III

2.2K 194 21
                                    

"Baiklah, berikan tepuk tangan untuk Kim Mingyu karena sudah berhasil menjawab pertanyaan dengan benar!"


Seisi ruang kelas tersebut langsung dipenuhi oleh tepukan tangan yang memekakkan telinga, mengingat Mingyu tergolong orang yang pintar dan mudah bergaul membuat pihak lain ikut senang atas keberhasilan Mingyu menjawab kuis harian.

Pemandangan yang kontras jelas terlihat dari sudut kelas, tempat duduk paling belakang. Ketika sorot mata sang guru menatap lurus ke arah tersebut, lantas murid juga turut ikut.

Choi Seungcheol tidur di kelas, lagi.

Helaan nafas dapat Mingyu dengar begitu sang guru berjalan mendekat guna menghampiri Seungcheol yang lelap dalam tidur. Seketika suasana jadi hening.

"3x7?!"

"Sudah pulang!"

Respon spontan dari Seungcheol ketika meja digebrak dan pertanyaan dilayangkan membuat seisi kelas tertawa, termasuk Mingyu.

"Choi Seungcheol, basuh mukamu agar tidak mengantuk lagi didalam kelas!"

Perintah dari guru dituruti oleh pemuda itu dan kini tengah melangkahkan kakinya cepat untuk keluar dari kelas. Mingyu sudah menduga bahwa Seungcheol memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mengulur waktu agar tidak ikut dalam sesi belajar mengajar.

Namun Seungcheol benar-benar membasuh mukanya di toilet. Ia lakukan itu setelah buang air kecil dan mencuci tangan. "Astaga!" responnya spontan melihat sosok Jeonghan sudah berdiri di belakangnya sembari bersandar di dinding ketika Ia hendak bangkit dari posisinya yang merunduk tadi.

"Terkejut?" tanya Jeonghan. "Menurutmu bagaimana?" Suara Seungcheol terdengar rendah, Jeonghan bisa mengerti jika Seungcheol tidak punya minat untuk mengobrol dengannya. "Menurutku bagaimana?"

Jeonghan melangkahkan kakinya mendekati Seungcheol, berdiri di belakangnya dengan jarak yang terpaut tipis dan meniup belakang telinga lelaki itu tanpa aba-aba. "Berhenti," titah Seungcheol seraya menggigit bibir bawah. Tak akan Ia biarkan Jeonghan mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Setelah terkejut, bagaimana kalau kesakitan sebentar?"

"Akh!"

Seungcheol langsung mencengkeram lengan Jeonghan begitu si teruna mencekik lehernya, sementara sebelah tangan yang bebas digunakan untuk menahan satu tangan Seungcheol di belakang punggung. Jeonghan mendorong Seungcheol agar merunduk, membuat bokong sang wira bersentuhan dengan selangkangan milik Jeonghan.

Secara sengaja maupun tidak disengaja, Jeonghan sudah memancing sisi lain dari Seungcheol yang menikmati rasa sakit seperti ini. Wajahnya memerah karena kesulitan mengambil nafas. Melihat Seungcheol seperti itu, Jeonghan melepas cengkeraman di leher Seungcheol kemudian membiarkan Seungcheol meraup oksigen dengan rakus.

"Sial."

"Bukankah kamu menyukainya, Pemuda Choi?" tanya Jeonghan. "Berhenti mencari tahu apapun tentangku, Yoon Jeonghan."

Jeonghan tertawa, "Kamu mengharapkan kondisi yang bagaimana? Coba pikir, bagaimana bisa aku melepasmu begitu saja ketika aku sudah tertarik? Berhenti berkedok nakal, tangguh dan bengis."

Keduanya langsung menoleh begitu melihat pintu toilet terbuka dan seseorang masuk. "Oh, kalian sedang berbicara? Maaf mengganggu, aku hanya ingin buang air."

Jeonghan mendecak sebal. Lagi-lagi Kim Mingyu, teman sekamar Seungcheol yang diprediksi akan mempersulit langkahnya untuk menaklukkan seorang Choi Seungcheol. Selama Mingyu buang air kecil, tidak ada yang membuka percakapan. Baik dari Seungcheol maupun Jeonghan.

"Aku pergi."

Seungcheol hendak melangkah keluar kamar mandi, tapi Jeonghan langsung menarik seragamnya dan kembali menahan pergerakan tubuh Seungcheol yang kembali merunduk ke wastafel.

"Hey, tulangnya bisa patah kalau begitu."

Mingyu melirik ke arah Jeonghan dan Seungcheol sembari mencuci tangan. "Seungcheol-ssi, bukankah kamu hanya disuruh mencuci muka? Lebih baik kita kembali bersama."

Tawaran dari Mingyu dijadikan Seungcheol sebagai alasan menjauh dan kabur dari Jeonghan. Keduanya keluar dari kamar kecil dan membahas hal lain, membiarkan Jeonghan merasa sebal di ruangan tersebut.

Seungcheol melirik ke arah Mingyu sesekali. "Ada apa melihatku?" tanya Mingyu. "Ah, nggak kok!" jawab Seungcheol. Masih harus melewati beberapa ruangan untuk sampai ke kelas, Seungcheol manfaatkan momen tersebut.

"Terima kasih sudah melindungiku, tapi karena apa?" tanya Seungcheol. "Kamu tidak lain dari sekadar teman untukku," jawab Mingyu dengan nada bicara seakan-akan tengah menggantung. Seungcheol mengernyitkan dahinya.








"Teman hidup, boleh, kan?"











.....to be continued

MINCOUPS: AmbitionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang