"Sekala, lucu banget ya?"
Mark baru saja keluar dari kamar mandi dan masih menggosok helai rambutnya yang basah ketika Jisoo berseru. Perempuan itu tengah merebahkan diri di kasur sambil memainkan ponsel.
"Tadi siang nggak cuma Mama sama Maria yang dateng, Lisa juga dateng bawa Se——akhhh!!"
Mark meringis melihatnya, Saat sedang asyik bermain ponsel, tiba-tiba tangan Jisoo terasa licin hingga ponselnya terjatuh pas di atas wajah mengenai tulang pipinya. Sepele tapi rasanya sangat sakit.
"Jisoo,You okay?"
Jisoo mengganti posisinya menjadi duduk, dia menggeleng sembari mengusap tulang pipinya, matanya jelas berkaca-kaca seperti ingin menangis. Mark menghela napas, lalu melepaskan handuk dari bahunya dan menyampirkan begitu saja di senderan kursi meja rias. Laki-laki itu bergerak mendekati istrinya hampir tanpa suara, dia duduk di samping Jisoo, kemudian jemarinya meraih wajah istrinya.
"Lain kali hati-hati." Mark meniupi rona kebiruan di wajah Jisoo. "Sampe memar gini."
"Sakit." Jisoo merengek.
"Kamu sih mainin hp sambil rebahan, nemplok ke muka kan jadinya." Mark menahan tawa.
"Ketawain aja nggak apa-apa!" Sarkasnya. "Sakit tau, kayak nggak pernah ketiban hp aja."
Kali ini Mark betulan ketawa bikin Jisoo mendengus keras.
"Jangan tertawa diatas penderitaan orang dong, Mark." Jisoo cemberut.
"Tadi kan kamu yang nyuruh aku buat ngetawain." Mark tertawa lagi, tetapi tidak lama karena muka Jisoo berubah bete. "Ya udah, sini. Aku cium biar nggak sakit lagi."
"Nggak!"
Jisoo kembali memainkan ponsel, kali ini dengan posisi tengkurap, soalnya kapok kalau rebahan takut wajahnya ketiban ponsel lagi.
"Jangan ngambek." Mark berkata begitu sambil menundukan kepala untuk memberikan satu kecupan di pipi Jisoo, sebelum dia merebahkan diri di samping istrinya, lantas menarik pinggulnya hingga tubuh Jisoo bergeser mendekat.
"Besok aku harus pergi keluar kota."
"Ngapain?"
"Ketemu klien."
"Berapa lama?"
"Nggak lama, mungkin cuma dua hari."
Terus aja ditinggal-tinggal.
"Kok diem?" Mark mendongak beralih menatap wajah Jisoo yang menatap ponsel. "Kamu lagi liatin apa?"
Mark kepo, mengubah posisinya sama-sama tengkurap. Ternyata Jisoo sedang Meng-Scrool layar ponselnya, membaca website tentang resep masakan.
"Kamu mau belajar masak?"
"Aku mau jadi istri yag baik buat kamu." Jisoo menjawab tanpa menoleh, tidak tahu kalau Mark sekarang sedang tersenyum bangga padanya. "Besok berangkat jam berapa? Biar nanti aku masakin sesuatu buat kamu."
"Jangan deh."
Otomatis Jisoo langsung menoleh. "Kenapa? Takut keracunan?"
"Aku berangkatnya pagi banget, jam 4 shubuh mungkin, soalnya aku harus ketemu klien sekitar jam 8, perjalan aku ke tempat klien juga lumayan jauh." Terangnya. "Biasanya jam segitu kamu kan masih tidur, aku nggak mau bikin kamu repot, kamu lanjut tidur aja."
"Itu tuh sindiran keras nggak sih buat aku?"
"Hmm?"
"Nggak, tidur gih. Kamu kan harus bangun pagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/228822911-288-k842447.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Husband [END]
Fanfiction[17+] Kebahagiaan dan keharmonisan rumah tangga tidak semata-mata ditentukan oleh ada atau tidaknya keturunan. Begitu yang Mark pikirkan, tak masalah jika memang rumahnya akan sepi tanpa tangisan seorang bayi, baginya bisa hidup berdua dengan Jisoo...