Keberadaan Rose kini semakin di lihat oleh orang lain, bukan hanya si Jennie si selebgram dan Jisoo si anak organisasi yang aktif di tiap event yang di lirik keberadaannya. Bahkan kedekatannya dengan geng Christian sempat menjadi buah bibir, apalagi semenjak wajahnya muncul di katalog sebuah brand clothing yang sebenarnya milik Christian tersebut.Tapi sejak sebulan yang lalu kegiatan kampus ditunda karena situasi Covid-19 semakin memburuk dan kegiatan mengajar di lakukan dari rumah, sehingga Rose kini tak mendengar gosip tentang dirinya lagi. Semakin lama masa karantina, semakin menggila juga penghuni grup chat Squad mereka. Entah sudah berapa ratus chat yang masuk jika melewatkannya selama beberapa menit.
Sedikit melanggar peraturan pemerintah, mereka membuat acara camping selama 3hari di kediaman Christian dan Minsik, tujuannya tentu saja untuk refreshing dari jadwal kuliah online serta tugas-tugasnya. Setelah merapihkan barang bawaannya Rose segera turun menuju lobi, karena teman-temannya sudah menunggu di sana. Sesampainya di kediaman besar yang pernah Rose kunjung-in dulu, mereka melepas masker masing-masing dan segera mencuci tangan sebersih mungkin di halaman rumah.
Agenda pertama adalah karoke time, keadaan ruang santai yang semula rapih kini hancur berantakan, chiki ball keju yang gak bersalah sudah berserakan di atas karpet yang di pakai untuk melempari Jisoo karena berteriak di mic hingga berdengung. Tak hanya remahan chiki, gumpalan tisu pun ada karena Rose menyanyikan lagu ballad dengan penuh penghayatan sehingga membuat beberapa dari mereka menangis tersedu-sedu tanpa alasan yang jelas. Hingga matahari terbenam, mereka baru menghentikan kegiatan pertama tersebut.
"Makan apa nih?"
"Pizza?" saut Jiho membuat Jennie dan Minsik mendadak melotot. Karena Jiho tuh maniak banget sama pizza, hampir tiap hangout ngajakinnya makan pizza mulu.
Jisoo mengangkat tangannya. "SAMA COLA!!"
"Engga... Engga... Engga.... PIMEK LAH GAS-IN!!" seru Gray yang di anggukin sama kelompok cowok-cowok.
"I heart you...."
"Mekju lahhh cemen amat minum cola!" ledek Jiho dengan sengit.
Jisoo mendelik, "Yaudah soju bom aja!"
Yang seharusnya menjadi makan malam biasa, malah berubah menjadi pub bar dadakan. Setelah menghabiskan beberapa botol bir dan soju, hanya tersisa Rose dan Christian saja yang masih sadar kewarasannya. Jisoo sudah tumbang di atas sofa, sementara Jennie yang memiliki kadar alkohol yang tinggi tengah melantur bersama cowok-cowok yang lain dengan Minsik yang terpejam di atas pahanya. Bisa dibayangkan sekacau apa yang terjadi.
"Chris, gue boleh ke atas?" tanya Rose menunjuk ke arah pintu rooftop.
"Ngapain?"
"Hmm... Cari angin, mungkin?" jawab Rose dengan ragu.
Cowok itu nganggukin kepalanya terus nganter Rose ke lantai dua, tapi pas udah buka pintu rooftop Christian malah ikut keluar dan nemenin cewek itu duduk di bangku kayu yang menghadap jalanan kota. Bibir Rose tersenyum, saat kembali teringat malem itu, tanpa sadar bahwa Christian memperhatikan wajahnya sedari tadi dari arah samping.
"Lo gak penasaran sama sikap gue selama ini?"
"Emang ada alesannya? Gua kira lo introvert... "
"Gue extrovert" kata Rose sambil melirik Christian. "Haruskah gue cerita, sebagai garis awal buat gue membuka diri lagi?"
"Kalau lo nyaman, gua bakal dengerin kok" saut Christian sambil tersenyum kecil.
"Semasa awal gue masuk kuliah, gue anaknya gak sediem ini, malah cukup asik buat ngobrol ataupun bergaul. Temen gue kala itu gak cuma satu-dua, tapi banyak. Sampe akhirnya gue di jodoh-jodohin sama temen gue, kita ke club hari itu juga dan gue... mabok, pas paginya gue baru sadar."
"Gue lepas segel, dan gue disitu mikirnya masih positive. Karena gue pikir apa salahnya nyoba kaya gitu, dan gue juga gak mengharapkan apa-apa dari tuh cowok saat gak dapet kabar apapun setelah hari itu. Tapi, setelah beberapa hari di grup angkatan rame ngebahas gue, dan lo tau kenapa?" cewek itu mengambil jeda sambil mengatur napasnya yang mulai tersendat, karena kembali merasakan sesak pada dadanya.
"Di sana ada link video, video gue waktu having sex dan parahnya gak cuma satu cowok, Chris! Ada dua, gue yang kondisinya malem itu parah banget gak sadar sama apa yang terjadi." suara Rose bergetar, cowok itu yang sadar langsung menggenggam erat tangan Rose yang berada di atas pahanya.
"Gapapa, gausah di lanjut." kata Christian menenangkan, namun di jawab gelengan oleh cewek itu.
"Semua orang yang gue kenal di kampus ngejauh, gue juga di jadiin bahan bercandaan sama senior, bahkan temen-temen gue yang ngenalin gue sama cowok itu juga ngehindarin gue. Gue depressi, tiap ada yang ngeliatin gue dikit aja langsung gue sembur sama caci maki, emosi gue bener-bener gak ke kontrol lagi. Sampe akhirnya gue pindah kampus ke kota ini, sambil terapi mental gue yang hampir gila ini dan itu berhasil."
"Berhasil, karena gue membatasi diri dan menghindari orang asing yang tiba-tiba masuk ke hidup gue, termasuk lo pada awalnya. Tapi semenjak keluarga gue hancur, gue nemuin keluarga baru yang ngebuat diri gue terpancing buat balik kaya dulu lagi. Makasih karena kalian gue bisa ngerasain rasanya pertemanan lagi"
Mereka saling melempar senyum satu sama lain. Christian kini mengerti alasan Minsik marah malam itu, sebulanan ini ia selalu memikirkan alasan lain yang membuat sahabatnya itu terpancing emosi, tentu selain karna kebodohannya yang terlalu mendambakan mantannya itu. Gak salah memang Minsik melabeli Rose sebagai pacar keduanya, karna Jennie maupun Rose sama pentingnya di kehidupannya.
"It's okey, lo gak perlu membatasi diri lagi sama kita... Kita keluarga, inget lo masih punya gua sebagai tempat bersandar. Kalau nantinya ada yang nyakitin lo, gua yang bakal maju paling depan."
×××
Lupa belum ngasih visualisasi mbak Kaia... Jadi ini Kaia!!
Rumornya sih pacar aslinya Ian;))
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Drunk in the moonlight ♡Rosseane Park ✔
Historia Corta「Cause you look good in the moonlight」 ♡ Second book. - written by Carramelsalt.