XI

3.1K 161 22
                                    

Hari pertama Seungcheol kembali masuk sekolah harusnya masih tenang dan tenteram, terlepas dari bagaimana sibuknya murid-murid di sekolah itu berbisik sambil bertukar gosip mengenai Seungcheol yang baru saja kembali masuk sekolah. Namun kali ini, semua tidak sesuai rencana.

Mingyu sudah mati-matian mencoba melerai Seungcheol dan Jeonghan yang kembali terlibat adu pukul, begitupun Joshua dan Seungkwan yang entah berapa puluh ribu kata dilontarkan melalui mulut demi membantu melerai kedua manusia dengan emosi labil tersebut.

Jeonghan masih tidak terima dengan Mingyu, si anak baru yang seenaknya saja akrab dengan Seungcheol sementara dia malah harus bersusah payah demi bisa mengobrol dengan pemuda bermarga Choi itu.

"Sudahlah, hentikan!" ucap Mingyu yang naik pitam karena tingkah Jeonghan semakin keterlaluan. Ia menarik tangan Seungcheol dengan paksa agar tak terlibat perkelahian dengan Jeonghan lagi dan membawanya pergi. Seungcheol hampir saja terjatuh kalau saja Ia tak buru-buru menjaga keseimbangan tubuhnya.

Tidak muluk-muluk, Mingyu membawa Seungcheol ke UKS untuk mengobati lukanya. Jika sekiranya memang ada luka baru atau luka lama yang berdarah kembali.

"Sudahlah, Gyu..."

Ucapan Seungcheol membuat Mingyu langsung menoleh pada Seungcheol, menatapnya seraya mengernyitkan dahi. "Sudahlah untuk apa, Hyung?" tanya Mingyu yang bingung. "Entahlah, aku pikir kedekatan kita malah membawa hal yang buruk, terlebih untukmu."

Mingyu diam, belum merespon ucapan Seungcheol. Memang benar, semua dimulai dari saat Seungcheol yang entah bagaimana bisa mulai akrab dan terbuka pada Mingyu. "Tidak usah dipikirkan, justru aku menikmati waktu saat kita bersama. Selagi kamu masih bersamaku, aku yakin hal seperti ini bisa kita lewati."

"Tapi aku juga muak babak belur terus!" Seungcheol menunjuk ke arah wajahnya yang di beberapa bagian sudah memar. Mingyu langsung memeluk lelaki yang duduk di sofa panjang di ruang UKS itu dan mendekapnya. Mata Seungcheol membulat, wajahnya memerah.

"Kim?"

"Biar aku selesaikan semua ini dengan Yoon Jeonghan, Hyung. Aku minta maaf karena sudah membuatmu terlibat dengan hal seperti ini."

Tak lama, Seungcheol membalas pelukan Mingyu dan mengusap punggung lebar Mingyu sambil mengangguk, "Hm."






***





Mingyu dan Jeonghan saling melempar tatapan satu sama lain. Kebetulan sekali, Mingyu menghampiri Jeonghan langsung ke kamar asramanya. Banyak yang saling berbisik atas sikap pemberani atau mungkin nekat dari Mingyu. "Masuklah," suruh Jeonghan membuka pintu lebih lebar.

Mingyu masuk ke dalam kamar Jeonghan dan langsung membuka mulut begitu Jeonghan menutup pintu, "Aku mohon, tinggalkan Seungcheol!"

Jeonghan mendecih pelan. "Bagaimana bisa kau suruh aku meninggalkannya padahal aku sudah sesayang itu padanya? Aku benar-benar sayang padanya sampai-sampai aku tidak mau ada orang lain berada di dekatnya. Termasuk kau!" Jeonghan menunjuk ke arah Mingyu.

"Tapi lihat, dia sendiri juga muak dengan alur yang seperti ini. Semua ini dimulai dari saat kau mengancamnya kan, Hyung? Anak itu sedang melewati masa sulit, tolong jangan semakin mempersulit dia."

Jeonghan mengepalkan tangan kanannya dan hendak melayangkan kepalan tangan itu ke wajah Mingyu sebelum akhirnya Mingyu membuka mulut kembali. "Aku tidak keberatan jika harus dipukuli berkali-kali atau ditendang sampai muntah darah, asalkan kamu meninggalkan Seungcheol agar dia bisa jalani hidupnya dengan tenang, Hyung."

Jeonghan terdiam, tidak jadi memukul Mingyu dan mendecih setelahnya. Hati Jeonghan goyah. Sudah sekeji apa dia pada Seungcheol sampai Mingyu berani mengatakan hal seperti itu?

MINCOUPS: AmbitionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang