Senin ke-4 dari awal masuk sekolah, jadwal pelajaran juga sudah dibagikan pada Senin ke-2. Semua siswa/i di sekolah itu sudah disibukkan dengan materi-materi pembelajaran. Apalagi kelas 10 Mia-1, yang dikenal dengan kelas unggulan tentunya.
"Ssstt!"
"Ssstt!"
"Alka!"
Dia menoleh ke samping kanan ketika mendengar namanya dipanggil.
"Dipanggilin dari tadi juga!" gerutu seorang gadis dengan nada berbisik. Lalu tangannya terulur menyerahkan gulungan kertas pada Alka.
Bangku mereka yang terpisah dengan celah membuat tangan gadis itu harus bisa tersembunyikan dari pengelihatan sosok guru Kimia wanita yang tengah duduk mengawasi di tempat duduk depan.
"Gak usah munafik, gue tahu lo gak becus ngerjain soal-soal itu. Cepet terima ini jawabannya."
Gadis itu sampai menunduk-nundukkan kepalanya, mencari perlindungan yang pas dengan tertutupi pungung temannya yang lumayan memiliki badan berisi yang duduk di depannya.
"Lo kira gue bakal ngerjain soal itu, gue gak butuh jawabannya." jawab Alka yang memasang wajah datar membuat emosi gadis itu malah memuncak.
"Lo jangan main-main sama Bu Octa ya Al, dia gak kaya nyokap lo yang terkenal tegas tetapi baik. Dia itu killer, udah cepet terima ini pegel tangan gue! Al, please lo gak usah nyari mati sama tuh guru."
Mendengar kata "nyokap" yang dikatakan gadis itu membuatnya langsung menarik kasar gulungan kertas dari tangannya. Dia benci saat berada di sekolah seperti ini harus mendengar kata itu setelah di rumah dia selalu mencari cara agar tidak pernah melihat wajah ayahnya
"Waktu pengerjaan sudah habis. Saya hitung sampai 5 dan yang telat mengumpulkan tidak akan saya nilai. 1..... 2..... 3....."
Berbondong-bondong siswa/i di kelas itu berlari ke meja guru untuk mengumpulkan buku latihannya. Ada yang sampai terbentur meja karena mereka memang saling berdesak-desakkan untuk sekedar berjalan di celah antar 2 bangku.
"5! Yang tidak mengumpulkan angkat tangan!" ucapnya dengan tegas sembari pandangannya menelisik satu persatu murid di kelas itu. Tidak ada yang mengangkat tangannya.
"Baik. Ketua kelas tolong nanti bel masuk istirahat pertama ambil buku-buku ini di kantor guru."
"Iya Bu."
"Tetap diam di dalam kelas, 10 menit lagi bel istirahat berbunyi. Saya mau mengkoreksi latihan kalian."
Dalam waktu beberapa detik suasana kelas masih hening, namun itu tidak bertahan lama ketika satu dua orang dari mereka mulai berpindah tempat duduk. Ada yang PDKT, segerombolan cewek ngegosip, dan bagi mereka-mereka yang pintar itu terlihat dari garis wajahnya menyibukkan dirinya dengan membaca buku.
"Lo itu ya batu banget emang. Kalau gue gak sekalian ngumpulin buku latihan lo tadi, gue yakin lo gak bakal maju kan buat ngumpulin?"
Saat semua tadi ribut berdesak-desakkan karena mendengar hitungan dari Bu Octa, Alka hanya diam melipat kedua tangannya di atas meja. Vera yang melihat hal itu sungguh tak sabaran. Ia langsung meraih buku latihan Alka dan mengumpulkan bebarengan dengan bukunya.
"Alka, lo gak bisa terus-terusan kaya gini. Dari SMP kelas 3 sikap lo tiba-tiba berubah. Kita udah sahabatan dari SMP. Lo bisa cerita ke gue kalau lo punya masalah."
Vera duduk menghadap Alka dengan sedikit memajukan bangkunya mendekati Alka. Alka sedari tadi hanya diam memandang kosong ke arah papan tulis yang masih terpenuhi tulisan rumus-rumus kimia.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANA || Na Jaemin
Teen Fiction"Boleh ku katakan benar, jika cinta tak pernah memandang apapun, termasuk usia." Alkana adalah seorang pria yang begitu dingin dan keras kepala, tidak hanya itu hatinya juga terikut keras manakala Sang Ayah tidak bisa berlaku adil antara dirinya dan...