"Winn, kumohon, kurangi yaa" bujuk Jaehyun. Jaemin melihat kedua orangtuanya menuruni anak tangga hingga mencapai lantai 1 rumah mereka, terlihat sang ayah yang selalu mengikuti kemanapun mamanya berjalan.
"Bisakah kau duduk dan diam, Jaehyun?!" Winwin risih dengan suaminya yang sekarang selalu mengikuti kemanapun dia bergerak, hanya untuk memohon mengurangi masa hukumannya. Saat hari kerja, Winwin bisa bebas hingga sore hari, tapi kalau hari Sabtu seperti saat ini, hidupnya tak akan tenang.
"Winnn~" rengek Jaehyun kencang, terdengar menggelikan ditelinga Jaemin yang berada diruang tengah. Mereka sudah terbiasa dengan rengekan Jaehyun 1 setengah bulan belakangan ini, yaap sudah hampir 2 bulan mereka kembali lagi seperti dulu, dan hampir 2 bulan juga hukuman tersebut berjalan.
"Sebentar lagii Jung Jaehyun, bersabarlah"
Raut wajah Jaehyun semakin tak karuan dengan perasaan kesal, pria berdimple itu keluar dari dapur sambil sesekali menghentakan kakinya, Sicheng sampai harus menahan tawanya sampai Jaehyun benar-benar keluar dari area dapur.
Jaehyun menghempaskan dirinya disebelah sang anak yang sedang menonton animasi didepannya.
"Jaeminn, tolong bujuk mama mu" Jaemin merotasikan bola matanya ketika Jaehyun menggoyang-goyangkan tangan kanannya tak henti.
"Jaeminn~ papa sudah tak kuat setiap hari harus bermain sendiri dan--"
"YAKK!!" teriak Jaemin menjauhi pria berdimple yang menatap memelas kepadanya.
"Mamaa! Papa mengatakan hal yang kotor kepadakuu! Telingaku sekarang ternodai" ucap Jaemin menggelayut manja dilengan Winwin yang sudah berada diantara mereka ketika mendengar teriakan Jaemin.
"Cih! Kau berpura-pura polos, sekarang? Padahal bulan lalu kau dan Jeno sudah melaku--"
"JANGAN DILANJUTKAN, PA!" teriak Jaemin lagi, tepat ditelinga Winwin yang sekarang menyentil bibir anaknya.
"Apa-apaan kalian ini?!" Winwin memberi tatapan tajam untuk keduanya.
"Itu papa yang mulai" cicit Jaemin menunjuk Jaehyun yang tak rela disalahkan.
"Apa?! Aku hanya meminta bantuan Jaemin" balas Jaehyun tak mau kalah.
Winwin menaikan sebelah alisnya, tak mengerti bantuan apa yang diminta Jaehyun hingga anaknya seperti ini.
"Bantuan apa?" tanya Winwin dingin.
"Untuk mengurangi waktu hukumanku, sungguh aku tak kuatt"
Jaehyun membalikan badannya menjadi posisi telungkup di sofa abu-abu itu. Jaemin yang lelah dengan semua drama yang dibuat orangtuanya pergi ke kamarnya, tak berbeda Winwinpun melenggang pergi, menyelesaikan urusannya didapur.
Setelah hari dimana Winwin memberi hukuman pada semua orang yang dirumah, Jaemin tak diperbolehkan untuk menemui Jeno sementara waktu, jadilah Jeno dan Mark ditempatkan di apartement milik Jaehyun. Haechan tetap tinggal bersama Jaemin selama masa liburan habis.
Tapi 2 minggu setelah kejadian itu, Jaemin seringkali mual dan memuntahkan cairan bening. Winwin mulai merasa khawatir dan membawa anaknya ke rumah sakit.
Winwin benar-benar kecewa saat itu dengan laporan hasil pemeriksaan yang menunjukan bahwa Jaemin telah mengandung selama 1 bulan. Winwin telah merasa gagal menjadi seorang ibu, bagaimana bisa ia tak tahu, sang anak telah melakukannya jauh sebelum hari itu.
Jaehyun sebagai kepala keluarga hanya dapat menenangkan keduanya, apalagi sang istri yang tak mengatakan apapun saat mereka tiba dirumah.
Seminggu setelahnya, Jaemin selalu berusaha untuk berbicara kepada Winwin meskipun selalu diacuhkan. Setiap malam dia selalu menangis didepan kamar orangtuanya, hingga Jaehyun harus menenangkan Jaemin hingga tertidur dan membawanya ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality [✔]
FanficTerlalu banyak kata "mungkin" untuk menutupi sebuah kenyataan. WARN! -•b×b // yaoi -•Mpreg [ Jaehyun × Winwin ] Start : 04/07/2020 End : 12/08/2020