Dua minggu sudah berlalu untuk Jaehyun berjuang mendapatkan Winwin kembali, masih tak ada perkembangan mengenai hubungan mereka.
Tak pernah istrinya itu, menatap wajahnya jika sedang berbicara berdua.
Wajar, jika Winwin seperti itu. Jaehyun mengerti, kesalahannya terlalu besar untuk Winwin maafkan dengan mudah.
Hari ini, mereka berdua menikmati waktu diruang tengah dengan menonton film yang sebenarnya tak mereka mengerti. Tapi biarlah, daripada hanya keheningan yang mengisi ruangan tersebut.
Karena dari hari kemarin, Mingyu tak pernah absen sekalipun untuk datang ke rumah Winwin seperti yang dia lakukan. Itu juga menjadi salah satu faktor, yang menyebabkan dirinya hampir menyerah berkali-kali.
Melihat bagaimana mereka berbagi tawa, perhatian, bahkan tak sekali dua kali, mereka berpelukan saat Mingyu ingin pulang.
"Winwin"
"Heum?" yang lebih muda masih tak mau menatap pria disampingnya, bukan karena alasan lain, dia hanya terlalu gugup.
"Jung Winwin, bisakah kau menatapku jika kita sedang berbicara?" ujar Jaehyun tegas, membuat Winwin menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Jaehyunpun juga, tak seharusnya dia berbicara dengan nada seperti itu.
"Maafkan aku" ucapnya terdengar tulus sambil mengarahkan tubuh Winwin agar menghadapnya.
"Aku tidak mau memperpanjang ini lagi, aku ingin mengatakan yang sedari awal kita bertemu ingin ku ucapkan" Jaehyun mengambil nafas pelan sebelum berbicara hal lainnya nanti, sedangkan Winwin pelan-pelan mulai mengangkat kepalanya tapi masih tak berani menatap mata Jaehyun.
"Kau tau kenapa aku kembali kesini?" tanya Jaehyun, Winwin menggeleng pelan.
"Aku ingin menjemput permataku, menjemput seorang yang dengan bodohnya ku sia-siakan." Winwin menatap mata Jaehyun, mata itu memancarkan kesungguhan disetiap kata yang pria Jung ucapkan.
Jaehyun mengulum senyum sebelum memulai berbicara lagi, yang membuat Winwin merasakan getaran aneh ditubuhnya.
"Aku tau, mungkin kesalahanku tak akan kau bisa lupakan. Tapi bolehkah aku mengharapkan sedikit kebaikan hatimu untuk memaafkanku? dan kembali bersamaku?" tak ada jawaban dari Winwin, malahan si cantik menunduk dalam.
Jaehyun menatap nanar Winwin, senyum miris tercetak diwajahnya. Miris, akan hidupnya, akan kebodohannya dulu.
"Hahaha, aku terlalu banyak meminta ya Win?" ucapnya terdengar sangat lirih ditelinga Winwin, tapi tak sedikitpun Winwin bergeming dari posisinya yang menunduk.
"Terimakasih untuk semuanya Win, aku berjanji setelah ini akan menandatangani surat perceraian kita sehingga kau dapat bersama dengan Mingyu." Jaehyun melepas pengangan tangannya dibahu Winwin, dan perlahan berdiri tapi tangan kecil menariknya lembut untuk kembali duduk ditempatnya.
"Kau menyerah? Karena ku tak pernah mau menatap wajahmu, selalu menghindar darimu dan karena Mingyu bukan?" tanya Winwin tepat sasaran, mereka sekarang sedang menatap mata yang masing-masing mereka rindukan.
"Aku, hanya terlalu gugup. Matamu selalu membuatku semakin jatuh, sampai tak mengerti caranya untuk berdiri. Aku takut untuk semakin jatuh, sebenarnya memang aku sudah jatuh untuk dirimu" Winwin tertawa kecil disela-sela ucapannya, tangan kecilnya membawa tangan yang lebih besar untuk digenggamnya.
"Kau itu jahat Jaehyun" ucap Winwin dengan intonasi sedikit tinggi. "Jahat karena aku bahkan tak bisa membenci dirimu, dan lebih jahatnya lagi, aku semakin mencintaimu hiks"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reality [✔]
Fiksi PenggemarTerlalu banyak kata "mungkin" untuk menutupi sebuah kenyataan. WARN! -•b×b // yaoi -•Mpreg [ Jaehyun × Winwin ] Start : 04/07/2020 End : 12/08/2020