7.5. Kang Minhee Edisi Galau

606 123 24
                                    




"Bang, dia lagi lihat langit yang sama juga ga yaa bang?"




Langkah pemuda yang tadinya tak berniat singgah sontak terhenti, tatkala suara pemuda bermarga Kang-- yang ternyata tengah duduk sendiri di pelataran himpunan, menyapa begitu saja, tanpa ada awalan maupun kata pembuka.


"Dia?"


Seo Woobin makin mengerutkan kening saat si pemuda yang barusan bicara bukannya menjawab, malah tersenyum-senyum sungguh aneh sembari menatap langit hitam.


Serius, seram guys!!


Woobin hampir saja berencana mengambil air mineral sembari melafalkan doa-doa asal-- dan nantinya akan menyembur wajah junior yang seperti kerasukan, jika saja Kang Minhee tidak melanjutkan racau pelan barusan.


"Hyeongjun, bang. Ayang beb masa depan."


Oh!


Ada ekspresi mengerti yang kemudian tergurat sempurna di wajah yang lebih tua.


Si kecil pemilik pena kesayangan.

Pantas saja Kang Minhee berubah melankolis begini kk.


Pemuda Seo lantas ikut menempati kursi bincang di depan sekre himpunan, sejenak menelantarkan buku-buku referensi yang harusnya ia boyong ke kamar sepetak, pun sebentar melupakan lembar tugas akhir yang tengah memanggil dari kamar kecilnya.


Mungkin, sedikit dengar pada curhatan si bocah galau ini tak akan begitu menyiksa.


Lagipula, ia tengah bosan mengerjakan tugas akhir. Lagipula, Kang Minhee dalam mode seperti ini tak datang terlalu sering.



"Makanya, kalau suka yaa deketin, yaa tembak, jangan kaya remaja tanggung yang kerjanya galau gini."


Seo Woobin bersabda, yang hanya dijawab diam dalam-dalam oleh pemuda Kang.


Woobin sedikit banyak tahu cerita, dari mulut si pelaku sendiri, maupun dari bisik jahil beberapa anggota himpunan yang sejak tahun pertama sudah cukup lengket dengan Minhee.


Kebanyakan, hanya berupa candaan. Tak ada yang begitu tahu kalau tiap kata yang dianggap bual itu sesungguhnya nyata. Tak ada yang begitu tahu kalau Kang Minhee memang sungguh mendamba.



"Nanti kalau keburu diambil orang, gak enak, Min."


"Dulu pas Jungmo ditembak mapres manajemen, abang hampir nangis loh haha."


"Walau ditolak sih, tapi sempat bikin olahraga jantung."




Masih diam yang menyambut curhatan penuh makna dari Seo Woobin.


Pemuda itu masih giat menatap langit, dengan ekspresi yang tak bisa Woobin artikan.


Ia tebak, mungkin tengah mencerna, mungkin tengah berpikir, atau mungkin tengah memuji saran dewa dari sang kakak tingkat.


Hingga ...




"Abaaang hueee~"


"Dia di lab terus bang akhir akhir ini, kangen banget baaang!!!"


"Jun, akang rindu matamu yang berbinar binar karena lihat es serut di kantin."


"Rindu denger ngigau kamu di perpus, Jun."


"Jun, Kang Minhee tanpamu apa artinya duniaaaa~"




Menyesal sudah Seo Woobin.



Susah-susah berlagak serius, susah-susah menyusun kata-kata wejangan, hanya dibalas rengek nyaring dari pemuda yang memang sepertinya tengah kerasukan ini.



Jika tak ingat kalau bocah ini si calon ketua himpunan yang akan menggantikannya, mungkin setumpuk buku referensi yang sedari tadi terbengkalai sudah melayang sempurna ke kepala Kang Minhee kk.





"KANG MINHEE BISA DIEM AJA GA LO GUA PUSING DENGERNYA DASAR DANGDUT!"






-- 🌸🌸







Sesungguhnya, ini chapter bonus hehe
Selamat berakhir pekan semua!!

An Ordinary Me ┊ Deullem / MinisongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang