<(40)> FOR MY EX-Plan

9K 535 0
                                    

Maaf baru sempet up🥺

Dengan tegas Erithia menggelengkan kepalanya. “Aku gak bisa.”

“AKU gak bisa karena aku takut!” tambah Erithia sambil menjauhkan tubuhnya dari Edgar namun dengan cepat cowok itu mengikis jarak mereka.

“Look at my eyes. Aku tau apa yang buat kamu takut dan gak percaya sama hubungan ini. Aku gak mau buat kamu terjebak dalam hubungan yang buat kamu sulit nantinya.” Kedua iris mata saling menubruk. Mencari kehangatan dalam hubungan yang penuh duri. Rasa rindu yang belum saja terbayar kini harus diwarnai dengan perpisahan. “Kalo kamu mau. Aku mau kamu tunggu aku. Please.”

Erithia bergeming. Hanya suara segukan cewek itu yang terdengar. Sementara Edgar, ia menatap Erithia penuh harapan.

“Rit?”

Helaan napas Edgar terdengar. Mungkin cowok itu lelah menanggapi keterdiaman Erithia.

“Erithia?” panggil Edgar sekali lagi. Menyadarkan cewek itu.

Erithia menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. “Akan aku coba.”

Edgar menarik napas lega. Walaupun itu bukan jawaban yang ingin ia dengar tapi setidaknya saat cowok itu kembali lagi ia masih punya harapan.

“Tapi dengan syarat.” Senyum di bibir Edgar mengendur sesaat. Alis cowok itu terangkat.

“Sebelum kamu pergi. Aku mau kita ngehabisin waktu bersama. Kemana aja, buat tebus hari-hari yang akan kita lewatin.” Erithia mengambil napas panjang, berat memang untuk menanyakan pertanyaan yang ada di kepalanya. Tapi ia harus bisa melakukan itu. “Ka-kamu pergi kapan?”

Melihat ketakutan ditambah rasa gugup Erithia membuat Edgar jadi ikut-ikutan kepikiran untuk menjawab. 

Dengan ragu Edgar berujar, “besok lusa.”

Terdengar helaan napas dari Erithia. Cewek itu mengusap kasar air matanya yang kembali ingin jatuh. “Cepet banget yah, tapi gak pa-pa.” Cewek itu tersenyum manis seakan setelah dua hari kedepan mereka tidak akan berpisah.

“Aku gak mau tau! Sebentar sore kamu harus jemput ke rumah aku, kita jalan-jalan.” Mata Erithia terkunci sesaat pada iris Edgar. Bibirnya kelu untuk berbicara. Pasokan oksigen seolah menipis, alam seakan mengijinkannya untuk merasakan kepahitan yang akan mereka jalani hari ini dan nanti.

“Aku pulang dulu ya,” pamit Erithia, ia menunduk lalu mulai berjalan keluar kamar.

“Nea tunggu aku anter.” Seketika senyum di bibir Erithia terbit bersamaan dengan itu Edgar memeluk pundaknya lalu membawa Erithia menuju mobilnya.

÷÷÷

Dari siang hari Erithia sudah berdiri di depan kaca, berulang kali ia menatap wajahnya.

“Ntar baju gue gimana, ya? Pake hoodie? Yakali pake hoodie. Pake dress?” tanya Erithia pada diri sendiri sambil menatap dirinya yang tengah menggunakan masker wajah dalam pantulan kaca.

“Oke deh dress, trus pake dress warna apa? Konsepnya gimana?” Dengan segera, Erithia beranjak menuju lemari kayu besar seukuran dinding kamarnya. Cewek itu mengeluarkan semua dress-dress barunya. Yang tentu saja bermerek, mulai dari channel, dior, gucci, Prada, dan masih banyak lagi.

“Pake motif bunga-bunga, polkadot?" Erithia memandangi gaunnya itu. “Idiih gak banget.” Dengan segera ia mengeliminasi gaun motif polkadot dan bunga miliknya dengan cara dilempar.

Setelah sekian menit memilih akhirnya Erithia memutuskan untuk menggunakan gaun berwarna pink sederhana namun terasa sangat cocok dengannya.

“Edugong udah mau jam tiga aja.” Erithia segera mencuci wajahnya, untung tadi ia sudah mandi.

Beberapa jam bersiap-siap, telepon Erithia berdering. Cewek itu segera mengangkatnya saat melihat nama si penelpon.

“Yaaaa kenapa?” tanya Erithia, riang.

“Mau sampe kapan dalam kamar, aku dari jam dua nih di sini.” Bola mata Erithia membesar, segera ia menuju balkon kamar untuk melihat mobil Edgar apakah ada di bawah dan ya, mobil hitam itu sudah terparkir rapih di samping mobil miliknya.

“Sabar Rit, jantan emang kek gitu, kalau bukan nungguin yah ditunggu.” Erithia bermonolog sambil sekali lagi, merapikan bedak juga liptint-nya.

Buru-buru Erithia menuruni tangga. Dari ujung terakhir anak tangga ia dapat melihat Edgar yang sedang berbincang dengan Daddy-nya.

“Hai Dad.” Erithia melambaikan tangannya sambil tersenyum pada baskara.

“Oh hai, princess Daddy.” Pipi Erithia memerah saat Baskara menggodanya dengan panggilan anak-anak.

“Udah, ah Dad, aku jalan dulu yaa.” Setelah mendapatkan izin Baskara, Erithia segera mengambil tangan Edgar, menarik cowok itu keluar.

Saat membukakan pintu, Edgar terhenti sesaat. Matanya tertitik pada Erithia. Menatap, garis wajah cantik dan manis yang selalu membuat jantungnya berdetak kencang.

“Why?” tanya Erithia. Jujur ia salah tingkah. Kakinya melemas.

Edgar menggeleng sambil tersenyum singkat. “Masuk.”

Erithia segera masuk ke dalam mobil dengan heran karena kelakuan Edgar.

Setelah Edgar sudah duduk di sampingnya. Erithia segera menyampaikan rute perjalanan mereka.yang sudah ia pikirkan semalam.

•••
Maaf yaa, aku baru update malam ini. Soalnya tugas sekolah bejibun.

Yaudah cuman mau bilang itu aja. Trus dukung cerita ini yaa.

Trima kasih:)

Lots of love(◕દ◕)

FOR MY EXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang