"Gara-gara lo ni, anjing!" seru Nazwa sambil melempar sapu ke arah Anita. Tepat sasaran hingga sang korban meringis kesakitan.
"Awshh--" Mira menghampiri Anita dengan pura-pura menolongnya.
"Lo terus akting pura-pura kesakitan aja, biar kita bisa bebas dari sini."
Pluk!
Batu kecil itu mengenai pelipis Mira. Mira membalikan badannya dan ingin memhampiri Nazwa yang sudah dengan muka merasa bersalah yang dibuat-buatnya. Anita yang melihat itu langsung menahan tangan Mira.
Mira menatap Anita dengan sengit, "Apa? Lo mau cegah gue buat botakin tuh bocah tengil?"
Ia melepaskan tangan Anita dengan kasar, "Gak, gak akan bisa. Gue gak bisa tidur sampek 1 tahun kalau belum jambak rambut tuh bocah!"
Anita yang tak sabaran dengan cekatan menjitak dahi Mira lalu membuatnya menunduk untuk memudahkannya berbisik-bisik tetangga. Mira memang tinggi seperti tiang tower.
"Lo mau akting pura-pura kesakitan gak sih njing?!" bisiknya dengan nada menekan.
"GAK! GUE MAU BOTAKIN TUH BOCAH!" seru mira yang suaranya sengaja ia besarkan supaya Nazwa mendengar.
Nazwa yang mendengar itu lalu memutarkan bola matanya, "baperan banget, jadi tiang tower."
"APA LO BILANG ANJ--" tangan Anita sudah mendekap mulut Mira.
"Lo lihat anjing, itu Ghani. Ini kesempatan dalam kesempitan sempak lo yang salah beli ukuran." mata Mira mengubah atensinya kepada Ghani yang hendak menghampiri mereka. Ghani memang ditugaskan untuk mengawasi mereka.
Nazwa yang menghiraukan mereka memilih untuk melanjutkan menyapu halaman dirumah ke duanya ini. Sebenarnya itu akal-akalannya saja, karena dari tadi ia tidak ada menyapu melain menyiksa dua kuman ini. Karena ia tahu ada Ghani yang akan datang dan mengawasi mereka. Bisa berabe kalau hukumannya ditambah.
"ADUH-ADUH, PERUT GUE SAKIT BANGET! TEGA BANGET SIH LO WA, SAMA GUE?!" pekik Anita yang begitu keras hingga Nazwa melonjak kaget.
"ADUH-ADUH, INI JUGA KEPALA GUE SAKIT BANGET! LO SENGAJAKAN NGELEMPAR BATU DIPELIPIS GUE INI YANG TIADA TANDINGNYA?!" kini giliran Mira yang memekik kesakitan. Bak seperti aktris sinetron, Anita dan Mira menunjuk-kan wajah kesakitan dan muka memelas mereka.
Ghani yang mendengar itu semua melangkahkan kakinya dengan cepat.
"Lo berdua kenapa?" tanya Ghani kepada Mira dan Anita.
Anita dan Mira langsung berlari bak film India yang baru saja bertemu pacarnya. Dengan wajah yang senang mereka bergelayut manja di tangan kekar Ghani. Nazwa yang sedari tadi melihat drama mereka dengan wajah yang ditekuk dan masam menunggu adegan selanjutnya.
"Ghan, kepala gue di lempar batu sama cucuk dakjal itu ...!" adunya dengan suara yang dimanja-manjakan dan jari telunjuk yang mengarah ke Nazwa.
"Sudah gue dugong." batin Nazwa.
Anita mengangguk. "Iya Ghan, bener. Nih, liat nih, perut gue Ghan dilempar sama sapu lidi...!" tangan Anita meraih tangan Ghani dan meletak-kannya di atas perutnya. Dengan tepisan kasar Ghani menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat Rindu Keina [ON GOING]
Teen FictionBagaimana rasanya saat ibu yang selalu menjadi penyemangat kita, senyumanmya menjadi penguat hati kita, tetapi meninggalkan kita begitu cepat? Namanya Keina, sih gadis kuat. Menahan rindunya dalam setiap tahun, bulan, hari, jam, menit untuk menahan...