𝓬𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝟑

1K 142 16
                                    

Norman kira ia akan berdiplomasi di dalam ruangan tempatnya memakan pepaya. Ternyata pelayan rumah mengarahkan ke taman belakang yang dirawat sedemikian rupa.

[Name] langsung melipat kaki yang sejak tadi berselonjor. Keranjang rajut dari jerami dan potongan segitiga semangka, beberapa seperti bulan separuh dan sabit, tertata di atas kain kotak-kotak yang berdekatan dengan akar pohon. Satu tema dengan gaun putih sejuk polkadot merah yang jatuh mencapai mata kaki. Rambut diikat, ditutup topi floppy putih.

"Bergabunglah denganku di bawah Gigas Cedar."

Pohon yang menaunginya jelas-jelas Mimusops elengi. Pohon Tanjung.

Kebetulan Norman sedang kepanasan dan haus. Dia tidak berencana pingsan di rumah kolega.

Duduk di bawah dedaunan rindang seperti ini mengingatkannya kepada istirahat setelah bermain kejar-kejaran di hari lalu. Dengan orang yang berbeda.

"Bilang kalau kau ingin kue kering atau bolu."

Setelah dirasanya cukup, Norman baru mulai membuka mulut.

"Pernah mengetahui kisah tentang sekelompok manusia yang membicarakan mimpi masing-masing di bawah bentangan langit biru?" Suara [Name] lebih cepat terdengar. "Salah satu yang kuketahui ada empat orang. Satu pria dewasa, dua remaja laki-laki, dan satu remaja perempuan. Remaja pertama mengatakan cita-citanya menjadi pemimpin negara. Remaja kedua—agak seram tapi sebenarnya tragis—ambisi membunuh kakaknya. Dan yang perempuan membicarakan tentang crush. Di masa depan omongan mereka asli terkabul."

[Name] sudah bersiap berdiri. "Ingin melakukannya bersamaku?"

"Arleg."

"Panggil [Name] saja."

"Aku menghargai niat baikmu. Tapi aku datang ke sini bukan untuk main-main." Nadanya berubah serius.

[Name] menutup bibir, menurunkan garisnya beberapa centi. "OK. Ayo kita mulai."

Pulpen kemarin hari diregangkan. Menampilkan layar hologram berpendar biru.

"Kau sedang mengupayakan pendidikan untuk anak-anak Neverland yang tiba di Timur Tengah. Suriah, Irak, bagian Saudi aman, menuju selatan ada Yaman." Berganti dari cetak peta, "Daerah yang kusebutkan tadi, seperti yang kau ketahui, sudah mengalami krisis bahkan sebelum sepuluh tahun perang dunia. Wabah pernapasan memperparah sistem pendidikan. Kesehatan dan kelaparan mulai mulus direkonstruksi sejak tujuh tahun lalu. Tidak dengan edukasi formal."

Kehadiran Neverland di tengah dunia yang perlahan bangkit mendatangkan banyak sentuhan positif. Perang menguras jenis kelamin laki-laki. Banyak lansia, wanita, dan anak-anak mati karena sakit dan kelaparan. Meski jumlah perempuan usia produktif semakin bertambah karena kehadiran Mama, Suster, dan trainee, anak laki-laki juga banyak berdatangan.

Edukasi yang dimiliki anak Neverland sangat berguna dalam masa pembangunan ketika pembelajaran mundur beberapa langkah akibat perang dan bencana. Demi menjaga beningnya perbatasan, pemerintah memutuskan agar mereka yang datang dari empat Peternakan Kualitas Tinggi didahulukan. Beberapa ada yang sesuai dengan usia, beberapa ada yang loncat menurut kurikulum pada sistem yang baru.

"Anak-anak dari peternakan rendah tetap membutuhkan edukasi untuk bertahan di dunia ini," balas Norman.

"Aku setuju. Tapi proposalmu terkesan mendesak sedang masih banyak pribumi yang tertinggal."

[Name] memakan satu semangka. Mengusap air yang hampir jatuh di sudut bibir.

"Setelah kedatangan kalian, orang-orang menjadi sangat bersyukur karena meski tinggal di tengah kehancuran tapi tidak melihat atau menjadi santapan pasti makhluk bernama Iblis. Tapi mungkin saja banyak dari pribumi yang berpikir betapa beruntung kalian karena mendapat makanan lezat, tempat tidur empuk, dan pendidikan dini yang sempurna. Toh sebenarnya kita sama-sama selalu dibayang kematian."

"Aku berhenti membanding-bandingkan kesengsaraan ketika tahu kondisi di sini."

Jalan keluar terus dicari untuk diserahkan kepada Alastair Arleg sebagai pemilik lembaga yang berasisoasi di tempat yang mereka diskusikan.

Saat matahari menggelincir, [Name] langsung mengantar Norman ke gerbang utama tanpa masuk lagi ke manor. Melewati bebungaan mawar biru dan olive.

"Kapan-kapan datang ke sini pada malam hari. Aku akan mengajakmu menatap bintang di bawah Gigas Cedar."

"Maksudmu pohon tanjung tadi?"

"Gigas Cedar."


𝐨𝐯𝐞𝐫𝐩𝐚𝐬𝐬 ↯ normanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang