Arlin membuka matanya dan menemukan ia tengah terbaring disebuah tempat tidur. Ia mencoba untuk bangkit namun gerakannya terhenti saat pintu ruangan itu terbuka. Seorang pegawai hotel menghampirinya.
"Anda sudah bangun ternyata. Syukurlah."ucap pegawai hotel itu tersenyum.
"Bagaimana saya dapat disini?" Tanya Arlin karena seingatnya ia berada di ruangan keluarga di pernikahan Airlin.
"Ballroom tempat acara pernikahan itu kebakaran tadi dan para pekerja hotel menemukan anda tergeletak pingsan di lantai." Jawab pegawai hotel itu ramah.
"Bagaimana dengan pestanya?"
"Pestanya tidak dapat dilanjutkan lagi dan tidak ada korban jiwa pada kejadian itu."
" Baiklah, saya berterimakasih karena telah menyelamatkan saya dan saya pamit pulang."ucap Arlin berdiri lalu berjalan keluar dari kamar itu.
"Nona, sebaiknya anda beristirahat malam ini disini karena diluar sedang ada hujan sangat deras dan sekarang telah jam 12 malam dan sudah tidak ada lagi taksi diluar sana."cegah pegawai hotel itu. "Kami memberikan dispensasi pada anda nona. Kamar ini gratis untuk anda hanya pada malam ini saja. Ini juga sebagai bentuk minta maaf pihak kami karena telah melakukan kelalaian sehingga pesta selesai sebelum waktunya."
*****
Arlin menghela napas panjang, ia bosan berada dikamar hotel yang ia tempati saat ini dan jam dinding telah mencapai angka satu dini hari tetapi Arlin masih belum dapat tertidur. Akhirnya Arlin memutuskan untuk keluar kamar dan berjalan-jalan sebentar ke taman belakang hotel itu. Hujan masih belum reda sehingga Arlin hanya dapat berjalan-jalan dikoridor yang menghadap kearah taman. Arlin terus berjalan berkeliling koridor itu, ia bahkan tidak mengetahui sudah berapa kali dan sudah berapa lama ia berkeliling. Pikirannya suntuk dan hatinya sangat hancur ketika mengingat perlakuan ayahnya kepada dirinya.
"Tidak baik melamun malam-malam."ucap seseorang mengejutkan Arlin. Arlin mencari sosok yang mengejutkannya dan ia melihat seseorang di gazebo yang tidak jauh dari tempatnya berada saat ini.
"Nanti kamu kesambet makhluk halus tempat ini."ucap sosok itu dan rasanya Arlin ingin menghilang saat itu juga.
Rian. Lelaki yang telah berhasil mencairkan hati beku Arlin dan sekaligus lelaki yang berhasil menghancurkan hatinya. Lelaki dengan sejuta ucapan manis dan rayuan yang berhasil menyakinkan Arlin bahwa mereka akan hidup bersama namun semuanya hanya kebohongan saat ini. Rian, lelaki yang berhasil mendobrak pintu hati Arlin yang sengaja ia kunci agar ia tak merasakan sakit dan setelah lelaki itu mendobrak pintu itu dan memasukinya malah lelaki itu yang mengobrak-abrik isi hati Arlin. Dia lelaki istimewa bagi Arlin karena ia telah berhasil membawa Arlin berkelana dalam angan-angan tentang hidup bersama yang sangat indah walau untuk sesaat.
Sosok itu perlahan berjalan menghampiri Arlin yang membeku ditempatnya. Kaki dan otak perempuan itu tidak dapat diajak bekerjasama untuk pergi. Otaknya memintanya untuk berlari namun kakinya mengkhianatinya. Semakin dekat jarak antara ia dengan lelaki itu dan rasa sesak dalam dada Arlin semakin menjadi. Kenangan yang harusnya telah ia buang kembali berputar dikepalanya. Dan untuk kesekian kalinya Arlin melemah dan menangis. Menangis tanpa suara. Tangisan yang mengambarkan betapa kosongnya hidupnya saat ini dan tangisan yang mewakilkan perasaan sakitnya.
"Lin, aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah membohongimu. Kamu mau kan memaafkan ku?" Tanya Rian saat telah berada tepat didepan mata Arlin. Arlin tak membalas ucapan Rian, gadis itu masih fokus menatap lelaki dihadapannya seakan lelaki yang berada dihadapannya tidak nyata dan hanya khayalannya saja.
"Lin, ini benar aku Rian. Lelaki yang telah membohongi dan menghancurkan hatimu,"ucap Rian tersenyum getir. "aku tahu aku salah, Lin. Aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah menjadi sosok brengsek dan telah menjadi pelaku yang banyak memberikanmu harapan. Aku minta maaf atas segala salahku," Rian menghela napas panjang karena gadis tercinta dihadapannya masih belum memberi respon.
"Aku tahu kalau aku sudah sangat jahat dan sudah menyiksamu. Jika dengan memukulku kamu dapat tenang maka aku persilahkan kamu memukulku, Lin."ucap Rian berlutut pasrah dihadapan Arlin. Lelaki itu pasrah jika ia akan dipukul habis-habisan oleh gadis dihadapannya.
"Kita putus, Ri!" ucap Arlin berlari menjauhi Rian. Rian menatap sendu punggung Arlin yang semakin menjauh. Ia memang egois selama ini, ia telah mengkhianati Arlin namun ia tidak bisa memutuskan hubungan mereka. Rian masih dan bahkan sangat menyayangi gadis yang baru saja memutuskan hubungan mereka. Saat inilah saat dimana Rian berada pada titik terendahnya sebagai lelaki terlihat, ia tak mampu membendung air matanya. Ia merasa kehilangan separuh hidupnya saat ini dan ia merasa telah benar-benar merasakan bagaimana rasanya dunianya itu runtuh saat itu juga.
*****
Selamat membaca💞
Tapanuli Tengah, 3 Juli 2020
Author💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Kata
Romance"Kamu punya tempat mengadu dan bersandar mulai saat ini. Berceritalah jika kamu ingin bercerita padaku dan aku tidak akan menghakimi dirimu atas semuanya itu." Luka dan Kata Selamat membaca karya ku teman-teman🙂 ...