Rumah makan sederhana yang menjual makanan-makanan khas Indonesia dengan harga yang lumrah. Tempat duduk lesehan menambah kesan nyaman bagi para pengunjung sambil menikmati makanan dengan rempah-rempah yang sangat berasa ketika makanan itu baru sekali kunyah di dalam mulut mereka.
Seorang perempuan berseragam putih abu-abu dan terdapat logo SMA Belia Jawara pada baju bagian lengan kanannya duduk sambil menopang wajah sebelah kiri dengan tangan kirinya, jemari tangan kanannya sibuk menghitung rentetan menu yang didengar oleh sepasang telinganya.
"Cukup, itu aja mas."
"Kalau mbaknya mau pesan apa?"
Laki-laki yang duduk di hadapannya menyerahkan daftar menu makanan sembari tersenyum miring. Dia langsung menarik kertas daftar menu itu, beberapa detik berlalu dengan bola matanya berkelanan mengurut daftar menu beserta harganya lalu padangannya jatuh pada satu menu makanan dan satu menu minuman yang menurut dia sekiranya enak dan paling murah dari serentetan menu-menu makanan yang lain.
"Gak mas. Pesanan dia aja." Ucap Vera pada akhirnya.
Vera berubah pikiran karena dia yakin uangnya tidak akan cukup untuk membayar pesanan Alka, bagaimana mungkin dirinya menambah jumlah yang harus dia bayar nantinya.
"Gak! Gak bisa gitu! Lo juga harus pesen." Sahut Alka tiba-tiba.
"Ka, uang gue-"
Alka merebut kembali daftar menu dari tangan Vera. Kemudian dengan cepat dia menyebutkan menu pesanan untuk sahabatnya itu.
"Es teh sama nasi goreng aja mas." Ucapnya sembari memberikan daftar menu itu pada pelayan. Vera ingin mencegahnya namun mulutnya bingung ingin menyuarakan apa melihat tindakan Alka. Pada akhirnya dia hanya bisa mendengus pasrah.
"Baik, mohon ditunggu pesanannya." Pelayan itu bergegas pergi meninggalkan meja mereka.
"Dua belas menu, gila lo emang! Lo mau bikin acara mukbang atau lagi kesetanan, ha?!" ujar Vera suaranya langsung meninggi.
Laki-laki yang diteriaki malah mengernyitkan dahi, bersidekap dada, sedetik kemudian dia tertawa mengejek.
"Kalau uang gue gak cukup buat bayar gimana?" rengek Vera dengan nada dan raut muka kesal bercampur putus asa. Dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Ya lo paling disuruh bantu-bantu nyuci piring di dapurnya." Balas Alka dengan enteng.
Vera menurukan kedua tangannya dari wajahnya, menatap Alka dengan tatapan memelas,"Sedendam ini ya lo ke gue Al?"
"Enggak juga sih." Jawabnya tanpa melihat orang yang bertanya.
Vera membuang pandangannya, kali ini benaknya sedang memunculkan kalimat tanya yang harus dia cari tahu kepada Alka.
"Gimana bisa lo dapat 100? Lo diem-diem buka buku ya di bawah kolong meja?" tanyanya dengan sorot mata yang kembali mengarah ke Alka.
Alka mendengus mendengar tuduhan Vera, "Lo pikir gue mau ngelakuin hal-hal serendah itu?"
"Ya bisa aja! Karena terpaksa! Supaya lo menang taruhan!" Balas Vera mulai kembali meninggikan suaranya, tapi dia masih bisa mengontrol agar tidak kebablasan dan menjadi pusat perhatian pengunjung restaurant yang lain.
Alka terikut geram manakala mendengar nada suara Vera yang dia pikir-pikir sedari tadi seperti tidak terima akan kekalahannya. Dua hari yang lalu adalah hari dimana pertarungan antara mereka dimulai. Ulangan harian Kimia materi Bab 2 kelas 10 Mia-1. Alka dan Vera sama-sama mengerjakan soal-soal ulangan itu dengan percaya diri. Tetapi apa yang diharapkan Vera justru terjadi sebaliknya. Pagi tadi, Chandra usai pergi ke kantor guru untuk mengambil hasil ulangan harian kelasnya di meja Bu Octa. Lantas dia membagikan ke teman-teman kelasnya. Jam istirahat pertama tiba dan saat suasana kelas sudah sepi, Alka dan Vera saling menunjukkan hasil ulangan mereka. Vera sungguh dibuat terkejut dengan hal itu. Nilai 90 yang Vera dapat dan dia kira Alka memperoleh nilai 10 atau bahkan 0. Karena fakta yang menjelaskan betapa Alka sangat bodoh di pelajaran Kimia. Namun yang terjadi lebih banyak 10 poin dari nilai Vera yang justru Alka peroleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
METANA || Na Jaemin
Novela Juvenil"Boleh ku katakan benar, jika cinta tak pernah memandang apapun, termasuk usia." Alkana adalah seorang pria yang begitu dingin dan keras kepala, tidak hanya itu hatinya juga terikut keras manakala Sang Ayah tidak bisa berlaku adil antara dirinya dan...