9| So... ♡

691 131 4
                                    

Hari yang paling di nanti Christian akhirnya tiba juga, dari jarum jam menunjuk angka 8 cowok itu sudah bersiap di kantor kecil miliknya di lantai dua store dengan perasaan yang senang. Tangannya sedari tadi tak henti-henti menyeka lensa kamera berharganya dari partikel debu halus  sambil tersenyum kecil. Para pekerja tampak terlihat sibuk hari ini, dari mulai men-setting background hingga mempersiapkan item produk yang akan di foto. Kepala Mino menyembul dari balik pintu secara tiba-tiba, membuat Christian hampir menjatuhkan kameranya karena terkejut.

"Bos... Ada yang nyariin!" katanya singkat.

"Suruh masuk." perintah Christian yang di tanggapi dengan heran.

"Serius nih?" tanya Mino dengan alis yang terangkat.

Christian menatap Mino datar, padahal dalem hati udah ngomel. Yang di tatap langsung melaksanakan perintah secepat mungkin. Sosok Rose memasuki kantor milik Christian dengan senyumannya, menyapa cowok tersebut yang sudah mengangkat kedua sudut bibirnya sedari tadi. Cewek itu mendaratkan diri di sofa kecil yang ada di dalam kantor milik Christian.

"Udah sarapan?" tanya Christian membuat fokus Rose yang memandangi ruangan sekitar terhenti.

"Udah, lo?"

"Gak biasa sarapan gua, nanti makan siang bareng ya?" ajak Christian yang ingin langsung Rose bales dengan anggukan kepalanya, namun tiba-tiba sosok perempuan memasuki kantor tanpa permisi.

"Hai! Gue gak ganggu kan?" tanya perempuan tersebut sambil mengulas senyuman lebar.

Cowok itu memandang malas sosok perempuan yang bersandar di bingkai pintu."Lo ngapain di sini?"

"Ada job."

"Siapa yang ngasih lo job?" Christian mengangkat alisnya menatap perempuan tersebut yang merupakan mantan kekasihnya.

"Mino... kemaren nelpon gue buat dateng."

"Maaf, tapi gua udah tanda tangan kontrak sama model lain."

Perkataan final Christian membuat mata perempuan yang masih berdiri tersebut membulat dan seketika menoleh ke arah Rose yang masih terduduk di sofa sambil menatap kedua ujung sepatunya. Desahan kesal mengisi ruangan yang berukuran tak lebih dari 3×2 meter tersebut. Rose yang merasa di pandangi menutup rapat indra pendengarannya tanpa menyentuh sama sekali, hingga sebuah tepukan di lututnya membuatnya mengangkat kepalanya.

Dengan gesture kepalanya Christian menyuruh Rose untuk meninggalkan keduanya di sana, tanpa ingin mencampuri masalah cewek itu menarik tali slingbagnya dan bergegas keluar. Semenit setelah kepergian Rose, cewek yang berstatus sebagai mantan Christian itu mendudukan tubuhnya di hadapannya.

"Can you just go out from my life?!!"

"You love me, Chris! I thought you still need me."

"I was! Tapi sekarang gua baik-baik aja. Ada lo maupun engga, gak ngaruh juga buat hidup gua so go ahead!"

"Maaf, kalau gue nyakitin lo. Tapi ada kesempatan kedua gak buat gue balik sama lo?"

Mino yang ngeliat sosok Rose menunggu di depan ruangan sambil  berdiri mengamati beberapa staff yang lagi ngatur kabel lighting menghampiri. Cewek itu mengulas senyum singkat sebelum akhirnya di ajakin duduk buat ngobrol, basa-basi aja sih Mino biar keliatannya sibuk juga. Mulai dari nama sampai urusan kampus di tanyain sama cowok itu, tapi yang terakhir dengan naturalnya Mino menceritakan sosok Kaia, sang mantan pacar bosnya pada Rose.














Berawal beberapa hari yang lalu, saat Christian pulang dari apartment Rose malam itu. Lagi-lagi, Minsik menghampiri seperti biasa menyambut kedatangannya. Yang membuat berbeda kali ini adalah perkataannya, cowok berkulit tan itu meledeki kedekatannya bersama Rose hingga membuat Christian sedikit kesal saat ia menyertakan nama Kaia di dalam kalimatnya.

"Lo tau, Min... Hati gue buat siapa. Hingga saat ini masih sama gak pernah berubah."

Mungkin karena merasa gak terima, Minsik mendadak emosi dengernya. Cowok itu sampe mikir, emang apa sih yang udah di lakuin sama tuh cewek sampe segitunya di cintai sama Christian?. Kalau boleh jujur Minsik juga gak terima kalau Rose sedikit di permainkan disini, entahlah... Cowok tersebut masih keinget Jennie pada saat itu, jadi bawaannya langsung emosi aja ngeliat cewek dipermainkan dan disakitin. Sehingga tanpa berpikir jernih dan di balut emosi, ia mengatakan satu hal yang ia jaga selama ini.

"Mungkin lo baru tau, tapi Kaia nyelingkuhin lo, Chris! 2 tahun! Lo harusnya sadar kalo lo cuma di permainin sama cewek pujaan lo itu!"

Setelah membuka fakta baru buat Christian, cowok itu segera meninggalkan rumah. Membiarkan Christian untuk berpikir jernih, dan mengoreksi dirinya sendiri malam itu. Perasaan bersalah Minsik juga membuncah, semaleman itu juga ia nangis di dekapan Jennie, cowok itu emang gampang buat nangis kalo menyangkut orang-orang di dekatnya apalagi kali ini masalahnya gak cuman satu orang.

Ngeliat Minsik nangis saat datang ke unitnya, lalu menceritakan semuanya membuat Jennie menyesal. Menyesal, karena sudah menceritakan soal Rose pada Minsik waktu itu. Dan karena faktor tersebut juga yang membuat Minsik tersulut emosi saat dengan jelas Christian berusaha mendekat dengan cewek itu dengan berlebihan karena perasaan ibanya, bukan perasaan tulus. Cowok itu takut, jika Rose yang sedang membuka diri malah membangun ulang temboknya.

Minsik cowok baik-baik, perasaannya mudah rapuh apalagi nyangkut soal orang yang di sayanginya.



×××

Maaf banget dialognya dikit doang, karna gue gak ada bayangan soalnya hampir seminggu gak ngomong sama orang hahahaserius

Mau deh punya cowok kaya Minsik, yang khawatirnya bukan sama pacarnya aja tapi orang terdekat pacarnya juga. 2 chapter lagi gimana? apa mau lebihh? gak janji yaa... ini aja ngalor ngidull dari perkataan awal gue.
Vomment tuh gak rugi kok😊

[2] Drunk in the moonlight ♡Rosseane Park ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang