I

4.2K 263 33
                                    

Suara tapak kaki yang berasal dari koridor asrama semakin lama kian memenuhi ruang kosong pada indera pendengaran seorang teruna bermata bulat yang kini tengah sibuk bergelut dengan buku-buku catatan hasil memaksa dari beberapa orang di kelasnya.

Jelas suara bising itu membuat konsentrasinya buyar. Kedua kakinya melangkah cepat menuju pintu dengan harapan dapat melontar sepatah dua patah kata umpatan pada dalang dari pembuat suara bising nan menyeramkan tersebut.

Pasalnya, waktu masih siang bolong. Matahari enggan bagi posisi dengan Bulan sebelum tiba saatnya berganti.

Pintu terbuka, kepalanya yang dimunculkan duluan sembari mulut mulai bersiap dengan kalimat kejutan penusuk hati.

"Kalo jalan, santai sedikit, dong! Masih siang sudah bikin suasananya jadi menyeramkan saja. Ganggu konsentrasi lagi! Ku patahin kakimu, baru tahu rasa!"

Harusnya lega, kini matanya membulat tatkala tengah berhadapan dengan sosok seorang lelaki bertubuh lebih tinggi dan lebih tegap darinya. Dari seluruh penjuru asrama, belum pernah Ia bertemu dengan lelaki satu ini.

"Dengan nama Choi Seungcheol?" tanya lelaki itu, lengkap dengan senyum merekah hingga gigi taring sang wira dapat dilihat olehnya tanpa gangguan apapun.

"I-iya," respon Choi Seungcheol, si pelontar kalimat keji tadi seraya mengangguk cepat. Belum ada respon apa-apa, Seungcheol hendak melangkah masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu sebelum sebuah kalimat membuatnya membeku di tempat.

"Kalau begitu, kita sekamar."

"Apa?!"

Seungcheol membalikkan badannya, menatap nanar lelaki itu dengan mulut yang sedikit terbuka.

***

"Oh, murid pindahan."

Kim Mingyu, lelaki bertubuh tinggi dan tegap namun berwajah menggemaskan yang kini jadi teman sekamar Seungcheol lantas mengangguk.

"Ya sudah, kamu tidur di bottom bunk. Aku akan tidur di top bunk."

Seungcheol selesai membereskan segala barangnya sehingga Mingyu bisa menyusun barang-barangnya pula. Sebelumnya, bagian bawah dari ranjang bertingkat itu menjadi dasar untuk Seungcheol menumpuk tas dan buku-buku bahkan pakaiannya pula.

Sedikit memalukan ketika Mingyu sempat tertegun melihat sebuah celana dalam berbahan lace tergeletak di bagian kasur bawah tersebut, padahal itu bukan ulah Seungcheol melainkan ulah seseorang yang sudah kebiasaan mengusili Seungcheol.

"Semoga kita bisa akrab."

Hanya itu yang disampaikan Seungcheol sebelum kembali duduk dan berkutat bersama pena dan buku guna menyalin catatan milik orang lain. Mingyu tidak menggubris, hanya senyuman tipis yang kini menghiasi air mukanya. Keduanya kini sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

***

"Makan malam!" seru Mingyu senang ketika penghuni asrama diperintahkan untuk berkumpul dan makan bersama. Berbeda dengan Mingyu, rekan sekamarnya malah terlihat memasang wajah kusut dan mengusak surai miliknya sendiri frustasi.

Sup ayam dan nasi dilengkapi dengan ayam goreng berbumbu pedas serta pizza. Semuanya makanan kesukaan Seungcheol, hanya saja lelaki itu kembali memasang persona lainnya karena berhadapan dengan penghuni asrama.

"Silakan, Seungcheol-ssi..."

Dahi Mingyu mengernyit melihat ekspresi penghuni lain yang tampak ketakutan dan seakan mempersilakan Seungcheol untuk mengambil bagiannya duluan. Mingyu yang berjalan di belakang Seungcheol juga tak lekang dari sorot tatapan penuh segan dari yang lainnya.

"Ambil milikmu, Kim Mingyu."

Kini Mingyu mengerti kenapa penghuni asrama lain menjadi takut pada lelaki di hadapannya kini, yang memandangnya tajam sebelum menyingkir dan ambil posisi untuk duduk di pojok meja makan.

Semua penghuni asrama memang dibiasakan untuk makan bersama di ruang makan yang memang terbilang luas, lengkap dengan meja panjang dan tempat duduk sebanyak orang di dalam asrama tersebut.

Setelah Mingyu, yang lainnya kini bisa bernapas lega untuk ambil bagian mereka.

"Hey! Murid baru?"

Sahutan seseorang di dekatnya membuat Mingyu menoleh. Terlihat seorang pemuda bermata tajam sedang menatapnya antusias, duduk tepat di sebelah Mingyu.

"Murid pindahan, lebih tepatnya," ucap Mingyu memberi koreksi dari ucapan pemuda tadi. "Jeon Wonwoo, namaku Jeon Wonwoo," balas pemuda itu dengan cepat. Mingyu tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, "Salam kenal, Jeon Wonwoo. Namaku Kim Mingyu."

Brak!

Perkenalan antara Mingyu dan Wonwoo harus terhenti ketika mendengar suara gaduh. Netranya menangkap sosok Seungcheol yang tengah mencengkeram kerah salah seorang wira.

"Berhenti mengataiku secara rendah!" ucap Seungcheol dengan suara meninggi.

"Ya, Choi Seungcheol, berhenti berlindung dengan topeng sok kuatmu itu. Menyerah dan menungginglah untukku."

Sebuah bogem mentah jadi hadiah setelah sebelah tangan wira itu menangkup bokong Seungcheol hingga tersungkur ke lantai.

"Yoon Jeonghan berdarah!" seru pria berwajah bulat dengan raut panik. Wira bernama Jeonghan itu langsung dipapah oleh dua orang sementara ada seseorang berhidung mancung melerai keduanya.

"Yang berurusan dengan Seungcheol, dia Yoon Jeonghan. Sementara dia, yang paling pertama panik bernama Boo Seungkwan. Punya rumor berhubungan dengan dia, si pemilik wajah tampan bernama Chwe Hansol atau Vernon. Sementara yang memapah Jeonghan adalah Kwon Soonyoung dan Hong Joshua. Yang punya nyali melerai, dia Lee Seokmin."

Informasi yang diberikan Wonwoo langsung diproses didalam otak Mingyu. Ia masih mencoba mencerna apa yang terjadi saat jam makan malam ini.

Tak lama, penjaga asrama langsung mendinginkan suasana dan memerintahkan penghuni asrama untuk menghabiskan makanan mereka lalu masuk ke kamar masing-masing.

***

"Maaf kalau kamu harus lihat kejadian tadi."

Suara Seungcheol memecah keheningan. Mingyu yang sedang membaca buku langsung mengalihkan atensinya, menatap ke atas, meski dihalangi kasur sehingga tak bisa melihat apa yang dilakukan teman sekamarnya tersebut.

"Itu pelecehan seksual, tidak apa-apa."

Kemudian hening mendominasi. Membiarkan keduanya kembali larut dalam kesibukan masing-masing.

Baru sebentar dia menetap, Mingyu dikejutkan dengan kejadian pertama penuh kejutan. Namun yang membuat rasa penasarannya membuncah adalah ingin mengenal lebih dekat sosok teman sekamarnya, Choi Seungcheol.







...to be continued

MINCOUPS: AmbitionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang