[ I ]

669 83 34
                                    

Suasana didalam mobil tersebut cukup hidup, apalagi suara unik salah satu sahabat Jaemin.

Saat tadi ayah dan anak itu menunggu Jeno, ternyata ada dua orang tambahan. Kakak Jeno dan juga kekasih dari kakaknya. Mark dan Haechan.

Jaehyun dengan senang hati menerima mereka dirumahnya. Jaemin yang melihat kedatangan mereka senang bukan main, tadinya sih kesal tapi melihat ada Haechan moodnya berubah drastis.

"Nah, sudah sampai" ucap Jaehyun memutuskan obrolan yang cenderung di dominasi oleh anaknya dan Haechan.

"Wah, rumahnya besar sekali" ucap Haechan kencang, hingga Jaemin harus membekap mulut sahabatnya itu, sedangkan Mark hanya dapat membungkuk meminta maaf kepada Jaehyun.

Jaehyun terkekeh, unik sekali teman-temannya Jaemin.

Mereka memasuki rumah besar tersebut, Jaemin yang juga baru kembali lagi kerumah ini ingin sekali menumpahkan air matanya.

Tak ada yang berubah dari rumahnya, harum, dekorasi, letak foto keluarga, tetap sama. Tapi apakah keluarganya bisa tetap sama seperti dulu?

"Sebaiknya kalian bersihkan diri dulu, setelah itu kita makan bersama" titah Jaehyun yang langsung dituruti oleh keempat anak muda itu.

Jaehyun mengantarkan Jeno dan Mark ke kamar yang berada dilantai 1. Sedangkan Jaemin beranjak menuju kamarnya yang berada dilantai atas, diikuti Haechan dibelakangnya.

Saat dia membuka pintu, dia menatap sekeliling. Tak ada yang berubah dari kamarnya, bahkan kamarnya sangat rapi, seperti dibersihkan setiap hari.

"Woah, aku ingin tidur rasanya" Haechan langsung melompat keatas tempat tidur dan merentangkan tangan dan kakinya, sampai tak ada ruang untuk Jaemin berbaring.

"Mandi dulu Chan" tegur Jaemin. Dia sangat tau bahwa jika Haechan sudah menyentuh kasur, dia akan langsung tertidur.

"Ah aku malas Jaem" rengeknya, tapi dengan sekuat tenaga Jaemin terus menarik tangan pemuda dengan tubuh yang sedikit berisi.

Pada akhirnya Haechan hanya bisa menurut, daripada tangannya nanti sakit karena Jaemin menariknya kencang.

Apalagi ancaman dari Jaemin, yaitu tak ada cemilan untuk dirinya selama dirumah ini. Ohh tidak, Haechan tak dapat hidup tanpa cemilan.

Sembari menunggu Haechan yang sedang didalam kamar mandi, Jaemin berjalan mengelilingi rumahnya. Sampai akhirnya, kakinya berhenti didepan kamar yang menjadi saksi semua penderitaan batin ibunya.

"Pa, papa didalam?" panggil Jaemin sambil mengetuk pelan pintu kayu tersebut.

"Masuk saja, papa didalam" ucap yang berada didalam.

Jaemin menatap kamar orangtuanya dulu. Jaemin sangat terkejut, melihat betapa banyaknya figura dengan foto ibunya menghiasi dinding kamar ini.

Jika dulu kegelapan yang menemani Winwin dalam kesedihannya, sekarang kegelapan selalu menemani Jaehyun dalam kerinduan dan penyesalan.

"Papa rindu mama?" tanya Jaemin masih sambil menatap dinding kamar ini, sedangkan Jaehyun tetap membelakangi Jaemin sedari anaknya masuk.

Posisi Jaehyun sekarang, persis seperti Winwin dulu saat menangis dimalam hari.

"Sangat" jawabnya singkat tapi tegas.

"Papa mencintai mama?" sekarang Jaemin sudah berada disamping Jaehyun yang duduk dipinggir tempat tidur masih menunduk.

"Saat itu papa bosan dengan hubungan kami, papa mulai berani bermain dibelakang mama kamu. Papa pikir, dengan cara seperti itu dapat mengembalikan kebahagiaan papa, dan ternyata benar." Jaehyun menghela nafas berat, sungguh menyesal dengan tindakan bodoh dia saat itu.

"Tapi itu sebelum kalian pergi, kebahagiaan itu ternyata hanya sementara, sedangkan papa sudah kehilangan kebahagiaan yang sebenarnya." sambungnya dengan suara bergetar, Jaemin hanya dapat mendengarkan cerita sang ayah. Jaemin tau apa yang dilakukan ayahnya salah, tapi Jaemin sedih melihat orangtuanya seperti ini.

"Papa sadar bahwa, papa masih mencintai mama kamu. Harusnya pada saat itu papa membantu mamamu mengembalikan 'rasa' pada hubungan kami, tapi bodohnya papa malah pergi ke oranglain dan membiarkan mama-mu berjuang dan merasa sakit sendiri" seberapa kuat Jaehyun membentengi dirinya, tapi jika membahas keluarga apalagi istrinya dia tak kuat untuk menahan air mata.

Jaemin memeluk tubuh sang ayah, membiarkan pria pemilik dimple menumpahkan segala keresahannya.

Hanya dia yang dapat membuat keadaannya menjadi lebih baik disaat kedua orangtuanya sedang seperti ini.

"Jika papa mencintai dan menyayangi mama, kenapa papa tak mengejar mama?" tanya Jaemin lembut sesudah melepaskan pelukannya.

"Papa takut, mama kamu tak akan menerima papa lagi" ucap Jaehyun terdengar putus asa, Jaemin kesal mendengarnya.

"Hanya sampai sini perjuangan papa? Bahkan papa belum tau perasaan mama yang sebenarnya! Jika papa ingin mama kembali, kejar sekarang." suara Jaemin mengeras, membuat Jaehyun agak tersentak.

"Dulu mama yang memperjuangkan papa, dan sekarang Jaemin mohon, papa jemput mama jika papa tak mau kehilangan mama untuk kedua kalinya" Jaemin memelankan intonasinya, bahkan suaranya terdengar lembut dan sedih. Pandangan Jaemin mengabur, menghadap ke bawah.

"Saat kami pergi dari sini, Jaemin kira mama akan tersenyum bahagia, dan akan mewujudkan impian kami. Tapi ternyata sama saja, mama sering sekali menangis saat malam bahkan lebih sering daripada saat kami masih disini" Jaehyun menatap penasaran, menunggu apa yang selanjutnya akan dikatakan oleh sang anak.

"Jaemin kira karena luka yang papa berikan masih berbekas dihati mama, tapi Jaemin salah. Mama bahkan sudah melupakan kesalahan dan memaafkan papa. Papa ingin tau kenapa mama selalu menangis meskipun sudah tak bersama papa?" Jaemin menatap mata Jaehyun yang penuh keingintahuan, apa saja yang terjadi kepada mereka berdua disana.

"Mama merindukan papa, dan mama benci kenyataan bahwa rasa cinta mama ke papa semakin besar." Jaemin tersenyum tipis melihat keterkejutan dari wajah sang ayah.

Tanpa membuang waktu lama, Jaehyun mengambil ponsel dan sepertinya mencari kontak seseorang.

"Pesankan aku penerbangan ke Perancis, hari ini juga. Jam berapapun aku tak peduli" ucapnya, dan langsung menutup panggilannya setelah mendapat jawaban dari lawan bicara sana.

"Papa akan menjemput istri papa" ucap Jaehyun penuh keyakinan, Jaemin tersenyum lebar lalu mengacungkan dua ibu jarinya untuk Jaehyun.

"Papa yang terbaik" ucapnya.

"Kamu yang paling terbaik Jaemin" balas Jaehyun lalu membawa anaknya kedalam pelukannya.

Jaehyun sangat berterimakasih kepada anaknya, mungkin jika tak ada sang anak dan kata-kata yang menyadarkannya, tak akan Jaehyun berani bertindak seperti ini.



~•TBC •~
Gak tau gak tau nulis apaan 😶

Reality [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang