<(32)> FOR MY EX---Bisa Jadi Sandaran

9.1K 621 8
                                    

KAKI Erithia berjalan menyusuri lorong rumah sakit, perempuan itu menoleh ke sisi kiri dan kanan mencari letak ICU yang di maksud oleh suster yang ada di depan tadi.

Erithia berbelok kiri masuk ke lorong yang di atasnya bertuliskan ICU. Di situ Erithia mendapati seorang wanita yang tengah menangis di pelukan Glen Putra Abhivandya, Erithia tau Kakak Edgar karena cowok itu mantan Kakak kelasnya. Sementara Edgar sedang duduk di sebelah wanita yang Erithia tebak Ibu dari Edgar. Pacarnya itu sedang mengusap-usap wajahnya.

"Edgar," panggil Erithia. Edgar menoleh dan saat itu Erithia melihat untuk pertama kalinya nya mata Edgar sembab.

Erithia duduk di samping Edgar. Melihat Erithia yang berada di sampingnya membuat Edgar menoleh. Cowok itu melingkarkan tangannya di pingang Erithia. Memeluk gadisnya itu. 

Erithia sedikit terkejut, Tak pelak dipeluknya balik Edgar. Ia mengelus kepala cowok itu. Sungguh, baru kali ini Ertihia dapat melihat Edgar yang lemah. Selama ini cowok itu menjadi sandarannya jadi biarkanlah Erithia yang akan menjadi sandaran Edgar kali ini.

"Gar?" panggil Erithia kemudian melongarkan pelukannya pada Edgar.

Kedua orang itu kini sailing menatap. Erithia tersenyum, ia mengusap rambut Edgar sambil berucap. "Yang kuat ya, Om Hardinata pasti sembuh," ucapnya.

Edgar membalas Erithia dengan anggukan.

Netra Erithia berpindah pada wanita di samping Edgar. Erithia tau itu calon Ibu mertuanya eh, maksudnya Ibu Edgar.

"Dia siapa Gar?" Tanya Siska.

"Kenalin Bun, Bang, dia Erithia pacar aku," jawab Edgar. Erithia tersenyum manis dengan pipi memanas.

"Oalah cantik juga ya." Siska menjawab. Terbit senyum di bibir wanita paruh baya itu.

"Bun, pulang dulu gih ke rumah, nanti Edgar sama Abang di sini." Edgar memberi usul ketika melihat wajah lelah Bundanya.

"Iya Bun, pulang dulu ya, Abang anterin," ucap Glen. Nada bicaranya setengah memaksa.

"Ya udah Bunda balik dulu ya, besok pagi baru kemari lagi." Mendengar itu Edgar mengangguk lalu menyalimi tangan Siska di ikuti oleh Erithia.

Setelah kepergian Siska, Erithia bertanya, "kamu udah makan?" Edgar menggeleng.

"Aku beliin di kantin ya," ucap Erithia. Lalu bangkit dari tempatnya, belum sempat berjalan Edgar sudah menarik tangan cewek itu.

"Kita makan bareng aja di kantin," ujar Edgar. Membuat senyum di bibir Erithia terbit, cewek itu mengangguk.

Edgar berdiri, lalu mengaitkan tangannya dengan tangan mungil Erithia. Kedua orang itu lalu berjalan menuju kantin.

÷÷÷÷

"Jadi, Austin itu penghinat?" tanya Erithia, memastikan. Seketika kedua sahabat ya ikut mengangguk.

"Anjir! Sumpah amit-amit gue punya sahabat apalagi pacar kayak gitu," tambah Celine, cewek itu bergidik, ngeri sambil mengetukkan kepalan tangannya di meja beberapa kali.

Erithia termenung, sulit pasti menjadi Edgar. Tidak hanya dikekang, Edgar juga dihianati sahabat nya sendiri. Sekali saja menjadi Edgar, Erithia rasa ia tidak akan mampu. Cowok itu terlalu banyak memikul bebannya sendiri.

"Woyy gue bisa gabung, gak?!" tanya Rico, cowok itu tanpa persetujuan langsung mengambil tempat di samping Naomi.

"Siapa yang nyuruh lo duduk di mari?" Tanya Naomi, sewot.

"Suka-suka gue lah, ni bangku juga bukan punya lo kan!" jawab Rico, menyomot kentang yang ada di piring Naomi.

Melihat makanan favoritnya dicuri tanpa ijin oleh Rico, Naomi sontak melotot ia kemudian melayangkan pukulan yang mengarah di kepala Rico.

"Aduh-aduh Naomi sayang, sakit," ucap Rico. Naomi terdiam, perempuan mana yang tidak salting jika dipanggil seperti itu.

"Jodoh baru tau rasa lo berdua," celetuk Celine setelah menyesap jus jeruknya.

"Ogah, amit-amit mending gue jomblo aja daripada mau sama dia." Naomi bergidik sembari menjauhkan tubuhnnya dari Rico.

"Lo kira gua mau ama lo! Idih ogah!"

"Btw Rit, kok Edgar gak keliatan?" tanya Celine. Membuat Erithia tersadar, ia kemudian menoleh.

"Edgar lagi jagain Ayahnya di rumah sakit," jawab Erithia. Ia teringat dengan pesan Edgar yang tadi, cowok itu mengatakan kalau is harus menjaga Ayahnya dan akan ijin untuk satu hari ini.

"Oooh."

"Ric, Austin--"

Erithia baru saja ingin bertanya namun terhenti saat mendengar dengusan keras dari Rico. Erithia tau itu pertanda kalau Rico tidak mau membahasnya.

"Gak usah bahas dia. Dia bukan teman kita lagi." Raut wajah Rico berubah saat membahas itu.

Erithia mengangguk saja, ia juga malas membahas Austin tapi Erithia penasaran. Kalian tahu kan? Bagaimana sifat Edgar ia tidak ingin membagi kesulitannya dengan orang-orang kecuali semalam. Walaupun hanya sebatas pelukan, tapi Erithia tau pelukan itu berbeda. Pelukan itu berarti sebagai kekuatan bagi Edgar. Dan jika Edgar memang membutuhkan kekuatan sebagai pemyemangatnya maka Erithia siap.

"Rit, gue pengen ngomong." Suara itu membuat Erithia menoleh. Saat melihat wajah itu Erithia tersenyum tak pelak cewek itu mengiakan permintaan Julio.

"Ngomong apaan?"

"Gak di sini, kita bisa pindah di sana aja," ucap Julio menunjuk meja kantin yang ada di sudut. Erithia hanya mengangguk saja.

Cewek itu kemudian mengikuti langkah Julio hingga mereka berdua tiba Dan duduk berhadap-hadapan di meja itu. Mereka cukup menjadi pusat perhatian apalagi Erithia dan Julio itu sudah berstatus mantan dan Erithia sekarang milik Edgar.

"Rit, gue pengen minta tolong ke lo, boleh?" Erithia mengernyit, ia kemudian menggaruk tengkuknya sebentar lalu mengangguk.

"Kalo gue bisa pasti gue tolongin kok."

"Gue suka, gue suka sama..." Julio nampak awkward membuat Erithia geram, cewek itu penasaran dengan ucapan Julio.

"Lo suka sama sape marpuaahhh??" Erithia bertanya sambil terkekeh pelan.

"Gue suka sama Celine Rit, gak tau kenapa gue tertarik aja sama dia. Apalagi dia tuh kayak terkenal dingin gitu, dianatara kalian berdua yang tukang bacot Celine jarang, ya walaupun juga dia ngebacot tapi gak se riweh kalian. Terus yang bikin gue makin suka sama dia, dia itu baik. Gue pernah list dia nolongin kucing." Erithia terdiam, jujur ia masih syok. Tidak menyangka akan Celine yang selama ini menjadi target Julio.

Erithia terkekeh, membuat Julio juga jadi ikut-ikutan. Susana sedikit canggung semenjak Julio mengatakan itu tadi.

"Sekarang lo mau gue bantuin apa??"

Cekrek

Laki-laki yang selama ini mengawasi Erithia dan Julio pun langsung memotret mereka berdua dengan angel yang pas apalagi kedua orang itu sedang tertawa saling menatap.

Austin tersenyum miring sembari mencari kontak bertuliskan Edgar.

[Foto Erithia dan Julio]

Me: Ayahnya dah mau sekarat tapi pacarnya malah selingkuh.

-------
guyss maaf aku lambat up soalnya lgi mos:(
Tadi pagi baru selesai.


FOR MY EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang