Welcome to L&K World...
I hope you enjoy to read my story💜
*****
Arkana berjalan menuju taman belakang sambil bersiul kecil. Udara dingin menyelimuti malam yang sedang hujan itu. Arkana lalu duduk disebuah kursi santai yang menghadap ke pekarangan belakang dan Arkana memandang jam dinding yang berada didinding sebelah kirinya. Jam telah menyentuh pukul 12 malam dan ia masih belum dapat terlelap. Akhirnya lelaki itu memutuskan untuk berdiam diri sejenak ditengah kepungan udara dingin. Disaat Arkana sedang menikmati udara dingin yang entah mengapa dari kecil ia sangat sukai, fokus Arkana terpecah saat mendengar pintu yang menjadi penghubung rumahnya dengan halaman belakang bergeser. Dibalik pintu itu berdiri sosok perempuan yang beberapa jam lalu dipaksa menginap oleh mamanya karena alasan hujan deras, padahal rumah mereka hanya terpisah tembok.
Gadis itu tampaknya tak menyadari keberadaan Arkana ditempat itu. Gadis itu tampak sedang bertelepon namun ekspresi gadis itu terlihat marah dan sedih. Lama gadis itu bertelepon dan Arkana tidak sengaja mendengar gadis itu mengeluarkan intonasi marah pada si lawan bicaranya dan sesekali gadis itu menyisir poninya yang menghalangi wajahnya dengan jari-jarinya. Arkana tetap diam melihat dari tempat ia berada saat ini hingga akhirnya gadis itu mematikan sambungan teleponnya dan duduk dikursi yang berada tak jauh dari gadis itu. Arkana dapat melihat dengan jelas bahwa bahu gadis itu bergetar. Entah bisikan hati dari mana Arkana berjalan menghampiri gadis itu. Bukannya dia ingin mencampuri urusan gadis itu, namun ia tidak menyukai jika ada seorang perempuan menangis.
Arlin tidak dapat membendung tangisnya. Ia kembali menangis untuk kesekian kalinya. Ia benar-benar putus asa dan merasa sendirian. Setelah makan malam tadi, ayahnya mengirim foto KK terbaru dimana namanya tidak lagi tercantum di KK itu. Setelah ayahnya yang mengiriminya foto KK, Airlin turut mengirim foto bulan madu ia dan suaminya dan dengan tidak adanya perasaan Airlin meneleponnya dan kembali merendahkannya dan memperoloknya dan tak lama kemudian ayahnya meneleponnya dengan tujuan dan maksud yang sama dengan Airlin. Arlin merasa dunia benar-benar membencinya. Ia sangat lelah menghadapi kelakuan orang-orang yang ia anggap keluarga itu. Kini, pikiran Arlin kembali pada saat ibunya masih hidup. Dulu, mereka hidup sangat bahagia dan akur, namun setelah kejadian itu, kebahagiaan yang dulunya ada dengan sekejap menghilang dan yang tersisa hanya kebencian. Ia ingin mencurahkan apa yang ia rasakan, namun ia tidak bisa karena ia merasa semakin sesak jika ia mencurahkan semuanya.
Arlin merasa seseorang berada dihadapannya saat ini. Arlin mendongak melihat orang yang berada dihadapannya saat ini. Ada rasa lega ketika Arlin mengetahui bahwa yang berada didepannya saat ini adalah Arkana. Hanya Arkana yang mengetahui kelemahannya untuk kedua kalinya dan ia tidak mau semakin banyak orang yang mengetahui kelemahannya. Arkana lalu mengambil posisi duduk disamping Arlin.
"Saya tidak bermaksud mengganggumu atau mencampuri urusanmu, tetapi saya kedinginan karena saya duduk sangat dekat dengan hujan disana."ucap Arkana menunjuk tempat dia duduk tadi. "Saya hanya mau duduk disini dan saya tidak akan mengganggumu. Anggap saja saya tidak ada dan saya tidak akan peduli jika kamu menangis tetapi saya mohon jangan terlalu keras karena saya takut suara tangismu membangunkan semua orang dirumah ini dan pasti akan semakin merepotkan kamu nanti."ucap Arkana lalu memejamkan matanya.
"Apa kamu pernah dikhianati keluarga sendiri?"tanya Arlin dengan suara seraknya. Mendengar pertanyaan itu, Arkana langsung membuka matanya dan menatap gadis yang mukanya tampak kacau itu.
"Belum."
Cukup lama keheningan menguasai saat itu. Arkana masih menatap gadis yang dihadapannya dan ia dengan sabar menunggu apa yang akan ditanyakan oleh gadis itu. Arkana memang belum pernah merasakan dikhianati oleh keluarga sendiri, namun ia tahu bahwa gadis itu sedang mengalami konflik berat saat ini.
"Aku mau memberitahu suatu rahasia padamu dan apakah kamu dapat berjanji untuk tidak pernah memberitahukan rahasia itu?" tanya Arlin menatap Arkana tepat pada manik matanya. Ada desiran halus didada Arkana saat gadis itu menatapnya dan menyunggingkan senyumannya.
"Aku anggap kamu setuju."ucap Arlin ketika Arkana tidak memberikan respon dan hanya diam menatapnya. "Kemarin saat kamu melihatku menangis di taman dan hari itu adalah titik terendahku. Lelaki yang telah lama bersamaku dan lelaki yang berjanji untuk membangun masa bahagia bersama menikah dengan gadis lain. Gadis lain itu adalah saudari kembarku sendiri. Aku merasa seperti dipermainkan oleh semesta. Aku pernah kehilangan seseorang berharga sebelumnya dan sekarang aku kehilangan lagi. Menurutmu aku punya salah apa pada semesta? Mengapa semesta begitu bahagia untuk mempermainkanku?"
"Kamu tidak punya salah. Semua itu hanya sebuah proses untuk membentukmu jadi sosok yang kokoh dan sebuah proses dari semesta untuk kamu dapat menemukan pria yang tepat untuk hatimu." Jawab Arkana dengan tatapan lembut.
"Kokoh?" gumam Arlin sambil tersenyum miring. "Aku tidak akan pernah sekokoh yang kamu maksud. Kejadian dulu tidak cukup membuatku semakin kokoh, malah aku semakin melemah jika mengingat itu. Seseorang pergi dan aku disalahkan atas kepergian itu padahal saat itu juga aku hampir kehilangan jiwaku. Mengapa mereka begitu jahat padaku?" ucap Arlin kembali terisak dan entah keberanian dari mana pria disampingnya itu merangkulnya dalam pelukan dan mencoba menyalurkan kekuatan pada Arlin.
"Kamu punya tempat mengadu dan bersandar mulai saat ini. Berceritalah jika kamu ingin bercerita padaku dan aku tidak akan menghakimi dirimu atas semuanya itu."ucap Arkana tulus. Arkana merasa ada yang ngilu didadanya saat melihat gadis yang ia peluk saat ini menangis. Arkana lebih menyukai sifat periang gadis itu ketika bercengkrama dengan mamanya dibandingkan saat ini. Jauh dalam relung hati Arkana, ia mau menerbitkan senyuman pada gadis itu dan ia mau membendung air mata gadis itu secepatnya.
Arkana mengurai pelukannya saat ia merasa gadis yang berada dalam pelukannya telah tenang. Arkana lalu tersenyum manis memandang wajah gadis itu. Wajah gadis itu begitu berantakan dengan mata sembab, mata merah dan rambut yang sedikit acak-acakan. Lelaki berbadan atletis itu tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini, rasanya sakit saat melihat gadis dihadapannya ini kacau, terkadang perasaannya bahagia saat melihat gadis itu tersenyum saat mengobrol pada mamanya dan saat ini Arkana merasa bahagia saat ia telah berhasil menenangkan gadis itu. Hatinya begitu sulit untuk ditebak oleh dirinya sendiri.
Arlin masih menatap Arkana dengan lekat. Ia tidak tahu apa telah dilakukan oleh lelaki dihadapannya. Mengapa pria itu sangat manis dan lembut padanya bahkan sejak awal pertemuan mereka? Arlin berharap semoga perilaku lelaki dihadapannya ini adalah salah-satu sifat simpati dari lelaki itu saja. Arlin tidak menginginkan adanya perasaan baru lagi. Ia lelah dengan urusan hati dan cinta. Ia lelah dengan itu semua setelah penghianatan dari lelaki yang sampai sekarang masih ia cintai. Ia berharap semoga Arkana tidak pernah menaruh rasa padanya karena ia masih belum mampu terlepas dari bayang-bayang masa lalunya.
*****
Terimakasih telah membaca karyaku
Stay health💜
Tapanuli Tengah, 10 Juli 2020
Author💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dan Kata
Romance"Kamu punya tempat mengadu dan bersandar mulai saat ini. Berceritalah jika kamu ingin bercerita padaku dan aku tidak akan menghakimi dirimu atas semuanya itu." Luka dan Kata Selamat membaca karya ku teman-teman🙂 ...