02

71 19 2
                                    

Selamat membaca, maaf bila  ketikan tangan ku tak mengesan dihati kalian.

"Hai!" sapa seseorang yang berada di belakang Keina.

Keina memberhentikan jalannya lalu, melihat ke belakang. "Iya?"

Gadis yang menyapanya itu kini sedang asik mengeupil. Ia melihat Keina dengan senyum jahilnya. Ia mengeluarkan jari telunjuknya itu dari lubang hidungnya, terlihat jelas ada upil yang menempel dijari telunjuknya. Senyum gadis itu semakin terbit, bukan lagi senyum jahil. Dengan senyum yang menghiasi wajah gadis itu, ia menjulurkan jari telunjuknya tepat di depan wajah Keina. Mungkin, hanya berjarak 1 cm saja.

"Mau?" tanyanya dengan wajah polosnya.

Keina yang melihat tingkah gadis itu seketika sifat jijinya meronta-ronta ingin sekali kabur meninggal gadis gila satu ini. Tapi, bodohnya ia malah terbengong sambil menatap tingkah bodoh gadis di depannya ini. Lalu apa ini? Ia menawarkan segumpalan kecil kotoran dihidungnya itu? Jika saja Keina tidak ada upil bisa dipastikan dia dengan senang hati menerimanya.

"Hellowwww," panggil gadis itu, sambil melambaikan-lambaikan tangannya ke wajah Keina.

Gadis itu cemberut lalu membuang upilnya dengan cara menyentilnya dengan tangan sebelah kirinya. Ahk, ntah mengapa dirinya sangat hobi mengupil.

"Udah gue buang tuh anak gue," ujarnya.

Keina tersentak dari pikirannya sendiri, matanya kini terpaku oleh tangan kanan gadis itu yang sudah bersih dari upil itu. Setelah beberapa detik fokusnya terganti oleh wajah gadis ini. Wajahnya sangat cantik, cantikan Keina sih. Kulit putih mulus, memiliki lesung pipi yang membuatnya ketika tertawa, tersenyum bahkan, berbicara saja sudah menimbulkan lesung pipinya.

"Udah napa sih, merhatiin gue terus deh," kini gadis itu mengulurkan tangannya. "Kenalin nama gue, N.A.Z.W.A"

Keina menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, "bisa gak?"

Nazwa langsung mengerutkan keningnya. "Bisa apa? Bisa salto? Bisa gue, mah."

Keina beralih mengusap tengkuk lehernya sambil menatap tak enak Nazwa.

"Cepetan, elah, pegel ini tangan gue tinggal dijabat doang," potong Nazwa.

Keina menyengir tak jelas, "bisa gak tangan kiri aja buat jabat tangannya?"

Nazwa yang bingung langsung bertanya, "kenapa?"

"Keina jiji, itu bekas upil," ujar Keina sambil menyengir.

Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh gadis itu, ia langsung menurunkan tangan kanannya. Lalu ia langsung mengulurkan tangan kirinya. Keina langsung menerima jabatan tangan itu dengan cepat lalu tersenyum hangat.

"Keina,"

Mulut Nazwa membentuk O. "Oh, nama lu Keina."

Keina hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman. "Kalau gitu Keina permisi dulu ya." tanpa menunggu jawaban dari Nazwa Keina langsung berjalan kembali.

"Keina," panggil Nazwa lagi.

Keina yang mendengar dirinya dipanggil sontak membalikan tubuhnya, "iya?"

"Gue minta maaf," kata Nazwa.

Keina mengerutkan keningnya tidak mengerti, "maaf untuk apa?"

"Gue tadi berak lupa cebok. Cuman pake tisu doang, maaf ya. Lu tau kan tangan kiri buat cebok pup?" tanyanya sambil menyengir tanpa dosa.

***

Semua anak kelas X sudah berbaris ditengah lapangan. Jangan lupakan terik matahari yang membakari tubuh mereka, bisa dipastikan pulang dari sekolah mereka menjadi ikan asin. Beda lagi bagi kaum hawa pada umumnya yang menggunakan perawatan yaitu, sunscreen. Contohnya saja Keina, dia malah terlihat santai tanpa ada sedikitpun rasa takut jika wajahnya menjadi gosong. Bukannya seperti anak murid yang lain, memilih untuk menundukan kepalanya bahkan, sampai ada yang berjongkok. Keina sendiri memilih menantang matahari dengan mendongakan kepalanya.

 Surat Rindu Keina [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang