[Trailer: A perfect husband]
ヘ(^_^)ヘ
........Hampir satu bulan terlewatkan, sejak hari itu Jennie tidak pernah terlihat lagi. Entah kemana perginya perempuan itu. Kemarin Jisoo mengunjungi apartemennya, namun apartemen Jennie terlihat sepi dan tak berpenghuni, sebenarnya bisa saja Jisoo menerobos masuk ke dalam mengingat dia tahu password apartemen Jennie, namun itu akan sangat tidak sopan, jadi dia urung. Jennie juga tidak pernah mengangkat telepon dari Jisoo ataupun membalas pesan, meski begitu Jisoo berharap Jennie akan baik-baik saja.
Lamunan Jisoo terpecahkan saat sebuah tangan melingkar di pinggangnya, disusul dengan kepala mendarat dibahunya, bibirnya mengecupi leher putih itu membikin Jisoo mengeliat geli.
"Aku lagi nyuci piring, Mark."
"Emang siapa yang bilang kamu lagi dagang combro?"
Jisoo terkekeh. "Maksud aku jangan diganggu."
"Nggak ganggu kok."
"Kamu tuh ganggu tau nggak, aku jadi nggak bebas bergerak."
Mark menghirup dalam-dalam aroma shampo dari rambut Jisoo. "Kangen."
Jisoo tahu arti kangen yang Mark masuk. Perempuan itu mematikan keran, kemudian memutar tubuhnya untuk menghadap Mark. Matanya menatap dalam pada obsidian itu, kalau dilhat-lihat kenapa wajah suaminya ini makin tua kok makin bayi ya?
"Kenapa?" Mark bertanya heran ketika Jisoo mengelum senyum.
"Nggak apa-apa." Jisoo menggeleng pelan sembari terus tersenyum.
"Hari ini, masa subur kamu ya? Aku tadi liat di kalender kamu."
Senyum Jisoo perlahan surut, digantikan dengan raut wajah yang tidak bisa diartikan.
Mark ini lupa atau bagaimana?
"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu." Nada bicara Jisoo terdengar seserius itu.
Jadi Mark cuma mengangguk sebagai respon. Lantas melepas dekapannya. Lelaki itu menggeser kursi meja makan.
"Sini, duduk." Mark menarik Jisoo untuk duduk. "Bicarakan sama aku semuanya ya?"
Iya. Mark pikir, Jisoo sudah mau menceritakan semua keterdiaman dia akhir-akhir ini.
"Aku... Mau kerumah sakit." Ucapnya to the point.
"Buat?"
Jisoo menunduk, tidak menjawab pertanyaan Mark, dia memainkan jemarinya seperti orang gelisah.
"Kamu sakit?" Mark bertanya lagi.
Jisoo menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Terus mau apa ke rumah sakit?"
"Aku mau periksa."
"Periksa apa?!" Tak sadar Mark meninggikan nada bicaranya. "Kamu bilang, kamu nggak pernah mau denger penjelasan dari dokter, disaat aku udah mulai mau melupakan dan meninggalkan semuanya kamu malah tiba-tiba kayak gini?"
Jisoo berdiri dari duduknya, saat itu juga Mark terperangah melihat Jisoo menagis.
"Kamu bersikap seolah-olah nggak tau semuaya. Aku cape Mark!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Husband [END]
Fanfiction[17+] Kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga tidak semata-mata ditentukan oleh ada atau tidaknya keturunan. Begitu yang Mark pikirkan, tak masalah jika memang rumahnya akan sepi tanpa tangisan seorang bayi, baginya bisa hidup berdua dengan Jisoo...