10

23 1 0
                                    

Selamat membaca, maaf ketikan tangan ku tak mengesan dihati kalian.

"IKAN HIU MAKAN BEKICOT, AH BANYAK BACOT!" bentak Tata yang sudah berada di depan pintu dengan tangan memegang sapu.

Beni mengusap telinganya lalu menatap sengit Tata, "bisa gak sih, lo Ta gak usah tereak-tereak?!"

"UDAH LAH POKOKNYA SEMUA COWO ITU GAK ADA AKHLAKNYA!"
serunya lagi.

"TERMASUK LO BEN!" ucapnya kembali.

Beni meraih bahu Tata dengan kedua tangannya. Matanya menatap lekat wajah Tata. Sempurna. Satu kata yang menjerit-jerit dihatinya yang ingin ia lontarkan namun takut Tata baperan. Tata culun, tapi Tata cantik. Cantik sekali dimata Beni. Beni membawanya berjalan mundur hingga tubuh Tata terbentur dinding.

"Lo kenapa, hm?" tanya Beni dengan suara yang sedikit serak.

Tata mengerjapkan matanya berulang kali, ada apa dengan satu makhluk pluto ini? Mengapa suaranya menjadi berdemage. Tidak taukah Beni bahwa Tata adalah orang yang mudah baper dengan cowo-cowo dengan suara berat dan serak.

Tata menghentakan tangan yang berada dibahunya. "Apasih lo?! Dasar cowo gak ada akhlak!"

Beni yang mendengar itu langsung mengunci tubuh Tata dengan kedua tangannya. Badan Tata yang lebih pendek dari Beni membuat Beni sedikit membungkuk-kan badannya.

"Tata sayang kenapa, hm?"

"YAALLAH MAMAK! JANTUNG ANAK MU ORA KARUAN IKI!" ucap Tata yang salting.

"Heh!" satu seruan dari belakang mereka membuat Beni dan Tata membalikan badan mereka.

"Ih, ada Keina kesayangan Tata." Tata merentangkan kedua tangannya, kode supaya dipeluk Keina.

Keina berlari bak anak kecil yang sangat imut. Lalu terjadilah pelukan antara dua gender yang sama ini.

"Cewe kalau pelukan sama sesama cewe pasti dikatain imut, gemoy apalah itu tai kucing. Coba cowo pelukan sama cowo langsung dah tuh, dikatain homo." cibir Beni membuat Tata dan Keina meleraikan pelukan mereka.

"BACOT!" ucap Tata dan Keina bersamaan.

***

"Nazwa mana ya, Ta?" tanya Keina sambil menulis catatan biologi yang belum sempat ia selesaikan di rumah.

Tata mengambil tipe-x, "gak tau Kei, gak ada angkot kali."

Keina hanya diam tidak membalas perkataan Tata. Tidak lama dari itu orang yang mereka cari sudah datang dengan wajah sendunya. Ia meletakan tasnya dengan asal hingga membuat bunyi yang kuat. Dengan wajah yang sangat tidak berminat apa-apa ia menelungkupkan wajahnya ditangannya.

Keina dan Tata saling menatap satu sama lain. "Kenapa tuh?" bisik Tata.

Keina menjawabnya dengan gelengan kepala. Ia berjalan mendekat ke arah Nazwa. Ia menyentuh kepala Nazwa dan mengelusnya.

"Nazwa ada masalah ya?" tanyanya yang berhenti mengelus kepala Nazwa. Namun tiba-tiba Nazwa menarik kembali tangan Keina dan meletakannya di kepalanya lagi.

"Elus kepala gue Kei, bentar aja." katanya dengan suara yang bergetar.

Keina kembali mengelus kepala Nazwa, Keina bisa melihat bahwa Nazwa tengah menyembunyikan tangisnya dibalik tangannya. Keina melihat ke arah Tata yang juga sepertinya kebingungan.

Tata meletakan semua alat tulisnya dan beranjak duduk di dekat Nazwa.

"Nazwa," panggilnya.

"Hm?"

"Jam istirahat nanti kalau Nazwa mau cerita, cerita ya sayang. Biar Nazwa lega." kata Tata.

Keina mengangguk-kan kepalanya dengan mantap. "Iya Wa, gak boleh dipendem-pendem nanti makin nyesek."

Nazwa tidak menjawab ia lebih memilih untuk menutup rapat-rapat mulutnya yang sudah bergetar menahan tangisnya yang akan pecah.

***

"Baiklah, anak-anak. Pelajaran kita sampai di sini dulu. Jangan lupa kerjakan tugas kalian minggu depan, nanti kita koreksi bersama-sama."

Akhirnya yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Semua murid yang berada di dalam kelas berhamburan untuk pergi ke kantin.

"Kuy lah ke kantin," ajak Nazwa yang wajahnya sudah ceria kembali.

"Nazwa are you okey?" tanya Keina.

Nazwa tersenyum hangat lalu mengangguk. "Gue gak papa."

"Jom lah ke kantin kita." ajak Tata sambil menarik tangan Nazwa dan Keina.

"Wa," panggil seseorang yang membuat mereka bertiga membalikan badan mereka.

"Apa?" sahut Nazwa.

"Bisa ke kantinnya sama gue aja?" pintanya yang sedikit memaksa.

Nazwa memutarkan bola matanya dengan malas. "Ya, kalau memang mau ke kantin yaudah ayok, gak usah bacot!"

Andi mengulaskan senyumnya dengan lebar menampilkan gigi yang rapi. Dan yeah, dia terlihat tampan saat tersenyum lebar.

"Galak banget sih." sahutnya sambil mengusap kepala Nazwa dengan gemas.

"Ekhem!" deheman kuat itu berasal dari Keina dan Tata bersamaan. Tatapan tajam nan menikam itu tertuju pada Nazwa dan Andi. Apa-apaan ini? Uwu-uwuan di depan kaum jomblo? Sopankah manies?

"Jangan salahin gue, salahin nih tuyul." tunjuknya ke arah Andi.

"Hal---" ucapan Tata terpotong karena ada yang memotongnya.

"Tata,"

Tata membalikan badannya lalu menatap pemuda di depannya. "Reihan? Ada apa?"

Tanpa aba-aba Reihan langsung menarik dan membawa Tata pergi dari kelas tanpa mengucapkan satu katapun. Keina menghembuskan nafasnya berusaha untuk bersabar. Tidak bisa kah ada satu orang yang memanggilnya atau menariknya. Tolong. Keina iri.

"Hua, papa! Anak mu juga mau kayak Nazwa sama Tata!" batin Keina yang tersiksa.

"Keina,"

"Dimas?" Dimas tersenyum dan meraih pergelangan tangan Keina dengan lembut.

"Makan bareng di kantin. Gue teraktir, gak ada nerima bantahan."

Andi dan Nazwa saling menatap satu sama lain. Keduanya sama-sama bungkam. Hanya tinggal mereka berdua di kelas ini, membuat suasana antara keduanya menjadi canggung. Hingga akhirnya Nazwa membuka suara.

"Makan di bawah pohon pinggiran lapangan bola basket, ya?" pintanya tanpa ada basa basi.

 Surat Rindu Keina [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang