Chapter 《02》

18 4 23
                                    

Budayakan vote sebelum membaca
Happy Reading

.
.
.

Sang surya mulai menyapa langit di ufuk timur. Terlihat wanita setengah paruh baya tengah sibuk dengan berbagai peralatan dapur, sesekali bola mata ku menangkap aksinya yang begitu lihai, berbagai masakan pun dia masak untuk sarapan pagi ini dan cemilan untuk seorang tamu spesial.
Spesial(?)

Tiba-tiba saja aku yang sedang termenung di ruang tamu, dikejutkan dengan suara teriakan yg tepat bersuara di lobang telingaku.

"WHOYYY!!" suara itu seakan-akan memukul gendang telingaku, dan membuat jantungku hampir copot.

"Pagi-pagi gini masih ngelamun" ucap kak Malik sembari duduk di dekat ku setelah berteriak di telingaku.

"KAKAK" teriakku kesal sembari menatapnya sekejap lalu kembali fokus dengan tatapanku sebelumnya

"Serius amat liat Ibu masak."

"Ohhh, aku tahu kan entar kamu mau jadi istri seseorang jadi biar bisa masak ya, emang kalau mau pinter masak liatin jauh-jauh yah?" ucap kak Malik meledekku dengan segera ku cubit punggungnya.

"Eh sakit," ujarnya meringis kesakitan namun wajahnya sedang tersenyum.

"Sakit tapi kok senyum-senyum gitu," ujarku menatapnya tajam, mendengarnya dia pun tertawa renyah.

Tiba-tiba ponsel kak Malik berdering, satu panggilan masuk dan dia langsung melihatnya, setelah melihatnya dia pun tersenyum meledekku sembari menperlihatkan panggilan yg tertera nama AZAM.

DEG

Entah kenapa tiba-tiba saja jantungku berdetak begitu cepat, tidak seperti biasanya. Kak Malik pun menggeser tombol berwarna hijau dan menekan salah satu tombol yg tertulis "speaker" dan lagi-lagi dia tersenyum meledekku.

"Kak apaan sih," lirih ku

"Assalamualaikum Zam, ada apa?" tanya kak Malik.

"Waalaikumussalam, hmm mungkin hari ini aku tidak bisa datang ke rumah mu, soalnya ada urusan mendadak, aku minta maaf ya Malik, sampaikan juga pada Ibu mu," ujar pemuda itu membuat perasaan ku bercampur aduk.

"Oh gitu, tidak masalah Zam."

"InsyaAllah lain waktu aku berkunjung ke rumah mu."

Akhirnya kedua sahabat lama itu menutup percakapannya dengan salam, melihat kak Malik yang sudah tak menelpon lagi aku pun mulai menatapnya.

"Hmm, apa yg itu kakak bilang bertanggung jawab?" tanya ku.

"Ya ampun, kamu itu jangan su'udzon dulu, tidak baik tau, kita kan tidak tau, mungkin saja keperluannya itu sangat mendesak," ujar kak Malik meyakinkanku

"Hmm, terserah kakak."

"Ibu tidak usah masak banyak yah bu, tamunya tidak jadi datang," ujarku lalu beranjak pergi ke kamar.

Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur, perasaan kesal pun mulai muncul kepada lelaki yg bernama Azan itu.

"Hmmm, jika bukan keinginan ibuku, aku tidak menikah dengannya, aku menyesal sudah mengiyakan pada Ibu ku," batin ku

Tut tut tut

Sebuah pesan pun masuk di ponsel ku yang tergeletak dia atas nakas, aku pun bangkit dan meraihnya, terlihar pesan masuk dari Azizah

Azizah

Ris, kamu ada waktu
gak hari ini? Kalau ngak ada
kita jalan yuk, terus kira singgah
di toko buku, aku mau beli novel,
Ayo lah, kamu pasti bosen dirumah

InsyaAllah
✅✅

Oke kita ketemu di penjual es
kelapa muda saja yah

Setelah membaca pesan dari Azizah, aku pun langsung berkemas-kemas, setelah itu aku menghampiri Ibu ku yang tengah menonton di ruang keluarga.

Ketika aku berada di hadapannya, ibuku menatap kebingungan.

"Mau kemana nak?" tanya nya.

"Azizah ngajakin aku ke toko buku, tapi sebelum itu kita mau keluar jalan-jalan dulu," jawabku

"Oh iya, kamu hati-hati yah," ujar ibu ku, lalu aku pun mencium punggung tangannya dan beranjak pergi namun sektika ibu menghentikan langkahku dengan ucapannya.

"Nak, Azam minta maaf karena ngak datang tadi."

"Ibu tidak usah tutupin bu, aku tadi ada di dekat kak Malik, aku denger dia hanya minta maaf sama ibu dan kakak."

"Tapi nak--"

"Yaudah aku berangkat duluan yah bu, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Aku pun menyalakan motorku dan meleset menuju es kelapa muda favorit kami.

Sesampainya ku lihat Azizah yg sudah menungguku, aku pun menghampirinya dan Azizah pun memesan es kelapa muda ketika aku sudah berada di hadapannya.

Setelah meminum es kelapa muda favorit kami, kami pun meluncur menuju toko buku, di sana kami menghabiskan waktu yang begitu banyak, karena buku-buku yang kami cari begitu lama ditemukan, hingga pada pukul 16.00 baru kami keluar dari toko buku tersebut, untunglah di toko buku itu terdapat mushollah untuk kami shalat.

Ketika kami hendak ingin pulang berbarengan, tiba-tiba Ayah Azizah datang menjemputnya, aku pun terharu melihat keharmonisan seorang ayah dan putrinya yg membuatku teringat kenangan bersama Ayahku sebelum menceraikan Ibu dan mengingat hal itu tiba-tiba air mataku mulai menetes di pipi.

"Arisha mau ikut tidak?" tawar Ayah Azizah.

"Gak usah Om, lagi pula Risha bawa motor kok," tolakku halus

"Yaudah kami duluan yah," ujar Ayah Azizah, perlahan-lahan punggung mereka mulai hilang di bola mataku, dan aku pun juga mulai berangkat pulang ke rumah.

Namun, dipertengahan jalan, aku merasakan kepalaku begitu pusing dan penglihatanku begitu buram, aku pun sudah sangat oleng mengendarai motorku lalu aku tidak bisa lagi mengontrol tubuhku dan

BRUKKKK!!

#TBC
Terimakasih telah membaca

Imam Pilihan IBU [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang