4.[Bitch]

1.4K 173 39
                                    

Malam hampir menjemput ketika Mark mengakhiri pergulatannya di atas ranjang bersama istrinya. Lelaki itu merunduk untuk mencium kening Jisoo setelah mengakhiri penyatuan mereka, kemudian menggeser tubuhnya lebih rendah untuk mencium perut istrinya, dan Jisoo tahu apa yang akan Mark katakan setelah ini.

"Cepat tumbuh, Little Mark."

Jisoo tertawa geli ketika Mark beberapa kali mengecup perut datarnya, benar kan? Mark selalu seperti itu setelah penyatuan mereka.

Meski Mark mengetahui satu kebenaran, tapi dia terus melakukannya, ibarat menaruh harapan kosong, dia tersenyum miris dalam hati.

Mark beranjak berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sedangkan Jisoo lebih memilih memainkan ponselnya.

Beberapa menit berlalu Mark keluar dari kamar mandi dan sudah memakai baju rumahannya, ada handuk kecil di bahunya, rambutnya yang basah masih meneteskan air.

"Kamu nggak mau mandi?"

Pertanyaannya hanya dijawab dengan gelengan, Mark berdecak, lantas membuka lemari, mengambil tissu basah, beserta baju tidur milik perempuan itu.

"Sini."

Jisoo terkejut ketika Mark menarik kakinya, dan menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya.

"Kamu mau ngapain?"

"Mau mandi atau mau aku bersihin?" Mark memberi dua pilihan.

Jisoo melirik tissu basah di tangan cowok itu. "Nggak mau dua-duanya."

"Kalau nggak mandi lengket Jisoo, biar aku bersihin aja." Mark kembali menarik kaki Jisoo, menggesernya agar mendekat ke sisi tempat tidur.

Jisoo pasrah saja saat Mark mulai membersihkan area paha dan kewanitaanya, membersihkannya dari sisa-sisa cairan miliknya, gerakannya lembut, Mark memperlakukan Jisoo seperti benda teramat rapuh di dunia.

Masa bodo dengan rasa malu, lagi pula dia terlalu mager hanya untuk melakukan apa pun.

"Nih pake bajunya. Aku mau masak, kamu mau makan apa?" Mark bertanya sembari memberikan baju tidurnya.

"Apa aja."

"Oke."

Sebelum keluar dari kamar, Mark menjatuhkan satu kecupan di bibir Jisoo. Betapa idamannya Mark sebagai suami, lihat cowok itu bahkan memasak untuk makan malam mereka.

Kamu ngapain aja Jisoo? Berdiam diri bak tuan putri? Benar-benar seorang istri yang buruk, bukan?

"Aku denger di sebelah ada yang baru pindah?"

Pertanyaan itu terlontar ketika keduanya sudah berada di ruang makan. Jisoo mengadah, sejenak berhenti pada aktivitasnya mengaduk-aduk makanannya, mulutnya terbuka seperti akan mengeluarkan sepatah kata, tapi tidak jadi, lantas meresponnya hanya dengan anggukkan kepala mengiyakan pertanyaan Mark.

Perempuan itu akhir-akhir ini kelihatan tidak berselera bicara, seperti dulu pada sifat aslinya, pendiam, malas bicara untuk sekedar berbasa-basi. Mark juga menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiran istrinya itu, terbukti sedari tadi Jisoo hanya mengaduk-aduk makananya.

Mark meletakkan sendok beserta garpu, dia mengambil minum terlebih dahulu sebelum menghampiri Jisoo.

"Sayang, kamu ada masalah?" Mark menggeser tempat duduk Jisoo supaya berhadapan dengannya, dia berlutut sembari menggenggam tangan istrinya. Jemarinya yang lain mengelus pipi itu lembut.

"Aku... Nggak apa-apa."

"Aku tau, loh. Saat kamu ada masalah atau nggaknya."

"Aku nggak apa-apa, Mark."

A Perfect Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang