"Jadi kemampuan spesialmu memetakan lingkungan sekitar?" Violetta, gadis berambut ungu itu, bertanya kepada pemuda di sebelahnya dengan santai. Meski begitu, ia sejatinya sedang menilai laki-laki itu dengan caranya sendiri.
Soren, meski sadar betul dengan kelakuan Violet yang penuh prasangka, hanya menjawab, "Ya, begitulah." Setidaknya itu satu-satunya cara ia bisa tampak ramah, walaupun ia sadar betul ia tidak pernah bisa mendapatkan gelar itu.
Violet hanya mengangguk-angguk mengerti.
Saat ini, mereka tengah berjalan di lorong akademi, tepat mengarah ke ruangan kantor kepala sekolah. Ya, hari ini, keduanya akan mengkonfirmasi hubungan partner mereka. Untuk Violet, berarti ia akan resmi menjadi murid Trigger Academy.
Begitu sebuah pintu terlihat di lorong yang panjang namun tanpa ruangan satupun itu, Soren dengan berbaik hati membukakan pintu untuk mereka masuki bersama. Sekali lagi, hanya itu yang bisa ia lakukan agar terlihat ramah meski ia tahu ia tidak akan pernah mendapatkan gelar itu. Meski begitu, Violet yang terbiasa memperhatikan detail memuji Soren akan tindakannya.
"Ternyata kau baik sekali, ya." Dan ia lanjut berjalan masuk.Maka, itu membuat Soren sedikit tertegun. Kalau ia ingat-ingat lagi berapa orang gadis seumuran Violet di sekitarnya, tidak ada satupun yang memberi penilaian sukarela seperti itu. Beberapa suka memujinya dengan berlebihan karena ada niat tersembunyi. Sisanya sengaja bersikap dingin. Lalu ada 25% yang sengaja menggodanya dan mengolok-oloknya. Ia pernah beberapa kali mendengar nama Violetta Clovis dan beberapa pencapaian hebat yang ia dapatkan sendiri. Tapi, ini kali pertama ia berhadapan langsung dengan gadis itu. Ternyata Violet lebih biasa daripada dugaannya?
Soren masuk sambil menutup kembali pintu itu. Dan begitu masuk, pemandangan sangat terang dengan berbagai jenis cahaya di mana-mana. Selain karena ruangan itu memang besar dan luas, penerangan yang cukup di langit-langit sekaligus dari layar monitor yang sangat besar di sana membuat orang yang masuk setelah melewati lorong sempit di luar bisa sedikit merasa tidak percaya. Tapi, Soren sudah langganan masuk kemari –dengan berbagai alasan– jadi ia tidak menunjukkan ekspresi berarti. Sedangkan Violet ...
"Ah ... Pantas saja Anda lebih suka menghabiskan waktu di akademi ...""Itu lebih karena pekerjaanku, sayang ..." jawab wanita cantik yang duduk di meja besar yang ada di ruangan itu. Siapa lagi kalau bukan kepala sekolah Trigger Academy sekaligus mentor Violet. Namanya Beatrice Noble, dan ia sudah menginjak usia 40 tahun ini. Meski begitu, banyak yang bilang ia berjiwa muda dan ia senang selalu dipuji begitu. Ditambah, ia memiliki wajah cantik yang memikat, dan proporsi badannya sangat menggoda ... Tapi, tentu, ia akan membunuh –secara kiasan– orang-orang yang menyinggung umurnya.
Baik Violet maupun Soren paham benar sifatnya yang satu itu karena keduanya sudah lama kenal dekat dengan Beatrice.
"Bagaimana pendapatmu bekerja sama sengan Violet, Soren~?"
"... Dia terlambat." Itu sebabnya ia tidak pernah disebut ramah. Bicaranya lebih sering to the point.
"Hm~ Senang melihatmu masih seperti biasa. Bagaimana denganmu, Violet?"
Violet melirik Soren sekilas, benar-benar memperhatikan detail yang tidak ingin ia lewatkan.
Tapi, secara mengejutkan, dalam ingatannya, Soren justru punya peran yang sangat berguna. Tentu saja Violet tidak akan menilainya secara berbias. Ia memang selalu objektif. "Dia cepat tanggap. Mengejutkan.""Hm~? Tanggapanmu justru lebih mengejutkan."
"Tidak. Cara bicara Anda yang justru lebih mengejutkan." Serius, Violet tidak bisa tidak sadar cara bicara mentornya yang mendadak lembut. Seingatnya, ia lebih sering terkena omelan. Sepanjang Beatrice berbicara, ia mau tidak mau jadi merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bull's Eye
ActionTahun berganti tahun dan tanpa sadar sebuah era baru muncul. Tidak jauh lagi di masa depan, berbagai kejadian saintifik menyatu menjadi bagian sehari-hari kehidupan. Ada sebuah gagasan bahwa senjata perlu ditegaskan penggunaannya sebagai alat melind...