VII

2.4K 156 7
                                    

Heningnya malam membuat kesan di asrama menjadi seram. Pengawasan asrama sudah berlangsung satu jam yang lalu. Tapi kalau dilihat ke dalam, peruangannya, bisa dilihat yang menghuni tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

Berlatih gitar, belajar Matematika, membaca buku, berbincang sambil menyantap makanan ringan, dan masih banyak hal lain yang dilakukan.

Namun ada hawa yang berbeda dari ruangan yang dihuni oleh Choi Seungcheol dan Kim Mingyu, dimana lampunya telah dimatikan. Suara lidah yang beradu dengan liur serta kecupan-kecupan mendominasi ruangan tersebut.

Ceritanya panjang sekali, namun singkatnya, Seungcheol tidak ingin berbicara pada Mingyu, namun Mingyu mencoba menjelaskan situasi dimana Ia murni tergoda dengan bibir tipis milik Wonwoo. Jelas, Seungcheol tidak akan mudah luluh begitu saja dan meninggalkan Mingyu sebab memilih untuk berpetualang di alam bawah sadar saja.

Pelukan dari Mingyu dan suara isak tangis lelaki jangkung itu membuat Seungcheol terganggu, mengusir Mingyu, tapi yang bersangkutan malah makin memohon sambil tersedu-sedu. Ck, tidak seharusnya juga Seungcheol marah kalau Mingyu bersama yang lain, kan?

Pada akhirnya, Ia akan sendirian. Memilih sepi dan kekerasan sebagai teman terbaik yang mewarnai waktu luang.

Balasan peluk dari Seungcheol yang membawa mereka pada situasi saat ini, dimana Mingyu sudah bertelanjang dada sementara kancing piyama yang Seungcheol kenakan sudah terbuka semua. Piyama itu hanya disampirkan ke bahu, membuat penampilan pemuda bermarga Choi itu jadi seratus kali lipat lebih menggoda.

"Hyung suka, hm?" tanya Mingyu dengan suaranya yang merendah, mengecup area tulang selangka Seungcheol dan beralih ke lehernya. Seungcheol hanya memejamkan matanya erat, meremas rambut Mingyu dan menggigit bibirnya agar tidak menimbulkan suara apapun.

Tanda kemerahan yang Jeonghan berikan sudah ditindih dengan tanda yang Mingyu buat barusan. Menghapus jejak, kata Seungcheol. Meskipun begitu, tidak menutup kemungkinan bahwa Mingyu akan menjamah area kulit mulus Seungcheol yang lain juga untuk meninggalkan tanda.

"Biarkan aku yang memimpin," ucap Seungcheol dengan suara beratnya. Mingyu mengangguk, berganti posisi dengan Seungcheol hingga lelaki yang lebih pendek itu sudah menindih tubuhnya.

"Hyung terlihat jauh lebih menggemaskan kalau dilihat dari sini," komentar Mingyu sambil terkekeh pelan, membuat tangannya sibuk dengan memelintir dan mencubit puting mencuat milik Seungcheol. "J—jangan curang..." Seungcheol menundukkan kepalanya, meletakkan kedua tangannya di bagian dada Mingyu sambil menggigit bibirnya lagi. Pinggulnya tidak diam, melainkan Ia gesekkan bokong sintal miliknya itu ke penis Mingyu yang masih terbalut celana bokser.

"Curang? Biar saja kalau begitu, habisnya lucu, sih." Mingyu tidak peduli dengan larangan Seungcheol dan makin memberi stimulasi lebih pada puting Seungcheol. Ia mencengkeram rahang Seungcheol dan memasukkan jarinya ke dalam mulut yang kini berkeinginan jadi dominan, kemudian melumuri liur tadi ke bagian puting dan membuatnya makin mengeras karena bersentuhan dengan dinginnya udara.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Seungcheol memang bodoh, membiarkan dirinya yang semula marah kini malah mengizinkan Mingyu untuk menyentuh tubuhnya. Mingyu menurunkan celananya dan celana yang dikenakan Seungcheol, membuat kulit mereka bersentuhan makin intens.

Sesekali Seungcheol mencoba memasukkan penis Mingyu ke dalam liang analnya yang membuat Mingyu mengerang kenikmatan. Pasti sulit bagi milik Seungcheol untuk memasukkan penis Mingyu yang berukuran lumayan panjang dan besar. Idaman sekali.

"Lebih baik hisap dulu agar nantinya tidak sakit, ya?" Mingyu mengusap rambut Seungcheol lembut. Seungcheol menganggukkan kepalanya, sedikit turun hingga wajahnya kini berhadapan dengan penis Mingyu yang ukurannya hampir sepanjang wajahnya.

MINCOUPS: AmbitionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang