Chapter 1 - Bertemu

22 1 0
                                    

Denduman kaki yang digoyangkan, sama sekali tidak berirama apalagi mengikuti alunan musik yang didengar melalui TWS. Marsha menoleh lagi ke pintu lobi utama, dan pintu lift. Tidak tahu dari arah mana temannya akan muncul. Acara seminar sudah dimulai dari setengah jam yang lalu. Jelas sudah lewat waktu pembukaan, padahal dia ingin melihat crushnya tampil. Tapi apa daya, kalau dia masuk sendiri takutnya tidak bisa mensisihkan tempat duduk untuk temannya. Jadi daripada berpisah dan tidak punya teman ngobrol selama seminar. Marsha dengan setia menunggu temannya di depan hall. Walaupun panitia acara tersebut meliriknya berkali-kali menebak apakah dia juga ikut seminar, atau tidak.

Puput, temannya berjalan santai dari arah lift menuju pintu ruang seminar. Jelas tidak melihat Marsha di sudut lain ruangan.

"Oi!" panggil Marsha, sambil melepas TWSnya.

"Eh, ditungguin! Tak kira masuk duluan?!" jelas Puput tidak merasa bersalah.

"Udah telat 30 menit nih!" ujar Marsha dengan langkah cepat, masuk kedalam ruang seminar yang sudah di mulai. Diikuti Puput yang mengekor di belakangnya.

"Halo yang baru dateng!" Sapa si pembicara. Marsha dan Puput sama-sama kaget, namun melengos dan mencari tempat duduk yang pas. Tidak menyangka akan disapa dan jadi pusat perhatian selama tiga detik, sebelum si pembicara memulai materinya kembali.

"Kayaknya dia gak suka orang telat deh!" kata Marsha menyindir.

"Kayaknya dia cuma bercanda deh. Orang yang lain ketawa." Puput memgangkat bahu. Marsha hanya tersenyum kecut.

"Nih, minum-mu." kata Marsha lagi, sambil memberikan sebotol Aqoa.

"Hehe, makasih." Puput membalas, dia segera minum air karena capek lari-lari dari gedung sebelah. Lalu dia memberikan tiga lembar seribuan lecek ke Marsha.

"Dih, ga usah diganti."

"Dah gapapa."

"Aku yang ga mau terima uang lecek kali!"

"Halo," Marsha sekali lagi kaget dengan obrolan yang tiba-tiba dipotong oleh si pembicara. Parahnya, si pembicara justru ada di depannya.

"Kalian ngobrol apa? Seru banget,jadi pengen nimbrung juga." katanya.

"Enggak kok, enggak." kata Marsha agak bersalah. Dia lalu membungkam mulutnya. Puput juga melakukan hal yang sama. Tapi setelah si pembicara pergi..

"Sensitif banget sih," ejek Puput pelan. Untung saja dengan ruangan yang besar, suaranya tertutup oleh kebisingan dari bisik-bisik peserta lain. Tapi tetap saja Marsha kesal, memangnya setiap peserta yang ramai akan ditegur seperti itu? Repot sekali orang ini.

Marsha melihat poster yang menjadi latar belakang panggung, dan melihat nama si pembicara itu. Iya, namanya pun dia tidak tahu. Dr. Oscar Prabinomo, dengan tiga gelar lain dibelakang yang malas dia baca. Cih, bahkan namanya saja mirip applikasi trading yang tidak jelas itu.

Acara disambung dengan bintang tamu lain, yang lumayan jadi penghibur dibandingkan dengan seminar kesehatan yang membosankan barusan. Walaupun Marsha tidak mendengarkan sebagian dari materi. Toh dia juga datang untuk melihat crush-nya. Dengan acara yang lebih ringan, ruangan menjadi lebih ramai dengan pembicara yang lebih interaktif. Marsha dan Puput juga ikut senang dengan kegiatan yang berlangsung, serta jokes-jokes yang diberikan.

Namun, Marsha mulai merasakan hawa-hawa yang tidak enak. Syut! Dia berpandangan dengan dr. Oscar yang memperhatikan dirinya dari kursi depan. Bingung harus berbuat apa, Marsha menengok ke samping kiri-kanan belakang-atas, memastikan bahwa dialah yang diperhatikan. Nyatanya, ada beberapa anak cewek yang juga melihat ke arah dokter itu dan tersipu-sipu. Marsha meringkuk jijik dengan situasi yang terjadi.

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang