Three ⇝Louis Cordova⇜

9 3 0
                                    

"Selamat makan~!" Di ruangan minimalis itu, 3 anak muda –2 perempuan dan 1 laki-laki– duduk bersila di meja rendah yang cukup lebar di sana. Radya dan Soren sudah sering makan malam bersama seperti ini, jadi keduanya hanya makan seperti biasa. Tapi, Violet hanya bisa mengunyah dengan menyimpan berbagai pertanyaan di otaknya. "Situasi yang aneh," pikirnya. Tapi, ya, sudahlah. Bukan sekali dua kali juga ia menjumpai situasi yang aneh.

"Jadi, kau berpartner dengan Soren untuk kasus apa?" Radya membuka suaranya yang terdengar ceria, sangat kontras dengan dua orang lain yang ada di sana saat itu. 

Violet yang ditanya seperti itu dan tahu jawabannya, melirik Soren. Dan yang membuat Violet heran, Soren juga menatap padanya. Keduanya menjalin percakapan lewat mata mengenai pertanyaan Radya, karena keduanya tahu mereka dipartnerkan untuk .... yah, untuk waktu yang cukup lama, Violet rasa. 

Tapi, karena Soren menatapnya seperti itu, Violet jadi berpikir ia harus mau bekerja sama. "Kami sedang mengincar Louis Cordova" yang sebetulnya sudah tertangkap. Tapi, Violetlah yang tahu, ada sesuatu yang mencurigakan dari kasus itu. Louis Cordova adalah pria yang sangat berhati-hati dan itu sebabnya ia tidak pernah terdeteksi radar Violet. Violet baru mengetahuinya ketika terdapat 'bocoran' yang tidak diketahui diberikan oleh siapa. Beatrice hanya menyuruhnya untuk langsung eksekusi di lapangan karena untuk sementara ini, melacak bocoran itu akan memakan waktu yang cukup lama.

Jadi, Violet tidak sepenuhnya berbohong.

"Heehh .... Tidak pernah dengar. Penyelundup senjata api?" tanya Radya, secara mengejutkan, tahu ke arah mana topik pembicaraan ini. Yah, ini adalah Trigger Academy, dan murid-muridnya memang dilatih untuk membahas masalah kriminal untuk menghentikannya.

Violet hanya membalas dengan, "Ya," singkat karena kasus setiap orang adalah konfidensial, tidak bisa sembarangan diceritakan secara lengkap pada orang lain.

Radya juga mengerti itu dan membalas, "Yah, tidak begitu peduli dengan detailnya" sambil memutar-mutar sendoknya di udara. "Ngomong-ngomong, Soren~ Kapan kita mau berjalan-jalan ke taman bermain yang baru buka itu?" Alih fokusnya kembali pada satu-satunya laki-laki di ruangan itu, yang sejatinya adalah pemilik asli dari kamar tempat mereka bertiga berada.

Soren menelan makanan yang terasa keras di tenggorokannya karena tidak selesai ia kunyah. Ia tidak tersedak, tapi ia cukup tahu ia bisa saja tersedak. Ia hanya merasa aneh dengan pertanyaan Radya karena, "Taman bermain itu belum jadi, Radya."

"Ohh... Iya, yah!" 

Soren mungkin berpikir Radya yang agak aneh. Tapi sesama wanita biasanya tahu dengan kode-kode samar seperti itu. Violet semakin bimbang dibuatnya.

"Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kalian bersahabat?" tanya Violet mencoba mencari topik yang paling aman. Ia memilih kata 'bersahabat' dibandingkan 'teman' karena kata itu memiliki lebih banyak arti yang bagus dibandingkan sekadar teman.

"Sudah saaaaangat lama!" Radya, melompat ke arah Soren dan memeluk lengannya, membuat Soren sedikit mengomel karena membuat makanan di sendoknya hampir jatuh. "Ya, kan, Soren?"

Violet menatap ke arah Soren untuk menunggu jawaban.

Soren yang melihat itu hanya bisa menjawab, "Hahh.... Sejak awal kelas 3 SMP."

Sekarang mereka semua sudah duduk di kelas 2 SMA. Itu berarti keduanya sudah dekat selama 3 tahun. Belum terlalu lama untuk berteman baik tapi sudah cukup lama untuk melewati fase 'saling mengenal'. Violet tidak pernah bisa menjalin hubungan pertemanan hingga selama itu.

Ngomong-ngomong soal hubungan, "Hehhh .... Berarti kalian berdua juga pernah dipartnerkan bersama kalau begitu?" tanya Violet. Mungkin ia bisa menggunakan ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang partner yang akan bekerja bersamanya selama beberapa lama ini. Bukan bermaksud curiga, tetapi bukankah memang lebih baik mengenal seseorang lewat orang-orang terdekatnya untuk bisa mengetahui kelakuan aslinya?

Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang