"Aku lebih baik, menunggu hasil rundingan kamu dengan Papa kamu soal perjodohan ini. dari pada harus melibatkan perasaan aku sendiri, dalam waktu yang lama pula." Ucapnya lagi

"tapi, gue keberatan dengan syarat lo tadi, Lia... gue yakin ada cara lain untuk itu." Kata gue

"Keberatan? kamu kira aku gak keberatan dengan perjodohan ini, San? aku sampai dipaksa harus mutusin pacar aku karna perjodohan ini... apa kamu kira aku gak keberatan?" ucap Lia dengan suara yang agak tertahan

"Maafin gue, gue rasa pembicaraan kita cukup sampai disini dulu." ucap gue, lalu bangkit pergi dari sana

Gue udah terlalu pusing tentang Hal perjodohan ini karna Papa sebelumnya juga gak bilang apa-apa dengan gue,

gue menghentikan langkah dan gue sengaja menoleh kebelakang. Perasaan gue semakin Campur aduk rasanya saat ngeliat bahu Lia dari Belakang bergetar kecil. Gue tau dia pasti nangis... Tapi, gue bener-bener gak setuju dengan syarat yang dia bilang tadi.

Gue melanjutkan langkah gue menuju tangga, untuk naik ke kamar gue. Tapi lengan gue tertahan seseorang, yang gue lihat ternyata itu adalah Papa.

"San, Lia kemana?" tanya nya

"San mau bicara dengan Papa nanti malam. Lia masih disana." ucap gue dengan datar pada Papa, dan gue melepaskan genggaman tangan Papa dari lengan gue. Setelah itu gue pergi naik ke kamar.

Dari atas gue bisa dengar suara Papa yang menyuruh gue untuk kembali kebawah. Namun, gue abaikan karna gue benar-benar gak bisa kebawah lagi buat sekarang. Apalagi nanti gue ketemu lagi dengan Lia.

Gak...  kalau sekarang gue belum siap buat ketemu dia lagi.

***
setelah masuk kedalam Kamarnya, San langsung mengunci Kamar dan membanting tubuhnya ke kasur empuk miliknya.

San terdiam sambil memandang langit-langit kamarnya, pikirannya hari ini bercabang. Pertama ia memikirkan bagaimana adik tingkatnya, alias Hoho karna keadaan lukanya. yang kedua masalah perjodohan yang Papanya rencanakan tanpa berunding dulu dengan San. dan yang ketiga adalah rasa tidak enak karna dia sudah membuat Lia, yang notabe nya orang yang baru saja ia kenal itu Menangis.

Remember Me,Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang