Malam datang begitu cepat tanpa disadari, kalau saja lampu dari perkotaan tak menyinari dari balik jendela mungkin Rose tak akan sadar dengan kehadiran sang bulan. Tangannya bergerak merapihkan alat tulisnya yang berceceran di atas meja dengan gesit, lalu menutup jendela kamarnya dengan rapat. Setelah selesai dengan urusannya ia berniat untuk membasuh wajahnya, namun niat itu ia urungkan sejenak untuk mengecek ponselnya yang bergetar dengan posisi terbalik di atas meja.
Christian
| Sebenernya yang butuh hangover sup tuh lo, bukan gua
Cewek itu sedikit terkekeh, apaan deh ini cowok bukannya berterima kasih malah ngomel, pikir Rose. Tapi saat tangannya baru ingin mengetikkan sesuatu, Christian lebih dulu mengiriminya pesan lain.
| Berhubung gua gak keracunan pas makan sup dari lo, jadi gua mau berterima kasih
Jadi lo kira gue sejahat itu, |
ngasih makanan beracun ke lo?!| Siapa tau, ci
| Kalo lo butuh pelukan lagi, calling-calling gua yaaRese! |
Tak ingin melanjutkan perdebatan lebih lanjut, Rose pun segera menaruh ponselnya dan bergegas untuk membasuh wajahnya yang mulai memanas. Satu hal yang harus kalian tau, Rose perlahan-lahan mulai mengubah minsetnya tentang orang asing, ia rasa gak ada salahnya memulai pertemanan dengan orang lain, selain Jennie dan Jisoo tentunya.
Begitu Rose hendak menaiki kasurnya tiba-tiba saja matanya tertuju keluar jendela, bagai terhipnotis. Pandangannya tak luput dari bulan yang bersinar terang menembus gordennya. Kalau boleh jujur, sebenarnya Rose mengingat kejadian malam itu di atas rooftop bersama Christian. Sudut bibirnya terangkat, menertawakan kejadian tersebut yang entah kenapa tiba-tiba terlintas di kepalanya saat melihat bulan.
Melalui Christian, ia menyadari bahwa gak selamanya orang asing yang kita temuin itu jahat, ada kalanya kita bertemu orang yang baik seperti Minsik dan Christian. Emang sih... Awal kenal Christian agak nyebelin, tapi sejauh apapun Rose membatasi keduanya, pada akhirnya ia akan luluh oleh perasaan tulus yang di berikan kedua cowok yang ia anggap asing tersebut.
Seharusnya ia sadar lebih awal, bahwa tak semua orang itu sama seperti si brengsek Go Junhoe.
Seperti biasa, pada waktu luang sebelum lanjut ke kelas berikutnya Rose, Jennie, dan Jisoo akan menempati bangku kafetaria untuk jajan ataupun sekedar berbincang santai. Di sela mendengarkan cerita Jisoo yang terus-terusan di komentari oleh Jennie, Rose tetep jadi pendengar yang menanggapi perdebatan kedua temennya tersebut dengan tawa kecil.
"Tuh kan! Lo mah nethink mulu sama gue, males ah anjing." umpat Jennie saat Jisoo meledeknya dengan kata bucin.
Rose tertawa kecil, melihat tingkah kedua temennya ini yang gak mau saling mengalah. Tapi tak berlangsung lama ponselnya bergetar, membuat Rose segera meraih ponselnya dari dalam saku jaketnya. Begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya, ia langsung menunjukannya pada Jennie.
"Minsik nelpon."
"Angkat sama lo lah, kan neleponnya ke lo, Rose." jelas Jennie. Mau, gak mau, yaa langsung Rose angkat dan ngedeketin benda pipih tersebut ke telinganya.
"Halo." sapa Rose, sambil ngelirik Jennie yang masih santai-santai aja sambil lanjut ngobrol sama Jisoo.
"Hy, beb! Dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] Drunk in the moonlight ♡Rosseane Park ✔
القصة القصيرة「Cause you look good in the moonlight」 ♡ Second book. - written by Carramelsalt.