[ NINE ]

6.3K 924 56
                                    

Makan malam kali ini terasa creepy. Senyum serta lirikan maut dari Jaemin membuatku susah menikmati makan malam kali ini.

Memang dirinya duduk bersebelahan dengan Jennie, tapi sialnya aku duduk di bersebrangan dengannya. Dan ia melancarkan keisengannya.

Aku masih menganggapnya sebagai candaan saja. Ucapan tadi sore membuatku kaget setengah mati, dia mengungkapkannya dengan raut wajah yang tidak main.

“Sepertinya sangat menyenangkan jika kita liburan bersama,” Jennie mengangkat sebuat topik menyenangkan di atas meja makan. “Bagaimana menurutmu Jaemin?”

Pria itu tidak menoleh sedikit pun ke arah Jennie, dan karena tatapannya itu aku hanya bisa menunduk dan meratapi kentang tumbuk buatan Jennie yang sangat lezat.

“Terdengar menyenangkan. Sudah lama aku tidak liburan dan aku ingin liburan bersama kalian. Bagaimana denganmu Renjun?” dia melemparkan pertanyaan itu kepadaku.

Kedua mata Jennie memelas kepadaku, aku tau di balik tatapan itu ia berharap kepadaku. “Maaf, tapi aku tidak bisa ikut kalian. Ada beberapa tugas dari sekolah yang mengharuskanku untuk mengumpulkannya tepat waktu,”

Senyum Jaemin luntur, kini Pria itu memandang piringnya dengan tak minat. “Oh, begitu. Baiklah,” jawabnya tak bersemangat.

Jennie tersenyum miring, “Sangat di sayangkan sekali Renjun tidak bisa ikut. Mungkin, kau bisa ikut lain kali, Renjun,” terdengar palsu. Ia berterima kasih kepadaku lewat signal matanya yang senang karena aku sudah membohongi Jaemin.

Aku merasa tak nafsu makan. Moodku menurum seperti jurang yang curam, dan aku beranjak dari tempatku. Kedua Orang dewasa itu menatapku, satu terlihat bingung, namun satu lagi terlihat senang, “Aku masih ada beberapa tugas yang harus di selesaikan. Dan selamat malam,”

Aku segera pergi ke kamarku sebelum mendengar balasan 'selamat malam' dari mereka. Sejak awal, Jennie hanya mengajak Jaemin. Terbukti dari pertanyaannya. Dia hanya bertanya kepada Pria itu, dan tidak bertanya kepadaku.

Aku tau ia amat tidak menyukai keberadaanku, tapi bisakah dia merubah sikapnya kepadaku. Aku sudah melakukan segala cara untuknya, menutupi semua kekurangannya hingga menjadi bonekanya saat ada Daddy di rumah.

Mengapa saat aku memperlakukan ia dengan baik, dia semakin menyakitiku lebih jauh?

Apakah ini layak untuk aku terima sebagai manusia yang mencoba melindunginya dari apapun?

Di balik semua pertengkaran kami, dari keributan kecil hingga amarah yang besar. Jauh di lubuk hatiku, aku menginginkannya menjadi Ibuku. Walaupun hanya sehari, aku ingin ia memperhatikanku sebagai Anaknya.

Tapi, semuanya tampak sia-sia saja.

Malam ini, aku terbaring di atas ranjang sembari menikmati keheningan yang terjadi di luar kepalaku. Namun, di dalam kepalaku banyak sekali pertanyaan tak berdasar yang selalu membuatku sulit untuk tidur di malam hari.

Tok!

Tok!

Pintu kamarku terbuka, sosok itu datang dengan senyumnya. Jaemin menutup pintu kamarku lalu mengkuncinya.

Aku beranjak dari posisiku, merubahnya menjadi duduk sila. “Apa yang kau lakukan di kamarku, bukankah kau memiliki kamarmu sendiri?”

Dia tidak berkata apa-apa hingga akhirnya dia berlari ke arahku dan menerjangku dengan pelukan hangat yang membuatku terenyuh.

Jaemin memelukku, di sini, tepatnya di kamarku sendiri.

Pria itu tidak mengatakan apapun saat sampai di kamarku. Ia hanya memelukku dengan erat hingga membuatku sedikit susah untuk bernafas dengan baik.

Psycho | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang