Two ⇝Radya Akala⇜

13 3 0
                                    

Bukan hanya Soren yang merasa canggung. Violet juga. Ada berbagai macam alasan untuk merasa begitu. Pertama, ini memang kali pertama mereka saling mengenal. Meski setelah ini mereka akan bekerja bersama-sama sebagai partner, kenyataan bahwa mereka berdua tidak pernah kenal satu sama lain membuat mereka saling tidak mengetahui sifat dan kepribadian masing-masing. Soren lebih suka mendiamkan orang yang tidak ia kenal jika memang tidak ada urusan. Sedangkan Violet sedang berusaha membobol otaknya untuk mencari pertanyaan yang bisa ia tanyakan pada Soren. Padahal, ia bukan tipe yang suka bertanya tentang seseorang. Baginya, kalau mau mengenal lebih jauh memang harus melihat perilaku, dan menjadi dekat seiring berjalannya waktu.

"Kau dekat dengan Beatrice?" Lucunya, justru Soren yang bisa lebih dulu menciptakan percakapan.

"Ah, iya. Dia mentorku." Violet, cepat menjawab ketika otaknya juga masih memikirkan pertanyaan. Saat ini, mereka tengah berjalan di lorong asrama, menuju ke kamar Soren. Karena bentuk asramanya seperti gedung bertingkat, ada bagian terbuka di depan setiap kamar, yakni lorong itu sendiri. Dari tempat mereka sekarang, mereka bisa melihat langit malam dan bulan sabit yang sudah tampak.

"Mentor?" Soren sedikit melirik Violet. Gadis itu juga tengah menatapnya karena keduanya sedang terlibat percakapan. Sungguh, saat pertama mendengar rumor-rumor bahwa Violet lebih suka bekerja sendiri, ia justru berpikir Violet adalah tipe yang dingin atau malah keras kepala. Tapi dari awal mereka saling berbicara, ia bisa melihat Violet hanyalah seorang gadis biasa yang sudah profesional dalam pekerjaannya.

Violet, yang mulai menangkap jalan percakapan mereka tidak ada niatan untuk menghentikan itu. Jadi, ia menjawab, "Ya. Kalian, kan, diberi pengajaran dan misi melalui sekolah. Aku tidak. Beatrice yang memberitahukannya langsung padaku," jelas Violet sambil menggerak-gerakkan tangannya sesuai pengertian kata-katanya.

"Hmm ... Kau belum pernah ke akademi?" tanya Soren melanjutkan percakapan.

"Sama sekali belum. Walaupun Beatrice bekerja di sini, aku belum pernah ada alasan khusus untuk datang kemari," jelas Violet lagi.

"Sedikit mengejutkan," pikir Soren. Trigger Academy cukup terkenal dan sering kedatangan tamu-tamu luar. Para profesional, misalnya.

"Ngomong-ngomong, apa kemampuan spesialmu?" tanya Soren.

Violet kembali melirik Soren sekilas. Ia berpikir sejenak. "Hmm ... Yang itu bicaranya di kamar saja. Kita tidak tahu apa saja yang akan terjadi kalau ada orang lain yang mendengar–"

Violet langsung terhenti begitu merasakan keberadaan orang lain yang mendekat. Ia langsung otomatis berniat memasang posisi berjaga. Sayangnya, ia terlambat sadar bahwa orang itu sudah benar-benar di sampingnya.

"So.Ren.Sen~!"

Sedangkan Soren, merasakan tubuhnya berat seketika sehingga ia jatuh ke lantai. Meski begitu, ia berhasil mendapatkan keseimbangannya di detik-detik sebelum seluruh tubuhnya benar-benar menyentuh lantai. Ia berhasil terjatuh dengan terduduk saja.

Rupanya, seorang gadis tengah 'menduduki'nya saat ini. Gadis itu sangat cantik, dan wajah cerianya terpampang jelas di wajahnya. Rambut panjang cokelatnya ia ikat satu ke belakang, dan sekarang, ia masih mengenakan seragam Trigger Academy.

"R-Radya ..." Soren hanya bisa pasrah ketika gadis itu membekap kepalanya yang disandarkan tepat di dadanya. Gadis itu mengelus-eluskan kepalanya gemas pada puncak kepala Soren. Itu dia lakukan selama beberapa saat.

"Hei, kau baru pulang dari misi, kan? Ayo makan di tempatku~" Ya, Radya Akala, gadis yang masih menjaga kepala Soren dalam bekapannya itu adalah teman dekat Soren sejak lama. Percaya atau tidak, ia punya hobi memasak makanan untuk Soren akibat terlalu terbiasa melakukan itu untuk Soren. Itu benar-benar jadi kebiasaannya sehingga ia bisa nekat menghampiri Soren ke asrama pria sekalipun demi mengajaknya makan bersama.

Bull's EyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang