MEMULAI HAL BARU

12 1 2
                                    

     Setelah pertemuannya dengan Rian malam itu, Arlin memutuskan untuk benar-benar menghapus lelaki itu dari hidupnya walau sangat sulit. Rian beserta istrinya memutuskan untuk pindah keluar kota sedangkan ayahnya tinggal sendirian dirumah sederhana mereka karena Arlin telah keluar dari rumah yang sejak kecil ia tempati itu. Rumah penuh kenangan antara ia dengan ibunya. Rumah yang menjadi alasan ia kuat dan selalu memanggilnya kembali pulang. Namun kini, harapan untuk kembali pulang harus Arlin kubur dalam-dalam. Ia benar-benar harus pergi dan menghilang dari kehidupan ayahnya dan Airlin.

      Arlin memandang matahari yang sebentar lagi akan ke ufuk barat dari kaca gedung kantor tempat ia bekerja. Terhitung telah hampir sebulan sejak acara pernikahan Airlin dan telah seminggu juga ia berjuang untuk memulai dan menata kehidupan barunya. Disaat gadis itu asik memandang kehidupan kota yang disinari oleh cahaya oranye matahari, Arlin dikejutkan oleh tepukan dari Agnes, teman sekantornya.

"Hayo...lagi melamunkan apa?" goda Agnes dengan senyum usil dan Arlin hanya membalas dengan senyuman kecil.

"Ayolah beritahu aku...aku sangat penasaran dengan ceritamu." Rengek Agnes seperti anak kecil. Tadi pagi Arlin menceritakan tentang rumah barunya yang terletak tidak jauh dari tempat kerja dan Agnes begitu penasaran bagaimana bentuk rumah Arlin dan setiap ada kesempatan Agnes pasti merengek seperti tadi.

"Akhir minggu nanti kamu boleh berkunjung."ucap Arlin agar Agnes segera berhenti merengek.

"Benar ya? Janji!"ucap Agnes kegirangan lalu pergi dari kubikel Arlin.

*****

      Sang senja kembali ke tempatnya dan saat ini bulan lah yang bertugas menggantikan sang senja yang telah lelah. Arlin melempar tubuhnya ke sofa. Lelah. Itulah yang ia rasakan setelah seharian menjadi 'orang gila' dalam bekerja. Arlin ingin beranjak ke kamar mandi untuk meyegarkan tubuhnya saat suara bel rumah berbunyi. Arlin mengernyit bingung siapa yang bertamu ke rumahnya karena ia tidak terlalu menampakkan dirinya dilingkungan ini. Dengan langkah waspada Arlin melangkah menuju pintu rumahnya, sebelum ia membuka pintu itu Arlin terlebih dahulu mengintip dari jendela. Arlin harus selalu waspada karena ia tinggal sendiri dan bisa saja hal-hal buruk terjadi padanya.

"Ada apa ya?" Tanya Arlin sopan namun masih tetap waspada saat melihat seorang wanita paruh baya berdiri di depan pintunya.

"Oh, maaf mengganggu waktunya. Kami baru pindah ke lingkungan ini, jadi saya mau menyapa tetangga dan saya mau mengundang kamu untuk makan malam dirumah kami."ucap wanita paruh baya itu begitu bersemangat.

"Terimakasih atas sapaan dan tawaran anda. Baiklah kapan-kapan saya akan berkunjung ke rumah anda." Ucap Arlin sopan lalu berbalik hendak menutup pintu namun wanita itu dengan cekatan menahan pintu rumah Arlin.

"Saya mengundang anda hari ini dan saat ini juga. Saya tidak tahu apakah saya masih punya banyak waktu untuk bercengkrama dengan orang-orang lingkungan ini karena saya lumayan sibuk."ucap wanita itu masih bersikukuh mengajak Arlin.

"Baiklah bu. Saya akan segera kesana dan sebelumnya saya mandi dulu karena saya baru pulang bekerja."ucap Arlin mengiyakan ajakan wanita paruh baya itu. Lagian hanya makan malam saja toh, begitu pikiran Arlin.

*****

      Arlin menepati janjinya pada wanita paruh baya itu. Ia saat ini sedang berdiri di depan pintu rumah wanita paruh baya itu. Arlin lalu menekan bel rumah itu dan pintu itu dibuka oleh seorang lelaki yang tidak asing dimatanya. Arlin dan lelaki itu sama-sama terkejut melihat satu sama lain.

"Kamu perempuan yang menangis ditaman itu bukan?" Tanya lelaki itu mencoba memastikan ingatannya. Dan tentu saja Arlin merasa kesal karena harus bertemu dengan lelaki sok baik itu.

Luka dan KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang