Selamat membaca, maaf bila ketikan tangan ku tak mengesan dihati kalian.
"Gue kira lo berdua jijik temenan sama gue," kata Nazwa sambil mengaduk-aduk baksonya tanpa berniat untuk memakannya.
Keina dan Tata menghela nafas bersamaan,"Aku susah bersoalisasi."
Mereka berdua menghela nafas bersamaan dan juga berbicara hal yang sama.
"Yaelah anjir. Nafas samaan, ngomong samaan, sempak lo berdua samaan juga gak?" tanya Nazwa yang dramatis.
Tak ...
Tata memukul tangan Nazwa dengan sendok. Nazwa ini ada-ada saja. Selain tingkahnya yang aneh ia juga memiliki otak yang plus-plus. Tata harus menyembunyikan otaknya ini agar tidak tertular dengan otak Nazwa. Tapi, tunggu, otak kan' memang gak bisa dilihat, ya? Ahk, memikirkan-nya membuat Tata pusing.
Nazwa memegangi tangannya sambil mengadu kesakitan. Kacamata ini jika memukul tidak tanggung-tanggung. Bisa dilihat tangan Nazwa sudah merah.
Nazwa mencebik-kan bibirnya,"becanda doang, anjir."
Keina yang melihat tingkah Nazwa dan Tata pun terkekeh geli. Jika dipikir-pikir tiga hari ini hidupnya lebih berwarna walau hanya sedikit saja.
"Woi, ketawa mulu lo." ucap Nazwa sambil memasukan bakso ke dalam mulutnya.
"Suka-suka Keina dong." katanya sambil menjulurkan lidahnya. Setelah itu tidak ada keributan, semuanya sedang sibuk menghabiskan makanan-nya masing-masing.
Keadaan kantin yang begitu berisik semakin tambah berisik bagaikan pasar. Ternyata ada geng biadab itu, Keina dan Tata terus menatap geng itu. Sedangkan Nazwa hanya menatapnya sekilas. Toh, menatap mereka tidak ada gunanya. Suara mereka semakin ricuh karena geng biadab itu datang menghampiri meja yang di tempati bagian Keina.
Byur...
Mulut Nazwa yang tadinya sudah siap melahap bakso bulatnya terpaksa harus ia tutup kembali. Tangannya menggenggam kuat sendok yang berisi bakso itu, tanpa ia sadari sendok yang ia genggam sudah bengkok. Tata dan Keina hanya bisa melihatnya dengan meneguk-kan ludah mereka. Nazwa berusaha mengontrol emosinya yang sedari tadi pagi ingin ia luapkan. Tapi, tidak. Ini sudah keterlaluan, bajunya sekarang sudah basah terkena jus.
"MAKSUD LO APA NYIRAM GUE PAKE JUS LO, HAH?!" bentaknya yang menatap sengit Anita.
Sedangkan geng biadab itu hanya tertawa remeh. Anita mendekati Nazwa. Tangan kanannya terangkat dan membersihkan baju Nazwa.
"Cup, cup, cup. Kasian ya, baju yang malang."
Nazwa langsung menepis tangan Anita dengan kasar. Ia benci berada disituasi seperti ini.
"Berapa kali harus gue bilang sama lo, lo gak pantes di sekolah ini." ujarnya sambil mendorong bahu Nazwa keras.
Nazwa yang mendapat serangan secara mendadak itu tidak mampu menahan keseimbangannya hingga ia terjatuh. Suara tawa geng biadab itu menggema. Tata dan Keina dengan sigap langsung Menolongnya.
Nazwa mengibaskan tangannya,"gak usah. Gue bisa sendiri."
"Lo berdua udah siap makan kan'?" Tata dan Keina mengangguk bersamaan. "Lo berdua balik ke kelas duluan," Tata dan Keina kembali menggeleng secara bersamaan.
Nazwa menghela nafasnya dengan kasar. Ia membersihkan roknya yang kotor karena terkena debu dan jus. Ia menatap kembali satu persatu geng biadab itu. Tanpa aba-aba ia mendorong Abel hingga jatuh tersungkur. Abel teriak kesakitan. Keadaan yang tadinya diam mencekam kembali ricuh.
"Anjing, bar-bar!" seru dari antara mereka yang melihat kejadian ini.
Geng itu bangkit dengan wajah yang terlihat jelas kesakitan. Abel mendatangi Nazwa lalu menjambak rambutnya. Nazwa dengan geramnya langsung menjambak rambut Abel hingga helai demi helai rambut Abel ada ditangan Nazwa. Tata dan Keina tidak tinggal diam bukannya melerai, mereka mala ikut serta dalam hal ini. Tata sih, gadis cupu dengan kacamata besar dan tebal yang bertengger dihidungnya itu, mendatangi Anita dan Sintia.
Anita sontak merasa was-was. "Mau apa lo deketin gue? Jangan gak sopan lo ya, sama kakak-kan kelas."
Tata menghiraukannya, kedua tangannya dengan cepat manarik rambut Anita dan Sintia. Anita dan Sintia teriak kesakitan. Tangan mereka juga mencoba meraih rambut Tata namun tidak bisa karena Tata selalu mengelak.
Mira hanya bisa melihat tanpa ikut campur. Mira yang tidak menyadari Keina yang sudah di belakangnya terlihat sangat santai melihat drama ini.
"Permisi, mau jambak rambut kak Mira," membuat Mira membalik-kan badannya. Mira membelak-kan matanya.
"Heh, mau apa lo? Awas ya, tangan lo nyen--" ucapannya terhenti menjadi teriakan kuat saat Keina menjambat rambutnya. Terjadilah aksi jambak menjambak permisa, permisi.
"Jambak lagi jambak!"
"Iya, jambak terus! Kalau perlu sampek botak!"
"Hiya-hiya gue suka pertengkaran!"
"Lanjut! Sampai trending topik!"
"Iya jambak lagi nerd! Tunjukan aksi mu!"
"Keina semangat sayang! Kamu pasti bisa membotak-kan rambut Mira!"
"Ayo, Wa! Lu pasti bisa botakin rambut Anabel!"
Sorakan demi sorakan memenuhi kantin. Sebenarnya mereka yang melihat pertengkaran ini sudah dibayar oleh Anita agar terus membelanya. Alih-alih ingin dibela, yang ada saat ini mereka sedang menyemangati Nazwa ddk. Bahkan penjual kantin ikut menyemangati Nazwa ddk, karena hanya mereka yang berani melawan geng itu. Tanpa mereka sadari Ghani dan teman-temannya sudah di ambang pintu kantin.
"HENTIKAN SEMUANYA!" bentaknya begitu lantang.
***
"Saya tidak pernah mengajarkan kalian bertengkar dan membuat onar seperti ini!" Ucap pak Johan bapak kepala sekolah.
"Tapi, maaf pak. Bapak kan' memang gak pernah ngajarin kita. Kerja bapak cuman duduk di ruangan ber-AC." cerca Tata. Semua yang mendengarnya menahan tawa terkecuali pak Johan yang wajahnya sudah merah padam.
"Diam kamu kacamata! Mata aja gak diurus malah urusin kerjaan saya!" bukannya takut Caca malah terlihat mendapati lawan debat yang sangat kecil untuk dikalahkan.
"Ikh, bapak gimana sih? Kan memang betul yang saya bilang. Berarti kalau bapak marah, berarti memang betul."
"Betul,betul,betul" ucap serempak yang ada diruangan itu.
"Diam kamu! Gak ada sopannya kamu," bentak pak Johan.
"Cie ... pak kepsek ngambek," ejek Tata yang membuat suasananya semakin kacau. Bu Dinar selaku guru BK memijit pelipisnya melihat atasannya dan anak muridnya ini.
"Sudah cukup," perintah Bu Dinar.
"Cieee ..." ejek Tata kembali.
Nazwa langsung menyingkut lengan Tata, "diem anjing, lo mau hukuman kita makin diperpanjang?" bisik Nazwa.
Anita dkk dan Keina hanya menatap datar ke arah mereka. Bukan karena tidak ingin ikut campur tapi mereka sudah muak. Bayangkan saja, sudah 2 jam mereka hanya mendengar adu bacot antara kepsek dan anak murid yang terlihat cupu ternyata suhu.
"Sudah, sudah. Karena kalian membuat onar di sekolah---"
"Maaf bu, saya potong." kata Nazwa sambil menyengir.
"Naon?" tanya Bu Dinar sambil memutarkan bolanya dengan malas. Iya tau, anak ini duplikat dari sih cupu itu.
"Kan memang buat onar di sekolah bu, hehe. Yang bilang buat onar di pasar siapa bu?"
"GIGI LO YANG BUAT ONAR DI PASAR! PUAS LO?!" bentak Bu Dinar yang sudah tak kuasa menahan emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Rindu Keina [ON GOING]
Teen FictionBagaimana rasanya saat ibu yang selalu menjadi penyemangat kita, senyumanmya menjadi penguat hati kita, tetapi meninggalkan kita begitu cepat? Namanya Keina, sih gadis kuat. Menahan rindunya dalam setiap tahun, bulan, hari, jam, menit untuk menahan...