𝓬𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝟏

3.5K 257 28
                                    

Alis volat propriis. He flies by his own wings.

Norman pernah bersinonim nama dengan 'pemilik' burung hantu morse. Selain metafora, personifikasi turut menyertai lewat bulu-bulu penyusun. Kepakan akan semakin kuat dengan bertambahnya alasan. Sekarang ia tidak sendiri menyapu langit. Ironinya, faktor penarik ia dari kesendirian sekaligus alasan sekali lagi ia memutar kubik, adalah orang yang sama.

"Saya [Name] Arleg. Putri tunggal dari Alastair Arleg."

Mike Ratri dalam hati tersanjung akan introduksi konsisten. Alastair Arleg menelan senyumnya setiap sang putri turut menyebut namanya.

"Senang bertemu dengan Anda. Saya Norman. Perwakilan utama dari Neverland."

"Menjadi kehormatan bagi saya."

Alastair menepuk bahu putrinya. "[Name] ini baru saja lulus dari sekolah menengah pertama. Tidak lama lagi akan memasuki hari pertama di Thomas Jefferson. Apakah Norman berniat menempuh sekolah menengah atas?"

"Jangan konyol. Dia sudah melakukannya di usia sebelas tahun." Mike yang menjawab. "Aku tidak sepertimu yang membiarkan [Name] tertahan."

[Name] senang kalau ayahnya dibeginikan.

"Aduh, jahat sekali. Kupikir aku sudah mengutarakan alasanku." Alastair melihat Norman. "Sayang sekali. Padahal kalian sepantaran."

Norman tersenyum mafhum.


Enam bulan dan Norman sudah terbiasa dengan manusia berpangkat tinggi serta pesta perjamuan. Dia pernah berdiplomasi dengan mantan aristokrat Iblis lagi pula. Setelan pesta tidak menyusahkan karena sebelas dua belas dengan kesehariannya. Kemeja. Celana panjang. Rompi. Tambahan untuk jas.

Usianya empat belas mulai dari empat bulan lalu. Neverland membuatnya berpikir cepat untuk dewasa. Jamuan mancabenua. Norman mengambil empat biji kurma dan membawanya di atas piring kecil. Tidak pernah dikonsumsi selama di sana. Dari informasi buku, sulit pula membuatnya tumbuh faktor habitat.

Jarinya hampir bersinggungan dengan telunjuk lain. Perempuan bergaun halter tulle knee abu-abu rhino muncul lagi di depannya.

"Menurut manusia yang dicintai pohon kurma, akan lebih baik mengkonsumsi daging dari bijinya dengan bilangan ganjil."

Kurma Norman hilang satu.

"Terima kasih atas informasi menariknya." Akan ia pikirkan ketika perempuan ini sirna atau menanyakannya kepada Ray yang lebih sering baca buku.

"Kau tahu, sejak dulu keluarga Ratri memang sering dicurigai sedang menyimpan sesuatu." Tidak ada tanda-tanda akan lekang. "Ayahku dan Paman Mike pernah bertengkar hebat. Baru sejak kalian datang mulai rekonsiliasi. Alasan di baliknya, mungkin baru akan Ayah beri tahu beberapa tahun lagi."

Kurma kedua mulai Norman gigit.

"Agak aneh juga sih. Ketika krisis pangan terjadi, sapi-sapi gemuk dan beras dari lahan hijau sering tiba-tiba sold out."

"Poinmu mengatakan itu adalah?"

"Aplikasi penebusan dosa. Keluarga besar itu pasti lega luar biasa karena lingkaran amoralitas klan mereka sudah terpotong."

"Kau mengatakan 'akhirnya aku tahu ke mana sumber makanan itu pergi' di dalam hati?"

"Hei, jangan bilang kau tersinggung."

Norman terkekeh miris. "Aku tidak bisa bilang begitu setelah melihat langsung Dunia Manusia."

[Name] menarik sudut bibir, mengulurkan tangan. Didikan premium sering mengejutkan sekalipun sudah ada prediksi internal.

"Senang bertemu denganmu."


warn: chapter berikutnya akan mengandung spoiler dari tamatnya the promised neverland. silakan mengintip ke epilogue jika ingin melihat trivia.

𝐨𝐯𝐞𝐫𝐩𝐚𝐬𝐬 ↯ normanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang