9. (Bukan) Akhir

759 117 61
                                    



"Ehem!"



Sudah bosan belum dengan kilas balik dua anak kiciw ini? kkk



Karena sudah cukup banyak yang kita ulik dari ingatan manis keduanya-- walau ada banyak lagi curi tatap diam-diam yang sungkan diumbar oleh kedua sosok ... sudah waktunya kembali ke sore itu.


Sore yang seharusnya berlangsung damai walau di tengah riuh-- harusnya, jika saja sosok Kang Minhee tak tiba-tiba saja muncul tanpa permisi.


Hayo tebak, apa kelanjutan dari adegan tembak-menembak yang cukup mengagetkan tadi? kkk


Song Hyeongjun-- dengan pipi putih yang kala itu sukses menjelma semerah buah cherry, bukannya memberi jawaban guna menyambut elu cukup ramai dari anak himpunan di meja seberang, bukan pula memberi penolakan seperti harapan beberapa puan dari klub radio yang hanya bisa menggigit jari saking irinya.


Ia malah dengan sigap bangkit dari bangku tempat berpangku, meninggalkan segala perlengkapan belajar yang tak lagi bisa ia ingat-- ditambah dua sahabat yang sedari tadi hanya bisa menatap dengan ekspresi 'cengo' khas masing-masing.


Hanya satu yang sempat ia genggam erat sebelum berlalu dengan kecepatan cukup ekstra sore itu (sumpah, Hyeongjun rasa-rasanya belum pernah berlari secepat ini dalam dua puluh tahun hidupnya kkk).


Jemari kokoh milik Kang Minhee, yang kini tampak enggan melepas tautan barang sedetik pun.



"Song Hyeongjun?"



Langkah kaki mungil milik Hyeongjun perlahan berhenti berayun tepat tatkala suara milik pemuda yang baru saja sukses mengusik tenang hatinya terdengar, memecah lamun yang sempat singgah tatkala tumit bergerak asal membawa diri entah kemana. Tanpa sadar, keduanya kini telah tiba di sebuah sudut cukup tersembunyi dekat serambi latihan klub dance, di bawah pohon entah apa yang gemersik daunnya kini lembut terdengar-- seolah mengejek sosok Song Hyeongjun yang bahkan masih malu hanya untuk menatap sosok di sisi.


"Kamu malu yaa?" Kang Minhee perlahan berucap sembari menarik lembut tubuh si mungil lewat tautan jemari yang kian erat.


Saat tatap keduanya bertemu, ada senyum seragam yang diam-diam menyusup, sebuah senyum seragam yang serupa dilukiskan keduanya kala pertemuan di pengmas tahun lalu. Song Hyeongjun lantas mengangguk malu, rasanya terlalu gugup untuk berucap, pun terlalu enggan untuk mengalihkan pandang.



"Sama kok, aku juga malu."



Senyum kecil di bibir keduanya lantas sirna, menjelma sebuah kekehan merdu yang berbaur dengan semilir angin sore di musim itu.


Saat tawa itu berhenti mengalun, bisik lembut pemuda Song yang berganti mengisi ruang hening,



"Tapi Minhee, aku suka."



Pandangan Hyeongjun beralih pada tautan jemari keduanya, sebelum kembali pada sosok di hadapan yang kini gantian kembali memasang ekspresi gugup.


Lucu, lucu sekali-- hanya itu yang sempat Hyeongjun rapal di benaknya sebelum kembali bergumam.



"Aku suka, malu-malu gini, sama kamu."



Jemari bebas milik Kang Minhee-- sama seperti pertemuan malam di halte kala itu, tampak ragu bergerak ke atas dahi Hyeongjun, sebelum lagi-lagi sebuah usapan halus bisa ia rasakan di pucuk kepalanya.



Namun hari itu, ada sebuah tatapan lembut yang sempat Kang Minhee bubuhkan, bersama sebuah kecupan sayang yang samar-samar ia sisipkan di dahi berselimut poni hitam milik Song Hyeongjun.





"Begini terus sama aku sampai kita ubanan, mau yaa?"





-- 🌸🌸





Walau ada banyak hal yang Song Hyeongjun tak ketahui di semesta ini.


Yang muncul terlebih dahulu di antara ayam dan telur.


Alasan amarah Dosen Farmakologinya di tiap pagi perkuliahan.


Jumlah bintang-bintang penghias antariksa.

Hmm ... banyak deh pokoknya kk.



Namun,

Saat mata bulatnya menangkap potret sosok pemuda yang kian malu-malu di hadapan-- selaras semburat merah merekah yang hinggap di pipi gembilnya sendiri.


Saat anggukan pelan di kepala disambut senyum sangat manis milik Kang Minhee.


Saat deru detak jantung keduanya terdengar merdu beradu, menghiasi jingga horizon yang kini terlukis lembut di awan-awan.


Saat itu Song Hyeongjun tahu satu hal.


Mungkin.


Mungkin ...


inilah rasanya bertemu sosok yang diam-diam disimpankan tuhan untukmu kkk.





"Song Hyeongjun, boleh peluk?"




-- 🌸🌸




Sampai di sini dulu cerita biasa milik Kang Minhee dan Song Hyeongjun.



Hmm, coba deh lihat kanan dan kirimu! kkk


Siapa tahu ... siapa yang tahu kan? Ada juga sosok Kang Minhee-mu disana, yang diam-diam tengah mengagumi, yang diam-diam diciptakan tuhan untuk menambah satu warna lain di hari-harimu.








---

note :

Akhirnyaa anak anak gemas iniii :D
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mau baca, love, dan juga komentar di book ini.

Its my first work ever posted in wattpad, my first deullem story, and the first too to receive soooooo much feedbacks ... so this story is really precious to me :')

Walau ceritanya kurang oke, endingnya gaje dan super singkat (hehe), semoga tulisan ini bisa menghibur semuanyaa.

It might be the ending for now, but i hope we can meet again in another work or extra chapter for the dating scene of this story ^.^

Again, thank you soo much for your kind word and funny reaction to this story ㅠㅠㅠㅠ see you when i see you!


---

OH IYAA! HAPPY COMING BACK SOON CRAVITY!!

Jangan lupa streaming dan jaga kesehatan semuanyaa :D

An Ordinary Me ┊ Deullem / MinisongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang