FOR MY EX--Mensibukkan Diri
"EDGAR jangan lupa dua bulan depan sudah ujian kenaikan kamu 'kan?" Edgar mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Ayahnya. "Jangan lupa belajar-belajar dan belajar. Di akhir pekan Ayah sudah menambahkan jadwal les kamu lalu malamnya sambung les privat, ya. Kamu gak perlu khawatir gurunya teman Ayah, lulusan universitas Stanford." Edgar sekali lagi mengangguk. Ia bosan, malas dengan hal-hal ini. Setiap kali ujian semestar ganjil maupun genap datang Ayahnya pasti akan seperti ini.
"Baiklah sekarang pergi ke kamarmu dan belajar!" Edgar menelan ludahnya ketika Hardinata menyentaknya.
"Permisi." Edgar melangkahkan kakinya menuju kamar bercat hitam miliknya. Sampai di dalam kamar, Edgar mengambil handphone nya yang berada di kantong. Menuliskan nama seseorang pada pencarian di kontaknya.
Setelah mendapati nama itu, ia segera menghubunginya. Beberapa kali panggilannya tidak di jawab tapi Edgar tidak menyerah, ia akan terus memanggil orang itu hingga panggilannya dijawab.
"Akhirnya lo angkat juga." Tidak ada jawaban, selalu seperti itu setiap kali Edgar menelponnya.
"Jangan tutup panggilannya please. Gue butuh lo sekarang, gue butuh telinga lo. Gak perlu lo jawab, gue cuman butuh seorang pendengar, itu aja," ujar Edgar. Ia menelan ludahnya, mempersiapkan dirinya untuk menuangkan segala keresahannya.
"Gue di tekan. Mereka berdua selalu maksa gue buat jadi yang terbaik. Tapi gue gak sesempurna itu, gue manusia." Tanpa ia sadari, setetes air mata mengalir membentuk jejak sungai kecil di pipi Edgar.
"Gue udah mau kelas dua belas sekarang dan, gue gak bisa bayangin akan sekejam apa mereka." Edgar menjeda ucapannya. Berusaha semaksimal mungkin menahan isakannya. "Gue takut, gue takut Bang."
"Gue percaya lo gak akan berakhir kayak gue." Dan setelah itu sambungan terputus. Edgar masih melonggo di tempatnya. Setelah tujuh tahun, Kakaknya menjawab perkataannya. Selama ini untuk menelpon Kakaknya saja sangat sulit apalagi sampai di jawab. Hal itu membuat Edgar mendapatkan kembali kekuatannya.
•÷÷•
Sore ini Erithia tidak memiliki jadwal apapun. Ia berencana untuk pergi ke toko buku berhubung buku-buku soal matematika kelas 11 miliknya sudah habis ia kerjakan. Gadis dengan balutan kaos berwarna merah dan celana hitam itu menghirup dalam-dalam bau toko buku yang ia rindukan.
Sebagai awalan, Erithia mengitari rak khusus buku kimia, pelajaran yang sampai saat ini masih ia anggap susah. Ia kemudian meraih sebuah buku saku kecil yang punya banyak inisial-inisal kimia. Erithia berniat akan mencoba hapal inisial- inisial itu.
Setelahnya, Erithia berniat untuk pergi ke rak matematika namun kakinya justru mengarah pada tumpukan novel yang di atur rapih. Erithia tampak serius membaca novel berwarna pink yang ia ambil, hingga bunyi buku berjatuhan mengagetkannya. Pelaku itu orang yang bertopi di depannya, pakaian serba hitam.
Banyak banget warna, pake nya malah yang warna hitem. Itu orang apa aspal, batin Erithia.
Setelah merasa jadi perhatian, pria itu mendongkak lalu melempar senyum tipis. Erithia yang berada di depannya mengangga. Oh... Ternyata mantanya.
“Kumpulin tuh yang jatuh,” sahut Erithia membuat Edgar menoleh. Ekspresi cowok itu juga sama terkejutnya seperti Erithia.
“Gue tau kok, gue cantik. Maap sombong tapi ini emang real say.” Pernah melihat banci kepedean, ya, kira-kira seperti itu ekspresi Erithia sekarang.
Dari tampangnya Edgar seakan ingin mencongkel bibir cewek itu yang di monyong-monyongkan tapi, karena memang hukum alamnya Edgar dingin maka dengan cepat ia mengatur buku yang sempat ia jatuhkan lalu pergi meninggalkan Erithia.
•÷÷•
“Daddy,” panggil Erithia saat melihat punggung tegap milik sang Ayah.
Baskara menoleh, “Hey, princess.”
“Daddy gak tidur?” tany Erithia sambil berjalan ke arah kulkas mengambil sebotol air mineral. Baskara mendengar itu kemudian mengangkat Ipad nya.
“Banyak kerjaan,” jawab pria itu sambil tersenyum.
“Jangan terlalu keras kerjanya Dad, jangan memforsir pekerjaan. Aku tau Daddy ngelakuin ini supaya Daddy gak akan ingat masalah Daddy,” ucap Erithia, ada sedikit rasa aneh dalam dadanya, seakan pasukan udara menipis saat menjelaskan itu.
Semenjak kejadian Daddy-nya pulang dari Winchester, ia lebih sering bekerja dari pagi hingga malam. Tak jarang, Erithia tidak dapat bertatap muka dengan Baskara. Sekalinya pulang sore, Baskara akan lebih memilih mensibukkan dirinya pada pekerjaan apalagi semenjak kejadian itu, Baskara dan Elina memilih pisah ranjang dan itu sukses membuat hati Erithia berdenyut nyeri.
“Can i hug you?” tanya Erithia, dengan mata berbinar sudah lumayan lama ia tidak merasakan pelukan hangat Daddy-nya.
“Yes, of course,” jawab Baskara, Erithia dengan cepat memeluk tubuh baskara, mendaratkan dagunya pada pundak sang Daddy.
Hangat dan nyaman, selalu sama.
------------
Makasih buat yang udah ngevoteLots of love💗
KAMU SEDANG MEMBACA
FOR MY EX
Teen FictionBlurb: Erithia Alinea Zoey awalnya bahagia setelah berhasil memenangkan hati Edgar Jaguar Abhivandya yang terkenal dengan sikapnya yang dingin ditambah super cuek. Tapi satu minggu setelah hubungan itu terjalin Erithia akhirnya mengerti siapa sebena...