𝓬𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝟏𝟎

588 112 6
                                    

Tiga murid kualitas tinggi dari Grace Field satu tingkat lebih atas dari [Name] yang harus menyelesaikan program studi SMA.

Norman, Ray, dan Emma langsung populer di tahun pertama. Ketiganya jadi sasaran tembak panah kasmaran.

"Maaf. Aku tidak tertarik."

"Terima kasih atas pernyataanmu. Maaf, sudah ada perempuan yang kusuka."

"Aku mencintai setiap dari teman-temanku sama banyaknya."

Dosen muda yang belum banyak pengalaman minder. Pesona didikan premium memang beda.

Namanya Kiel Campbell. Teman laki-laki yang sempat batal ketemuan dengan [Name] di hari Minggu. Ada satu momen Norman berbincang dengannya. Tujuan (tidak sengaja) bertemu hanya untuk menitipkan barang. Kiel sudah tahu lama tentang Norman rupanya.

"[Name] adalah orang yang menyelamatkanku." Hujan mulai agak reda di halte pada waktu itu. "Sebagai pendatang dari bagian tengah, banyak yang tertarik merundung di tahun pertama SMA. Kemudian, dia datang mengulurkan tangan. Bersinar seperti malaikat. Well, saat itu posisinya membelakangi jendela besar, sih."

Sisa rintik memantul dari aspal. "Duluan, Norman. Aku ada janji dengan perempuan yang kusuka. Tenang saja, titipanmu akan kusampaikan."

Norman agak tercenung. Sempat salah perhitungan.

Putri semata wayang keluarga Arleg punya cara untuk menjadi teman korban perundungan tanpa berakibat ikut dirundung. Selain nama Arleg yang jadi ujung, pertemanan dengan murid-murid asisten guru—pilar sekolah—menjadi bekingan.

"Kau tahu kan, Ayah sering mengundangnya untuk acara informal minum teh bersama? Menurutmu, bagaimana kalau aku dan dia?" [Name] langsung menyumpal mulut dengan potongan melon.

Kiel hampir tertawa untuk kemudian memberi argumen. Tingkat akhir kuliah menggoda sekali untuk berakselerasi negatif.

"No offense ya. Aku bukan kontra juga tapinya." Kiel memakan satu kotak lagi agar lebih mantap. Kue ternyata.

"Norman memang cemerlang. Dia impian sejuta ayah dan perempuan. Tapi ingat, Neverland merupakan anak-anak yang lahir tanpa kepastian identitas orangtua. Mereka lahir bukan dari sebuah ikatan sakral. Pertanyaannya, apa ayahmu lapang tentang itu?"

"Kalau mesin genetika bisa menemukan Ayah dan Ibu mereka?"

Kiel menghela napas. "Kamu tahu poinnya bukan itu."


Perbedaan yang [Name] alami selepas wisuda hanya ia tidak lagi berada di dalam ikatan pendidikan formal. Pekerjaan sehari-harinya adalah menjadi bawahan Alastair Arleg. Mengurus perusahaan sekaligus mengalirkan dananya untuk bagian donasi.

Pada suatu hari ketika membincangkan seragam suatu acara, Gillian si perancang membocorkan keadaan manor.

"Ray dan Emma kelihatan sedang menyembunyikan ... lebih ke menyiapkan sesuatu sih." Gillian ini tipe perempuan tomboi pandai merajut. "Mengharukan sekali. Mereka terlihat tidak berbeda di dunia manapun."

"Apa mereka menjalin hubungan spesial?" Persentase tebakan valid sudah melebih lima puluh.

"Tanpa dikoar-koar pun, jelas sekali mereka saling berbalas."


Esok sorenya [Name] membuat janji dengan Norman di gedung restoran.

"Sampai sekarang pun ... kamu selalu menyukainya 'kan?" Tembak langsung.

Penampilan dua orang itu kontras. Norman putih dari rambut sampai sepatu. [Name] hitam dari topi model fascinator, kemeja yang mansetnya menggembung, hingga sepatu. Norman hampir tidak percaya sedang berhadapan dengan perempuan 22 tahun jika melihat potret ke belakang.

"Aku tidak mengelak."

"Kalau aku bilang kamu menyerah, apa itu juga benar?"

Jaring dari juluran topi [Name] jatuh sampai mata. Tidak menghalangi biru dua krayon milik Norman membaca.

"Aku jadi terlihat menyedihkan loh, di matamu."

Tidak ada jawaban. Norman mengalah menjelaskan.

"Seperti penuturanmu di padang sabana waktu itu. Ray menjaga jarak begitu kami tinggal bersama Emma. Ia bilang cukup baginya dua tahun setelah aku pergi. Ternyata fiksimu benar. Emma jatuh cinta lagi kepada Ray."

Pelayan restoran ramai hilir mudik. Semoga tidak ada yang menyimak atau skandal tiga kualitas terbaik terpampang di halaman pertama koran.

"Aku selesai mengutarakan padanya. Untuk sebuah janji."

Pertanyaan yang belum terlontar langsung terjawab.

"Aku lega kalau kau baik-baik saja."

Makan malam berlangsung tenang. Pesanan ini ... nanti siapa yang bayar?


𝐨𝐯𝐞𝐫𝐩𝐚𝐬𝐬 ↯ normanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang