4. Tugas

804 157 37
                                    


"WOY GAWAT! Soal yang di-email semalam tiba-tiba dijadiin tugas. Dikumpul hari ini juga!!"


Suara gempar dari pemuda blak-blakan berambut kecokelatan -- panggil saja Haechan, sukses menarik atensi murid-murid sekelas, yang entah mengapa bisa dengan kompaknya diam seribu bahasa sembari menahan napas.

"Ini bukan prank guyss!! Bu Seola tadi bilang ada rapat dadakan jadi belum kabarin ketua. Sekitar satu jam lagi beliau baru bisa masuk, DAN SEKALI LAGI INI BUKAN PRANK GUYS!!"

Yaa ... rusak sudah kedamaian kelas Matematika Dasar B pagi itu.

Kelas matematika dasar (yang hanya namanya saja mengandung unsur dasar, tapi persoalannya tak ada dasar-dasarnya sama sekali kk) asuhan Bu Seola ini memang salah satu kelas legenda.

Selain terkenal dengan materi sulit yang bahkan mampu membuat diare, Bu Seola sebagai pengampu pun tak kalah menyeramkan.

Banyaaaak sekali cerita kegagalan, hadir sana dan sini dari senior yang terpaksa mengulang. Alasan-alasan yang tampak kecil seperti berisik di kelas, sedikit terlambat, lupa mengerjakan satu tugas dadakan, bahkan berpakaian tak sesuai keinginan Sang Dosen pun bisa jadi penyebab.


"Apa apaan sih si Ibu???"

"Katanya buat dipelajarin barengan? Kedustaan macam apa ini?"

"Siapakah yang sudah mengerjakan wahai manusia baik hati?"

"WOY PLEASE CONTEKAN PLEASE!"



Yaaah, begitulah kira-kira ributnya kkk.

Di antara hiruk pikuk kepanikan yang kian ramai, sesungguhnya ada beberapa oknum rahasia yang diam-diam tengah bernyanyi santai dalam hati.

Salah satunya? Tentu Kang Minhee.

Pemuda jangkung yang kini telah menjabat ketua untuk kelas Matematika Dasar B itu tampak santai menutup pintu kelas, sesekali menegur rekan yang terlalu berisik, sesekali pula mengetuk kepala teman dekat yang mulai bertingkah aneh-- efek tugasnya mulai bermunculan.

Bagaimana Kang Minhee bisa terpilih tampaknya bukan kisah yang menarik untuk diceritakan. Ceritanya bisa dibilang cukup klise-- kelas yang isinya campuran fakultas sana dan sini tak punya satu sosok calon ideal yang sama, kecuali ketua gugus orientasi yang memang sudah familiar untuk hampir semua orang. Karena itu, saat Kang Minhee (seperti biasa) mengajukan diri dengan sukarela di kelas perkenalan, seluruh siswa seperti baru saja dihipnotis massal-- dengan semangat menyetujui si pemuda jangkung.

Lagipula, Minhee pintar dan cukup ambisius, terbukti dari tugas yang sudah iseng ia kerjakan tadi malam sebelum beranjak tidur.


Selain mahasiswa yang tampak tenang karena sudah rampung dengan tugasnya, ada pula kelompok lain seperti satu ini-- yang terlihat tenang padahal hanya pasrah karena tak tahu harus berbuat apa.

Contoh golongan ini : Song Hyeongjun

"Hehehe Jun, udah buat tugas belum? Hehehehe."
Dongpyo yang sejak tadi duduk di sebelah Hyeongjun pada akhirnya buka suara, dengan intonasi harap (walau cemasnya jelas terdengar lebih banyak).

Yang ditanya hanya sukses menggeleng sembari mengulum senyum miris kelewat pahit-- karena tentu ... mana mungkin Song Hyeongjun sudah mengerjakan?

Jujur, saat melihat soalnya semalam pun, Hyeongjun langsung memutuskan untuk menyerah di menit pertama. Hyeongjun pikir, hari pertama pembelajaran kelas tak mungkin seburuk itu.

Walau nyatanya, di sinilah ia sekarang ... termenung sendiri di kursi hampir sudut (Dongpyo sudah kabur mencari jawaban gratis), bersama dengan kertas putih yang benar-benar kosong.

"Soalnya ada yang belum ngerti?"

Dan satu sosok lagi, Kang Minhee.

Hyeongjun hampir-hampir saja jantungan.

Sejak kejadian marah-marah di akhir orientasi, Song Hyeongjun memang tak lagi bicara pada Kang Minhee. Ia bisa dibilang sungkan dan sedikit takut. Berkali-kali Hyeongjun mencoba menghindari sosok itu, bersembunyi di balik pilar, bersembunyi di antara teman, bahkan rela memutar jalan saat hampir berpapasan di koridor.

Tapi kini, sosok ketua kelas itu tak mungkin dihindari. Ia tepat di hadapan Hyeongjun, bahkan berjongkok di depan meja hingga tatap mata keduanya berada selurus.

Hyeongjun bisa lihat jelas bintik kecokelatan di wajah Kang Minhee, yang tersapu bak bintang-bintang kecil di langit, yang begitu indah hingga tanpa sadar membuatnya berani bersuara.

"Semuanya."

Oknum penanya kemudian tampak menahan tawa, membuat Hyeongjun reflek memasang ekspresi kesal yang entah mengapa terlihat begitu lucu. Bibirnya mengerucut aneh-- sebuah kebiasaan kecil saat tengah kesal, yang kini tak luput dipandangi oleh Kang Minhee.

"Semua banget nih?"

Ditanya begitu, Hyeongjun kian frustasi. Kepalanya ia benamkan di lipatan tangan, tak lagi mau menatap Kang Minhee yang sungguh terdengar menyebalkan saat ini.

Kang Minhee (masih dengan kekehan yang sekarang dibiarkan saja terdengar) berlalu entah kemana, mungkin menghampiri mahasiswa lain untuk menanyakan hal sama sebagai ketua kelas-- itu pikir Hyeongjun.



--- 🌸🌸



"KETUA KELAS KANG MINHEE YANG TERHORMAT AKHIRNYA MAU KASIH CONTEKAN GUYSS!!"


Sama seperti setengah jam lalu, lagi-lagi teriakan Haechan menggema memenuhi kelas. Yang kali ini, sukses disambut sorak meriah dari siswa hampir putus asa (persis teriakan pemuda di wajib militer) serta siswi yang histeris (yang Hyeongjun ingat, seperti teriakan kakaknya saat tengah melihat idola televisi).

Pada akhirnya, permasalahan pagi itu pun terselesaikan-- dengan mayoritas mahasiswa matematika dasar kelas B yang berhambur bahagia menuju kursi Kang Minhee. Tentu, Song Hyeongjun termasuk salah satu di antaranya.

"Lain kali belajar yaa, jangan rebahan."

Bisikan Kang Minhee terdengar cukup pelan, entah tak sengaja atau memang disengaja hanya untuknya.

Lewat lirikan sekilas di ekor mata, Hyeongjun bisa lihat senyum kecil dari Kang Minhee.

Senyuman aneh yang Hyeongjun tak tahu apa maksudnya -- walau harus ia akui ... senyumnya manis sekali.





"Jun, ngapain bengong? Ayo salin sebelum Bu Seola masuk!" teriak Eunsang yang kini telah siap dengan kertas dan pena sendiri.






Yaa sudahlah mengapa harus dipikirkan. Si ketua baik hati ini pasti hanya berniat membantu kelas yang sedang panik, tak ada niatan aneh lain -- itulah kesimpulan akhir yang dibuat Song Hyeongjun sebelum dengan sekuat tenaga menaruh fokus untuk menyalin tugas.

(catatan : jangan ditiru yaa teman-teman, ayo belajar yang rajin kk - Song Hyeongjun)



-- 🌸🌸


Yang hari itu Hyeongjun tak tahu, bukan anak sekelas yang sesungguhnya ingin Minhee bantu hari itu.

Cuma satu.
Song Hyeongjun seorang.

Privilege karena wajahnya tetap terlihat lucu walaupun sedang kebingungan memikirkan tugas-- begitulah isi otak Kang Minhee.

Tapi yaa itu ...

ㅡ faktanya, Kang Minhee masih sedikit gengsi, belum terlalu berani dan masih terlalu malu walaupun diam-diam mau.

"Sesudah kumpul tugas begini, apa ga ada yang mau bilang makasih gitu?"





---

Terima kasih untuk semua yang sudah bersedia membaca :') komentar-komentarnya sukses bikin semangat hehe

Another chapter is coming, comments and other feedbacks are always loved ^^

An Ordinary Me ┊ Deullem / MinisongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang