Metana~[4]

31 2 0
                                    

Setelah bel masuk istirahat pertama berbunyi sekitar 10 menit yang lalu, sampai saat ini guru mata pelajaran Kimia belum juga masuk. Suasana kelas X Mia-1 menjadi ramai dengan segala macam bentuk keributan.

"Guys! Ini hasil ulangan pertama matematika kita selesai diperiksa sama Pak Guntur. Gue panggil nama, kalian maju ya."

Ketua kelas masuk dengan membawa setumpuk kertas di rengkuhan tangannya. Dia mulai memanggil satu persatu nama-nama anggota kelasnya. Nama itu tersusun sesuai abjad, jadi nama Alka dipanggil dalam urutan ke-4. Setelah ia mengambil lembar hasil ulangannya dan duduk lagi dibangkunya dia melihat dengan tatapan biasa pada nilai yang tertera di sudut kanan atas lembar kertasnya. 90, hanya salah 1 dari 10 soal yang dia kerjakan dengan tuntas. Desas-desus komentar para temannya mulai dia dengar setelah menerima dan melihat hasil ulangan mereka sendiri.

"Alia, kamu dapat berapa?"

Alka menoleh ke kiri, melihat Vera sedang bertanya nilai ulangan yang diperoleh teman kelas mereka yang duduk di depan Vera. Tak lama Alka mengalihkan matanya ke layar ponsel.

"Aku dapat 100, alhamdulillah.." jawab Alia sambil berbalik badan menghadap Vera. "Kalau kamu?"

Alka terus memfokuskan pendengarannya ke pembicaraan mereka. Dia menunggu Vera mengatakan berapa nilai yang gadis itu peroleh. Namun Alka tak kunjung mendengarnya.

"Udah gak usah sedih, nanti di ulangan yang berikutnya kamu harus lebih giat belajarnya. Semangat!"

Perkataan Alia seketika langsung membuat Alka menoleh ke arah mereka lagi. Dia melihat Vera mengangguk dan tersenyum paksa menanggapi perkataan Alia. Meski mata Alka hanya mampu melihat dari samping wajah Vera, tapi dia tahu sahabatnya itu sedang kecewa dengan nilai yang didapat.

Gara-gara insiden kemarin, sejak pagi tadi Vera menghindarinya. Sama sekali tak menyapa, berkata, bahkan tersenyum kepada Alka. Alka juga terus diam, tak berniat untuk berkata terlebih dahulu. Biarlah seharian ini menjadi hari bisu untuk mereka berdua. Mungkin dengan begitu mereka bisa saling intropeksi terhadap diri mereka masing-masing.

"Silahkan simpan buku kimia kalian ke dalam tas. Ibu akan segera membagikan lembar jawaban dan soalnya." Ucap tegas Bu Octa diiringi suara hentakan heelsnya dari arah pintu berjalan ke meja guru.

Sekarang ulangan harian Kimia juga yang pertama. Pelajaran yang sangat dibenci oleh Alka. Tapi mau tidak mau Alka harus mengikuti ulangannya. Alka tidak seburuk bad boy yang benar-benar berandalan, suka membolos pelajaran, tidak peduli dengan nilai, melanggar peraturan sekolah, dan tidak menghargai seorang guru. Alka hanya membenci Kimia. Bukan sosok guru wanita yang kini tengah membagikan lembar soal ke setiap meja. Namun, jika yang mengajar Kimia di kelasnya saat ini adalah pria setengah baya yang berstatus sebagai ayahnya itu, mungkin Alka bisa berubah menjadi bad boy sejati. Dia akan selalu membolos setiap pelajaran itu, karena wajah pria itu hanya akan membangkitkan emosinya setiap kali dia melihatnya.

"Kerjakan dengan jujur. Karena ibu akan lebih menghargai siswa yang mengerjakan dengan kejujuran meskipun nilai dia rendah."

Suasana kelas langsung berubah senyap, semua sibuk dengan soal Kimia yang mereka hadapi. Waktu terus berjalan, sesekali Bu Octa berdiri dari kursinya jalan berkeliling sambil pandangan matanya mengawasi setiap gerak-gerik semua siswa. 20 menit berlalu namun belum ada goresan bulpen di atas lembar jawaban milik Alka. Dia terus menatap soal-soal Kimia dengan pandangan yang sulit diartikan. Materi tentang "Struktur Atom dan tabel Periodik", Bu Octa memang sengaja membuat ulangan harian 1 ini masuk pada bab 2 sedangkan di bab 1 kemarin Bu Octa hanya menjelaskan tentang "Hakikat, Peran Kimia, dan Metode Ilmiah" yang beliau yakin siswa-siswanya langsung mampu memahami. Tapi sayangnya Bu Octa tidak tahu jika ada salah satu siswanya yang tidak mampu memahami, tidak akan mampu memahami lebih tepatnya. Terbukti, Alka tidak bisa menjawab lima soal itu.

METANA || Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang