"Ih, Reihan! Jangan ditarik-tarik tau. Sakit." ujar Tata sambil berusaha melepaskan tangan Reihan dari tangannya. Bukannya mala melepaskannya tetapi Reihan mala menurunkan tangannya lalu menggenggam tangan Tata dengan lembut.
Tata yang menyadari itu langsung mengulumkan bibirnya. "Gini kek dari tadi."
Reihan yang gemas dengan santainya mengacak-acak rambut Tata. Hal itu tidak luput dari penglihatan mata kakak kelas yang banyak mengincar Reihan. Reihan sangat tampan ditambah bonus lesung pipi yang membuatnya semakin terlihat ciptaan Tuhan yang tidak ada minusnya. Tapi, sayang, ia jarang tersenyum. Ia datar dan tidak banyak bicara. Tapi semua itu berubah jika bersama Tata. Hal itu membuat iri yang melihat ke uwuan mereka sepanjang karidor sekolah.
Kini Tata sedang duduk manis sambil menunggu makanannya datang. Ya, Reihan rela berdesak-desakan untuk memesan makanan mereka berdua. Ia melarang Tata untuk ikut berdesak-desakan ia tidak mau gadisnya terluka.
Lelaki dengan tinggi 185 cm itu datang dengan nampan yang berisikan mie ayam dan dua teh gelas. Tata mengamati wajah Reihan yang sedang menata makanan mereka bak pelayan restoran.
"Makan," titahnya dengan suara lembut.
Tata menganggukan kepalanya dengan semangat. Tangannya beralih mengambil saus dan sambal cabai. Saat ingin menuangkan saus dan sambal yang banyak tangan Reihan lebih dahulu mencekalnya.
Reihan menatapnya dengan lekat. "Jangan banyak makan saus sama sambal cabai."
"Nanti perut mu sakit." sambungnya kembali.
Tata mengerecutkan bibirnya dengan sebal, "Kalau gak boleh banyak-banyak, aku gak mau makan!"
Reihan menaikan alisnya dengan tatapan datar. Gadisnya sedang ingin bermanja-manja dengannya? Tanpa basa basi ia menuangkan sedikit saus dan cabai lalu tangannya beralih untuk menyuapi Tata.
Tata menggelengkan kepalanya dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Gamau."
Reihan menghela nafasnya dengan kesal, "Makan sayang, atau kamu aku cium sekarang juga?"
***
"Dim," panggil Keina.
Dimas yang sedang makan langsung meletak-kan sendoknya dan beralih menatap Keina. "Kenapa?"
"Kenapa makannya harus di taman belakang sekolah?" tanya Keina heran.
"Menurut lo kenapa?" Tanya Dimas balik.
"Lah, kok Dimas nanya balik sih?" sahut Keina dengan kesal yang membuat Dimas tertawa sambil mengunyah nasi goreng yang ada di mulutnya. Ia sengaja membawa makanan pesanan mereka di taman dan makan di sana juga.
"Makan dulu Keina, baru ngomong. Gak baik, nasi lo jadi nangis ntar dianggurin mulu."
"Suapin," pinta Keina dengan wajah yang sangat imut seperti anak tk. Coba katakan pada Dimas, orang mana yang tidak gemas? Bolehkah Dimas karungin Keina dan mengurungnya di kamarnya saja? Dimas menggeleng-gelengkan kepalanya, sadar bahwa alam pikirnya sudah seperti pedofil.
"Mau manja-manja sama gue, hm?" tanya Dimas yang meraih sendoknya dan menyuapi Keina. Keina mengangguk dengan polosnya membuat Dimas gemas dan mengecup pelan pipi Keina yang menggembung karena terisi makanan.
"Gemes banget gue sama lo, Kei."
Keina membelak-kan matanya dengan lebar. Bisa-bisanya Dimas mengambil ciuman pipi pertamanya. Ia buru-buru mengunyah makanannya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Rindu Keina [ON GOING]
Teen FictionBagaimana rasanya saat ibu yang selalu menjadi penyemangat kita, senyumanmya menjadi penguat hati kita, tetapi meninggalkan kita begitu cepat? Namanya Keina, sih gadis kuat. Menahan rindunya dalam setiap tahun, bulan, hari, jam, menit untuk menahan...