[ A ]

848 97 21
                                    

Dua hari setelah kejadian itu, Jaehyun menyuruh anak buahnya mencari informasi mengenai apapun yang bersangkutan dengan anak dan istrinya.

Bicara soal istri, sebenarnya mereka belum berpisah.

Sesungguhnya Winwin sudah berkali-kali mengirimkan surat perceraian melalui pengacaranya kepada Jaehyun.

Tapi berkali-kali juga Jaehyun tak mau menandatangani surat tersebut.

Akhirnya Winwinpun menyerah dan membiarkan hubungan mereka seperti sekarang ini.

Kembali lagi ke Jaehyun. Pria itu berdiri didepan sebuah rumah berukuran sedang, berbagai kekhawatiran berkecamuk didalam pikirannya.

Tapi dia mau semua ini berakhir, entah dengan akhir yang bahagia atau tidak.

Tapi setidaknya biarkan Jaehyun melihat wajah yang membuatnya sudah seperti mayat hidup begitu ditinggalkan.

Tangannya menekan tombol yang membuat sang empunya rumah mengetahui ada seseorang di luar rumahnya.

"Eum ha-" bibir  yang tadi tersenyum lebar, makin kian meluruh. Tubuhnya tegang melihat siapa tamu yang mendatangi rumahnya.

Kedua lidah mereka seakan kelu, tak ada percakapan diatara mereka. Mereka duduk berhadapan diruang tengah rumah yang didominasi berwarna biru laut ini. Teh yang dianggurkan mulai kian dingin tak disentuh oleh sang tamu.

Sekali-kali mereka saling mencuri tatapan, seperti anak remaja yang malu-malu mengenal cinta. Tapi apakah cinta masih ada diantara keduanya? ah ralat. Apakah cinta untuk Jaehyun masih ada?

"Jadi" ucap Winwin dengan suara yang dia runtuki sendiri, ah bagaimana bisa dia mengeluarkan suara seperti tadi

"Ekhem, jadi ada keperluan apa kau datang ke sini?" lanjut Winwin tetap tidak menatap mata indah didepannya.

Mata yang dulu membuatnya yakin bahwa pria didepannya adalah pilihan yang tepat, mata yang membuatnya jatuh cinta sampai sejatuh-jatuhnya.

Sampai dulu, membuatnya tak mau 'bangun' dan membuatnya tersakiti berulang kali.  "Apa kabar?" bukannya menjawab pertanyaan Winwin, pria berdimple itu malah mengajukan sebuah pertanyaan baru.

Kabar? bolehkah Winwin mengatakan bahwa dia tak baik-baik saja.

Apakah ini saat yang tepat untuk Winwin mengolok-olok pria yang sayangnya masih memenuhi relung hatinya?

Pria yang tak bisa membuat Winwin membencinya, malah sialnya rasa cintanya
semakin besar.

"Baik. Sangat baik" jawab ibu 1 anak itu dengan tegas, membuat Jaehyun tersenyum miris mendengarnya.

Ternyata mereka lebih baik tanpa sosoknya, yang hanya dapat membuat luka dihati mereka.
"Kau, apa kabar?

"Baik" kata Jaehyun "mungkin" tambahnya lirih tapi masih bisa didengar oleh si lawan bicara.

Sebenarnya Winwin hanya berbasa-basi menanyakan hal tersebut. Tak ditanyakanpun Winwin sudah tahu seberapa tak baiknya Jaehyun dari penampilannya.

Jaehyun orang yang sangat rapi dan bersih, Winwin tahu itu. Pria berkharisma itu tak mungkin membiarkan bulu-bulu halus tumbuh di area wajahnya, meskipun -Winwin jujur- itu membuat Jaehyun semakin tampan.

"Apa yang ka-

"Maaf" lirih Jaehyun, sedangkan Winwin tengah menahan air matanya agar tak jatuh dengan lancang.

"Sudahl-" ucapan Winwin lagi-lagi terpotong, kali ini oleh suara seseorang yang baru saja masuk kedalam rumahnya.

"Mama, Jaemin pulang!" seru pemuda dengan bulu mata yang lentik itu.

Dirinya berjalan ke arah ruang tamu, dan tatapannya bertemu dengan seorang yang dua hari lalu dihindarinya disebuah supermarket.

Jaemin dapat merasakan suasana canggung yang begitu terasa di ruangan ini.

"Sedang apa orang ini dirumah kita ma?" tanya Jaemin yang sekarang menatap wajah sendu mamanya,  terdengar jelas nada ketidaksukaan kepada hadirnya Jaehyun.

Raut wajah Jaehyunpun berubah mendengar perkataan anaknya, sebegitu bencinya kah Jaemin kepada Jaehyun?

Tapi sesungguhnya, Jaemin tidak benci. Dia hanya kecewa, kekecewaannya terlalu besar terhadap sang ayah.

Bahkan kalau boleh jujur, ingin sekali saat ini Jaemin memeluk erat papanya. Menangis didekapan papanya dan mengatakan bahwa dirinya merindukan beliau.

"Jaemin!" tegur Winwin pelan tapi tegas, tak pernah dia mengajarkan Jaemin untuk menjadi tak sesopan ini.

"Kenapa ma? mama masih mau membela pria itu?" Winwin hampir saja membentak Jaemin atas ketidak sopanannya, tapi Jaehyun membuka suaranya lebih dulu.

"Tidak apa Win. Ini bukan salah Jaemin, ini semua salahku. Salahku yang menyia-nyiakan kalian. Salahku yang beraninya bermain dibelakangmu Win. Salahku yang gagal menjadi seorang ayah untuk Jaemin, jadi sangat wajar jika Jaemin bersikap seperti ini. Maaf jika menganggu kalian, aku permisi. Semoga kalian bahagia"



~•TBC •~

Reality [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang